Pertahankan Jatim Sebagai Gudang Ternak

Plt Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Samsul Arifien MMA

Plt Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Samsul Arifien MMA

Upsus Siwab, Penuhi Kebutuhan Dalam dan Luar Provinsi
Pemprov, Bhirawa
Selama lima tahun terakhir, Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan Jawa Timur s telah berhasil mempertahankan provinsi Jawa Timur sebagai gudang ternak berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan daging dalam negeri cukup signifikan.
Tahun ini populasi sapi di Jatim mencapai 4,550 juta ekor. Setidaknya, setiap tahunnya sebanyak 720 ribu ekor sapi disiapkan didalamnya termasuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Jatim sebanyak 300 ribu ekor.
Untuk konsumsi ini, guna memenuhi kebutuhan sekitar 38 juta orang penduduk Jatim dibutuhkan 300 ribu ekor sapi, atau setara 87 ribu ton daging. Sementara produksi daging sapi mencapai sekitar 95.430 ton per tahun. Sehingga masih ada kelebihan 8.430 ton daging sapi.
“Kebutuhan daging masyarakat Jatim 2,5 kg per kapita per tahun. Tapi ini lebih tinggi dari nasional yang hanya 2,1 kg per kapita per tahun,” kata Plt Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Samsul Arifien MMA melalui Plt Sekretaris Disnak Jatim, Ir Rohayati MM.
Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan daging luar provinsi, Samsul minta pengiriman ribuan ekor sapi untuk ekspor domestik tidak sampai telat, agar bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan daging di sejumlah daerah diluar provinsi Jatim.
Lebih lanjut, untuk bisa terus memenuhi kebutuhan baik di dalam dan diluar provinsi Jatim, maka tahun 2017 dengan program upaya khusus sapi indukan wajib bunting (Upsus Siwab)  menargetkan sapi betina yang jumlahnya mencapai 1,7 juta ekor per tahun bisa melahirkan melalui inseminasi buatan (IB).
“Hingga akhir tahun 2016, diperkirakan  mencapai 1,035 juta ekor anakan sapi, dan ditargetkan pada 2017 bisa mencapai 1,3 juta ekor anakan sapi,” katanya.
Ditambahkan juga, secara nasional jumlah sapi di Indonesia sekitar 15 juta ekor, dari jumlah itu sebanyak 4,267 juta ekor sapi diantaranya dari Jatim. “Dari 15 juta ekor sapi itu, betinanya sebanyak 8,5 juta ekor dan dari jumlah sapi betina itu, di Jatim ada 2,7 juta ekor. Dari jumlah itu, sapi betina tidak semua bisa bunting, namun ada beberapa yang mengalami kendala, misalkan kena penyakit hingga tidak bisa bunting atau lainnya,” katanya.
Di Jatim, dari 2,7 juta ekor sapi betina yang akan menjadi akseptor pada tahun 2017 itu hanya ada 1,7 juta ekor sapi. “Sapi yang siap menjadi akseptor itu merupakan sapi yang sudah siap untuk di-IB atau kawin alami,” katanya.
Dikatakannya, rata-rata sebagian besar petani yang mempunyai ternak sapi betina yang ada di wilayah Jawa sudah minded akan menggunakan IB. Kecuali di kepulauan Madura, rata-rata masyarakatnya masih belum banyak yang tertarik untuk menggunakan IB pada sapi betinanya.  “Di Madura masih banyak sapi yang kawin secara alami,” tambahnya.
Adanya program Upsus Siwab, lanjut Samsul, diharapkan bisa mengobati sapi yang sakit dan tidak bisa bunting, dan mengintensifkan petani agar menggunakan IB.  Bahkan, ternak di Jatim bebas penyakit hewan menular, dan telah dicanangkan pula kalau wilayah pengembangan sapi seperti pulau madura sudah bebas brucellosis.
“Madura merupakan daerah pengembangan, maka hingga kini kami terus mensosialisasikan penggunaan IB, supaya IB menjadi meningkat,” katanya.
Dari 1,7 juta ekor sapi betina yang melahirkan, diharapkan bisa mencapai target kelahiran sebanyak 1,3 juta ekor anakan sapi. “Sebelum ada Upsus Siwab, sebenarnya Jatim sudah melakukan IB pada sapi betina yang ada di Jatim. Saat ini, inseminator di Jatim sebanyak 1300 orang. Namun adanya Upsus Siwab maka lebih digeliatkan,” ujarnya.
Sementara peralatan dan kebutuhan semenbeku untuk IB sudah mencukupi dari Balai Besar Inseminator Buatan di Singosari, Malang, dimana setiap tahunnya mereka memproduksi 3,5 juta semen beku.
“Dengan jumlah akseptor 1,7 juta ekor sapi betina, berarti paling tidak membutuhkan dua juta semen beku. Untuk saat ini, dari 1,4 juta semen beku diperkirakan menghasilkan kelahiran anakan sapi sebanyak 1 juta ekor,” paparnya.
Rohayati juga mengatakan, Disnak Jatim juga berupaya menurunkan target pemotongan ternak sapi-kerbau betina produktif pada 2017 mendatang. Pasalnya, Pemerintah pusat menargetkan penurunan pemotongan ternak sapi-kerbau betina produktif sebesar 20 persen.
Merujuk pada hasil evaluasi tahun 2015, ia meyakini angka penurunan penyembelihan sapi-kerbau betina produktif pada 2017 tetap bisa melebihi target yang dipatok. Dinas Peternakan Jatim mendata, pada tahun ini ada penurunan penyembelihan sekitar 25-30 persen menyasar kabupaten. Pemerintah daerah diharapkan dapat mendorong penekanan itu.
Selain itu, Disnak Jatim juga berupaya meningkatkan efisiensi pakan melalui pemberian bantuan mini feedmill kedepan, dengan harapannya perluasan lahan hijauan pakan ternak. Pasalnya, jika membeli produk pakan, maka biaya yang akan dikeluarkan lebih besar. Lain halnya pembuatan pakan mandiri dengan menggunakan mini feedmill.
Namun, disisi lain, dalam pengembangan ternak, tentunya diperlukan Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS). Di Jatim telah mendapatkan jatah 10 ribu ekor sapi yang berasuransi, dari total sebanyak 120 ribu ekor sapi yang ditargetkan secara nasional.
Namun, Dinas Peternakan (Disnak) Jatim optimis akan menuntaskan target tersebut hingga akhir Desember 2016. Saat ini, sapi ternak yang sudah diasuransikan di Jatim sebanyak 7500 ekor.
Dalam kesempatan ini, Rohayati mengatakan, adanya AUTS, maka peternak yang mengalami kerugian akibat usaha budidaya ternaknya¸ akan mendapat  dana ganti-rugi asuransi yang dapat digunakan sebagai modal dalam melanjutkan usahanya.
“AUTS ini sebenarnya juga membiasakan agar kelak peternak secara mandiri bisa mengasuransikan ternaknya dan menjadikan sebagai sebuah kebutuhan, sehingga faktor resiko dalam berternak sapi sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi,” katanya.
Dikatakannya, indikator keberhasilan program ini adalah peternak melaksanakan AUTS dengan membayar premi asuransi dan tersalurkannya bantuan premi terhadap peternak sapi yang mengikuti AUTS. Rencananya, Jatim juga akan menindaklanjuti program tersebut dengan menganggarkan melalui anggaran APBD. [rac]

Tags: