Pertumbuhan Ekonomi Jatim Hadapi Tantangan Berat

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat memberikan refleksi 2019 dan prioritas program Pemprov 2020 di Ruang Bhinaloka Pemprov Jatim, Minggu (29/12).

Pemprov Jatim, Bhirawa
Pertumbuhan ekonomi di Jatim masih akan mengahadapi tantangan berat di tahun 2020 mendatang. Patokan target yang diprediksi mencapai angka di antara 5,4 – 5,8 persen masih harus dikejar dengan kerja keras. Kendati tahun ini, Jatim berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang baik di angka 5,52 persen hingga triwulan ketiga 2019.
Beratnya tantangan perekonomian Jatim mulai dapat dilihat sejak 2019 ini. Pemprov Jatim mencatat, pertumbuhan sektor perdagangan Jatim menurun dari 6,29 persen menjadi 6,04 persen tahun ini. Selain itu, kontribusi sektor industry pengolahan juga melemah dari7,55 persen pada 2018 menjadi 6,8 persen tahun ini. Pelambatan ini tidak hanya terjadi secara regional di Jatim melainkan juga dialami oleh nasional.
“Kendati kita mengalami penurunan kinerja sektor industry pengolahan dan perdagangan kita masih di atas nasional. Bahkan kontribusinya terhadap nasional juga semakin meningkat,” tutur Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat memberikan refleksi 2019 dan prioritas program Pemprov 2020 di Ruang Bhinaloka Pemprov Jatim, Minggu (29/12).
Kontribusi sektor industri pengolahan Jatim terhadap nasional tahun ini menguat dari 22,09 persen pada tahun lalu menjadi 22,62 persen. Sedangkan kontribusi perdagangan Jatim menguat dari 20,61 persen menjadi 21,01 persen. Terkait hal itu, Khofifah berharap dapat melakukan penguatan terhadap produktifitas UMKM di Jatim. Di sisi lain, sektor perdagangan antar daerah dan antar provinsi juga akan terus dipacu.
“Yang patut kita syukuri adalah pertumbuhan ekonomi Jatim masih cukup solid. Masih diatas rata-rata nasional 5,04 persen. Karena itu, kita akan terus meningkatkan kegiatan ekonomi UMKM karena dari sisi kredit, UMKM di Jatim jauh lebih kuat dari korporasi,” tutur Khofifah.
Selain UMKM, jelas Khofifah, Jatim harus membangun korelasi yang sama-sama tinggi terhadap provinsi lain. Khususnya 16 provinsi di Indonesia yang logistiknya disuport dari Jatim. “Ketika daya beli mereka tinggi, pasti akan memberikan signifikansi terhadap pertumbuhan ekonomi Jatim. Tapi kalau dayabeli mereka rendah, maka juga akan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi Jatim,” tutur Khofifah.
Sementara itu, terhadap prioritas 2020 mendatang, Pemprov Jatim diakuinya telah menentukan sejumlah target. Di antaranya ialah realisasi big data yang akan mendukung Jatim dalam memasuki era revolusi industry 4.0. “Melalui big data ini, efektifitas dan efisiensi perjalanan pemerintah juga akan tercapai,” tambah mantan Menteri Sosial RI ini.
Selanjutnya terkait cipta lapangan kerja. Khofifah mengakui, setiap tahun tingkat pengangguran terbuka (TPT) Jatim tumbuh sekitar 800 ribu. Karena itu dari double track SMA/MA, One Product One Pesantren, serta Milenial Job Centre diharapkan bisa membuka lapangan kerja sekitar 600 ribu per tahun.
“Ini artinya, apa yang disampaikan Presiden tentang cipta lapangan kerja akan berseiring. Kita tidak akan berorientasi pada cipta lapangan kerja yang ribuan dalam sekali masuk. Ini akan membuka 2 -5 lapangan kerja tapi banyak sekali yang akan membuka lapangan kerja,” tutur dia. Khofifah optimis langkah ini Ini akan menjadi pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kanwol Jatim Difi A Johansyah menuturkan, tahun ini kegiatan ekspor dan impor mengalami penurunan. Hal ini juga dengan aktifitas kredit korporasi yang juga mengalami perlambatan. Karena itu, kunci pertumbuhan ekonomi Jatim adalah tumbuh bersama. “Jatim harus bisa bersinergi dengan provinsi yang menjadi mitranya untuk tumbuh bersama mendongkrak pertumbuhan ekonominya,” tutur Difi.
Saat ini, pola sinergi antar daerah menunjukkan aktifitas perdagangan cukup stabil untuk Jatim. Namun, hal itu masih belum sesuai harapan karena mitra Jatim di Indonesia timur masih mengalami perlambatan. “Kerjasama antar daerah sangat diperhitungkan untuk target pertumbuhan ekonomi kita yang mencapai 5,4 – 5,8 persen. Itu dengan base line pertumbuhan kredit yang melambat 7,7 persen,” tutur dia.
Jika pertumbuhan kredit di Jatim mencapai 9 persen seperti tahun lalu, lanjut Difi, pihaknya yakin pertumbuhan ekonomi di Jatim akan mampu mencapai maksimal hingga 5,8 persen. “Apalagi ditambah dengan potensi yang bisa dihasilkan dari Perpres 80 tahun 2019. Jika terealisasi dengan baik, akan melahirkan multiplayer effect yang bagus juga,”pungkas Difi.[tam]

Tags: