Pertanian Berbasis Android

Karikatur Pertanian Berbasis Android copyBERTANI, harus tepat musim, tepat bibit dan tepat lokasi ladang. Sejak zaman dahulu, teknologi pertanian telah dikenal, walau tidak diajarkan secara akademis. Transformasi Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) diajarkan melalui praktek langsung di ladang. Serta tambahan “ritual” khusus. Namun Iptek ke-pertani-an dipercaya menjadi faktor utama keberhasilan panen.
Dahulu, nyaris tidak pernah terjadi gege-mongso (menyimpangi musim). Periode tanam dilakukan pada saat musim hujan hampir selesai (bulan Maret). Namun bukan sembarang waktu, harus ditanyakan kepada “ahlinya” (biasanya ulama). Terdapat perhitungan neptu-dina, menggunakan rumus falaqiyah, berdasar astronomi. Namun selama lima dekade terakhir (sejak 1960-an), neptu-dina ditinggalkan, karena dianggap musyrik.
Dahulu pula, jarang ditemui hama walau tanpa insektisida. Hal itu disebabkan setiap akhir panen diselenggarakan bakar damen (batang padi) di ladang. Itu cukup mengusir hama dari segala jenis insektisida. Abu pembakaran sangat berguna sebagai pupuk organik, bercampur dengan tinja hewan ternak yang jatuh di ladang. Memulai tanam maupun mengakhiri masa panen, juga diiringi ritual doa bersama serta luapan rasa syukur.
Masa kini, pola bertani berubah. Mengikuti asas kapitalisme. Musim tanam dilakukan lebih kerap, agar lebih sering panen. Tak peduli tidak sesuai musim, asal bisa menanam. Varietas tanaman juga direkayasa agar lebih cepat bisa dipanen, dengan tambahan pupuk khusus. Juga tambahan obat anti-hama. Metode yang sama juga dilakukan pada sektor perikanan budidaya. Hasilnya, produk pangan meningkat untuk dijual sebagai tambahan penghasilan.
Namun anehnya, tingkat kesejahteraan petani tidak meningkat. NTP (Nilai Tukar Petani) pada tahun 2014 masih sebesar 110%. Padahal indeks NTP dipagu berdasar nilai ke-ekonomi-an tahun 2007 (angka 100). Berarti, selama 5 tahun NTP hanya “bergerak” sebesar 10%. Sedangkan nilai inflasi selama 7 tahun telah mencapai 35%. Dus, gerak tingkat kesejahteraan petani masih jauh dibawah laju inflasi. Maka wajar kondisi petani selalu dalam kemiskinan.
Pemerintah coba merevisi NTP dengan patokan perekonomian tahun 2012. Maka pasti pagu-nya akan lebih besar, terutama pada sisi indeks beli (ib). Selain benih, pupuk dan obat-obatan, NTP 2012 juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan cara bertani. Misalnya, kebutuhan BBM untuk hand tracktor yang sudah lazim menggantikan fungsi  sapi sebagai alat pembajak sawah. Serta ongkos sewa lahan pertanian yang makin mahal.
Pada sisi indeks diterima (it), pemerintah mesti mempertimbangkan hasil jual produk pertanian yang selalu jeblok. Penjualan pada masa panen akan selalu dibawah ketentuan pemertintah. Bahkan tidak ada Divre Bulog (di daerah-daerah)  yang bersedia membeli beras sesuai HPP (Harga Pembelian Pemerintah). Sedangkan penjualan produk pertanian di pasaran harus bersaing dengan produk impor.
Karena itu banyak petani memilih menjual lahan pertanian, sekaligus beralih profesi. Siapa tak galau dengan profesi pertanian? Namun harus, masih selalu ada ladang untuk bertani. Begitu pula beberapa cara perlindungan ke-pertani-an di-inovasi oleh berbagai pihak. Terutama yang berkaitan dengan spesifikasi lahan dan cuaca. Mungkinkah petani muda bisa bertani dengan memanfaatkan teknologi informasi (IT) berbasis android?
Seorang teknisi muda (ahli IT) yang tinggal di Boston, Amerika Serikat, Gouri Shankar (asal India) memilih kembali pulang ke desanya, di distrik Bagalkot Karnataka. Ia memperkenalkan IT jenis tablet khusus pertanian. Untuk mendukung akselerasi informasi ke-pertani-an, dilakukan kerjasama dengan perguruan tinggi pertanian. Hasilnya, sudah diproduksi perangkat lunak (tablet IT) bernama e-kisaan. Isinya, fitur ke-pertani-an yang terintegrasi dan data cuaca.
Boleh jadi, petani muda Indonesia akan mulai terbiasa dengan pertanian on-line. Ini selaras dengan program IMD (Internet Masuk Desa) yang digagas Kementerian Kominfo.

                                                                                                      ————- 000 —————

Rate this article!
Tags: