Pertamina Tunda Pertalite, Dewan Jatim Mendukung

Pertalite (1)Jakarta, Bhirawa
PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menunda peluncuran produk BBM jenis baru, pertalite yang seharusnya dilakukan pada Mei ini.
Direktur Utama Pertamina Dwi Sucipto menjelaskan, keputusan untuk menunda BBM RON 90 ini lantaran pertalite masih perlu untuk diuji lebih jauh. Belum lagi, sosialisasi dengan konsumen harus lebih gencar lagi dilakukan.
“Ini pengkajiannya masih panjang lah, karena kan kita kan masih harus menyiapkan uji-uji semua. Kalau pengujian-pengujian sudah sukses, tentu saja kita diskusi dengan stakeholder yang lain. Lalu sosialisasi supaya tidak membuat orang bingung,” jelas Dwi, Kamis (7/5).
Dengan pertimbangan ini peluncuran pertalite ditunda dari target waktu seharusnya pada Mei ini. Penundaan sendiri, lanjut Dwi, belum ditentukan sampai batas waktu yang pasti. Dia hanya memastikan peluncuran pertalite akan menunggu kepastian hingga seluruh proses teknis dilakukan.
“Belum dalam waktu dekat ini, tidak Mei. Nanti kita akan informasikan. Pokoknya seluruhnya harus clear terlebih dulu sebelum ini betul-betul dimulai. Karena supaya tidak ada hal-hal negatif yang terjadi ketika produk dilaunching,” lanjutnya.
Seperti diketahui, pemerintah per 1 Mei mulai memberlakukan BBM jenis pertalite di sejumlah SPBU. Pertalite nantinya menggantikan premium dan dibanderol dengan harga sekitar Rp 8.000 hingga Rp 8.300 per liter.
Sesuai kebijakan Pertamina, pertalite hanya akan dijual di SPBU kota-kota besar di Indonesia. Tahap pertama, penjualan pertalite di Kota Jakarta. Bila berjalan baik, akan dilanjutkan ke daerah lain di Indonesia. Sementara, di SPBU kota-kota kecil dan pinggiran kota besar, premium masih tetap dijual. Selain itu, premium hanya akan dijual kepada pengendara angkutan umum
Keputusan PT Pertamina ini sejalan dengan keinginan DPRD Jatim.  Lembaga legislatif ini meminta kepada pemerintah pusat agar pemberlakuan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite di perkotaan pada Mei 2015 dihentikan dulu waktunya karena dikhawatirkan berdampak pada kenaikan harga kebutuhan bahan pokok. Terutama menjelang datangnya Ramadan dan kondisi ini dikhawatirkan akan meresahkan masyarakat.
Anggota Komisi B DPRD Jatim Yusuf Rohana mengatakan munculnya BBM jenis pertalite merupakan skema pemerintah untuk mengurangi subsidi secara perlahan-lahan. Atau menghapus total dana subsidi, meskipun Pertamina berjanji tidak akan menghapus premium.
“Dari segi kualitas memang bagus pertalite untuk kendaraan, karena kandungan RON 90 daripada premium yang RON-nya hanya 88. Namun dari segi harga lebih mahal, karena  pertalite yang harganya diperkirakan Rp 8.300 per liter, sementara premium Rp 7.400 per liter,” ujarnya, Kamis (7/5).
Menurut Ketua Fraksi PKS DPRD Jatim ini, hal yang sangat penting adalah bagaimana pemerintah dapat menjaga stok premium. Pemerintah harus dapat memberi jaminan kalau stok premium mudah didapat setelah adanya pertalite.
Di sisi lain, pihaknya mempertanyakan sikap pemerintah selanjutnya dengan munculnya produk baru tersebut. Apakah premium secara bertahap dikurangi atau tetap dijaga. Pemerintah jangan sampai menghilangkan premium ketika masyarakat banyak menggunakan pertalite.  Karena dapat merugikan masyarakat yang biasanya memakai premium dan tidak sanggup membeli pertalite, ketika premium sudah dihapus.
Hal senada anggota Komisi B DPRD Jatim Aida Fitrianti yang menilai pemberlakuan pertalite pada Mei 2015 akan memperparah kondisi masyarakat, karena harga kebutuhan pokok menjelang bulan puasa selalu mengalami kenaikan. “Harga kebutuhan pokok menjelang lebaran dikhawatirkan akan berdampak langsung dengan munculnya pertalite. Akibatnya masyarakat menjadi resah,” kata politisi asal Fraksi PKB Jatim.
Pemprov Jatim perlu melakukan antisipasi kenaikan harga menjelang Ramadan dengan melakukan pengawasan terhadap distribusi, karena dikhawatirkan adanya penimbunan barang kebutuhan pokok.
Untuk mengontrol harga, Pemprov Jatim harus memberi subsidi biaya angkut kebutuhan pokok dan melakukan operasi pasar di titik keramaian. “Mafia-mafia dapat saja menimbun barang, apalagi dengan munculnya pertalite, bisa dijadikan alasan harga naik. Begitu masuk bulan puasa atau lebaran, harga dinaikkan ,” paparnya. [cty, ira]

Tags: