Pesan Bijak Gus Muwafiq tentang Islam

Judul : Nusantara Tidak Akan Bubar
Penulis : Gus Muwafiq
Penyunting : Tofik Pram
Penerbit : Imania
Cetakan : Pertama, November 2019
Tebal : 224 halaman
ISBN : 978-602-8648-31-8
Peresensi : Ratnani Latifah
Penulis dan penikmat buku asal Jepara
Maraknya aliran-aliran Islam baru di Indonesia sedikit banyak mulai meresahkan umat Islam. Karena apa yang mereka bawa sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam yang sudah ada di Indonesia-yaitu Islam yang ramah, damai dan selalu menebarkan kasih sayang. Mereka datang dengan cara dakwa yang memaksa. Mereka tidak segan memfitnah para ulama, serta berusaha mengecoh masyarakat awam, tidak segan untuk menuduh sesama orang Islam sebagai orang kafir, ketika tidak sejalan dengan kepercayaan mereka.
Keadaan inilah yang kemudian mendorong para ulama Aswaja untuk mulai bertindak. Mereka tidak bisa membiarkan salah kaprah, terus terjadi, dan membuat masyarakat berada dalam kebimbangan. Gus Muwafiq, Kiai asal Lamongan yang dikenal sebagai salah satu orator NU ‘zaman now’-karena kedalaman ilmu dan kemampuan orasinya- menjelaskan kajian Islam yang dipadukan dengan kisah-kisah sejarah berdasarkan sumber-sumber autentik dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Mendengar ceramah dari Gus Muwafiq, selain kita semakin memahami Islam, kita pun juga semakin memahami perihal sejarah Islam juga menumbuhkan rasa cinta terhadap Tanah Air.
Buku ini merupakan kumpulan ceramah yang dilakukan Gus Muqafiq yang telah dinarasikan, yang sedikit banyak akan membuka pengetahuan dan pengalaman kita tentang Islam secara mendalam. Dalam salah satu ceramahnya Gus Muwafiq menjelaskan bahwa kita tidak bisa menyamakan ajaran Islam dalam setiap daerah. Karena setiap daerah sudah pasti memiliki perbedaan budaya dan tentunya cara berdakwa juga berbeda demi kemaslahatan masyarakat umum.
Nabi sendiri selama proses dakwah juga sudah menunjukkan kebiasaan tersebut. Ketika Malikat Jibril ingin menghukum kaum kafir yang terlah berbuat jahat terhadapi beliau, Nabi Muhammad menolak keinginan Jibril. Karena umatnya berbeda dari umat-umat sebelumnya. Jika umat nabi-nabi terdahulu langsung dibinasakan karena telah berbuat laknat, maka umat Muhammad tidaklah seperti itu. Umat Nabi tetap terus diajak dalam kebaikan, siapa tahu pada akhirnya mereka bisa berubah dan bertaubat. Itulah cara dakwa Nabi, yang santun, ramah dan tidak memaksa.
Begitu pula ketika wali songo datang membawa Islam ke Indonesia, mereka memilih cara dakwah sebagaiman yang dilakukan Nabi Muhammad. Mereka berdakwa dengan cara damai. Para wali tidak langsung serta merta merubah adat kebiasaan yang sudah ada, tetapi mereka memodifikasi kebiasaan tersebut, agar menjadi kebiasaan Islami. Hal senada juga pernah dilakukan Nabi Muhammad ketika berdakwa pada masa Jahiliyyah. Hal itu pula yang kemudian diwarisi atau dicontoh para ulama Asjwa dalam melakukan dakwah kemapa masyarakat.
Di lain kesempatan Gus Muwafiq juga menjelaskan bahwa akan ada perpecahan setelah kepergian Rasulullah. Lebih jelasnya konflik politik dan aliran-aliran agama dalam umat Islam terjadi sejak meninggalnya Rasulullah saw. Konflik ini menemukan titik kompromi untuk pertama kalinya di zaman Abu Hasan Al-Asyari. Meski tentu saja dalam upaya itu ia harus menghadapi berbagai cemooh dan ejekan dari aliran lain, tetapi ia tetap bersiteguh. Langkah yang dilakukan Abu Hasan Al-Asy’ari inilah yang dilakukan Nahdlatul Ulama (NU) yang berusaha mencari titik kompromi di antara kekuatan kolonial, ekskalasi politik internasional, dan kebutuhan agama. Karena itu dalam tauhid Nu mengikuti Abu Hasan Al-Asy’ari (hal 66).
Begitulah yang dicontohkan NU. Ia tidak pernah bingung dalam berbagai gesekan politik. Semangatnya sudah tertanam mencari titik kompromi di tengah konflik. Karena kompromi memang perlu dilakukan. Jika dibiarkan, maka akan menjadi pertentangan dan itu akan berbuntut pada terbukanya akar konflik dalam sejaraha kekhalifahan di muka bumi.
Tentu saja masih banyak pembahasan lain, yang dipaparkan Gus Muwafiq dengan lugas dan menarik. Secara keseluruhan buku ini sangat menarik. Membaca buku ini kita bisa menemukan banyak sekali wawasan, tidak hanya masalah ajaran Islam, tetapi juga tentang sejarah Islam.
———— *** ————–

Rate this article!
Tags: