Perusahaan di ASEAN Bersemangat untuk Menjadi Ramah Lingkungan

Salahsatu kegiatan perusahaan di Asean

Surabaya, Bhirawa
Perusahaan-perusahaan Asia Tenggara menempati peringkat teratas secara global dalam hal prospek pertumbuhan dan tanggung jawab keberkelanjutan yang dicanangkan Perserikatan Bangsa Bangsa. Namun, komitmen ini perlu direalisasikan secara praktis, menurut HSBC.
Temuan ini didapat dari survei HSBC bertajuk ‘Navigator: Now, next and how’, yang melibatkan lebih dari 9.100 perusahaan di 35 negara dan wilayah, termasuk pandangan para pembuat keputusan kunci di 2.299 perusahaan di Asia Tenggara.
Survei Navigator mengungkapkan bahwa 81% perusahaan di Asia Tenggara memproyeksikan pertumbuhan bisnis pada tahun depan (lebih tinggi dari rata-rata global: 79%). Selain itu, 76% perusahaan Asia Tenggara yang disurvei percaya bahwa mereka memiliki peran dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan1 (Sustainable Development Goals) PBB, dibandingkan dengan rata-rata global 63%.
Optimisme dari perusahaan-perusahaan Asia Tenggara mencerminkan pertumbuhan dan demografi yang menguntungkan di wilayah tersebut. Secara kolektif,PDB 10 negara-negara gabungan ASEAN mencapai hampir USD 3 triliun pada tahun 2018 – lebih tinggi dari Inggris, Perancis atau India2, dan kawasan ini telah mengalami tingkat pertumbuhan hingga 5% selama beberapa tahun3.
Namun, kasus untuk pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara tidak dapat disangkal mengingat wilayah ini semakin nyata terkena dampak perubahan iklim secara tidak proporsional. Sebagai contoh, Lloyd memperkirakan bahwa ada risiko kehilangan USD $ 22,5 miliar dari PDB hanya karena dampak bencana banjir di kota-kota Asia Tenggara saja4. Jika dibiarkan tidak terselesaikan, Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa perubahan iklim dapat mengurangi PDB Asia Tenggara sebesar 11% pada akhir abad ini5. 
Matthew Lobner, Head of International and Head of Strategy & Planning, HSBC Asia-Pacific mengatakan: “ASEAN merupakan ‘rumah’ bagi beberapa bisnis yang paling optimis di dunia dan perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan tinggi ini sangat menyadari bahwa tujuan keberlanjutan dan komersial berjalan seiring. Melihat perusahaan-perusahaan Asia Tenggara mempunyai minat terhadap SDGs PBB memang menyenangkan, namun harus menjadi tindakan yang nyata. Manakala investor dan pemerintah meningkatkan fokus mereka pada keberlanjutan, perusahaan pun sekarang harus memberikan fokus pada hal ini.”
Rencana tindakan yang disarankan bagi perusahaan untuk mendorong agenda keberlanjutan
HSBC telah menyusun saran-saran bagi perusahaan untuk dapat secara progresif menjadikan keberlanjutan sebagai bagian dari strategi dan operasinya.
1. Berpikir jangka panjang dan pendek: Keputusan yang dibuat sekarang akan berpengaruh di masa datang. Dampak perubahan iklim bersifat sistemik, menyeluruh, dan tetap.
2. Berpikir secara menyeluruh: Mempertimbangkan segala sesuatunya dimulai dari penggunaan energi listrik, portofolio aset, asal usul sumber daya, pengemasan dan pengiriman produk, sampai kepada kesiapan operasional. Maksudnya adalah melibatkan seluruh lapisan organisasi dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan terkait lingkungan dan hal-hal sosial ke dalam bisnis dan keputusan investasi.
3. Berpikir global: Mencairnya gletser dan naiknya permukaan air laut tidak hanya berakibat buruk untuk penghuni kawasan Greenland atau Tuvalu. Hal-hal ini berdampak luas, terutama pada masa sekarang ini dimana seluruh dunia terhubung.
4. Mengikuti perkembangan: Perubahan teknologi dan inovasi hijau bisa menjadi alternatif untuk menekan karbon di sekitar anda. Sejalan dengan peraturan lingkungan, opsi pembiayaan berkelanjutan dan perkembangan ekspektasi investor dan pelanggan. Anda mungkin menemukan bahwa aksi ramah iklim akan mengangkat – bukan menyeret – keuntungan dan reputasi Anda.
5. Bertindak sekarang dan memberi contoh: Strategi bisnis dan produk tidak dapat digeser dalam semalam – tindakan awal adalah kuncinya.
Sumit Dutta, Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, mengatakan: “Keberlanjutan akan mendorong nilai dan membantu mengamankan kelangsungan bisnis jangka panjang, dan kegagalan untuk melakukan sebuah tindakan sekarang dapat sangat menghambat peluang pertumbuhan Indonesia. Sementara itu, kemajuan pesat sudah dibuat. Lima tahun kedepan merupakan waktu yang penting bagi bisnis untuk memastikan bahwa keberlanjutan tertanam di seluruh lini bisnis dan juga mata rantai mereka.”(ma)

Tags: