Pesantren Percepat Perbankan Syariah Provinsi Jawa Timur

Difi Ahmad Djohansyah saat memberikan piala pemenang Dai Cilik Isef.

Surabaya, Bhirawa
Bank Indonesia (BI) Jatim optimis perbankan syariah di Jatim punya peluang besar untuk tumbuh lebih baik mengingat jumlah pesantren di Jatim sebanyak 6.003 dengan 965.646 santri, didukung 9 bank umum syariah, 89 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS), 2 modal ventura syariah, Pegadaian Syariah, dan dua leasing syariah.
Karena itu, Asisten Direktur Divisi Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur, Andy Indra Prayogo, saat dijumpai di sela sela acara Edukasi ekonomi dan keuangan syariah untuk awak media Jatim di hotel Harris Malang, Sabtu (14/10) mengungkapkan, Jatim punya potensi besar untuk terus mengembangkan ekonomi dan perbankan syariah yang berbasiskan pada ajaran Islam.
Untuk itu, BI Jatim menempatkan media, baik cetak, elektronik, serta online sebagai stakeholders penting khususnya dalam percepatan sosialisasi ekonomi dan keuangan syariah kepada masyarakat. “Melalui kegiatan edukasi ekonomi dan kuangan syariah kepada para awak media ini, kami berharap dapat meningkatkan wawasan kepada masyarakat terkait konsep ekonomi dan keuangan syariah,” tambah Andy.
Menurutnya, media berperan sangat strategis dalam upaya percepatan pemahaman antara konsep ekonomi konvensional dengan ekonomi syariah. “Lewat media, sosialisasi akan tersampaikan secara cepat dan tepat,” katanya.
Pertumbuhan rata-rata aset (yoy) perbankan syariah rata-rata sebesar 25,02 persen dalam 5 tahun terakhir. Total aset perbankan syariah sekitar Rp387,87 triliun. Industri perbankan syariah juga telah mengelola hampir 23,9 juta rekening dana masyarakat, melalui kurang lebih 2600 kantor jaringan di seluruh Indonesia. Sementara itu, aset perbankan syariah tersebut baru mencapai 5,42 persen dari aset perbankan di Indonesia.
Hal tersebut bukan dikarenakan kemampuan bank syariah dibawah bank konvensional, melainkan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. “Masyarakat belum terbiasa dengan istilah Syariah. Bank istilah-istilah tidak dimengerti oleh masyarakat. Misalnya istilah Mudharabah,” terangnya.
Istilah dalam bank syariah memang berasal dari bahasa Arab, sehingga hanya sedikit masyarakat yang mengerti dan tertarik olehnya. Padahal, keuntungan yang ditawarkan bank Syariah tidak kalah dengan bank konvensional. “Investasi pada bank syariah lebih aman dan terhindar dari derivatif,” jelas dia.
Andy meyakini, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia terutama Jawa Timur yang mayoritas berpenduduk muslim, akan terus meningkat. Tentunya didukung kerja keras dan dorongan semua pihak, potensi ekonomi dan keuangan syariah ini akan meningkat.”pungkas Andy Inra Prayogo.
Untuk mendukung sosialiaasi percepatan perbankan syariah menuju ekonomi syariah, BI Jatim menggelar Festival Ekonomi Syariah atau ‘Indonesia Shari’a Economic Festival’ (ISEF) untuk kali keempat, dan akan dipusatkan di Grand City Surabaya, pada 7-11 November 2017.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim Difi Ahmad Djohansyah saat ditemui di sela sela memberikan hadiah bagi pemenang lomba dai cilik, di atrium Grand City Surabaya, Sabtu (14/9) mengatakan, ada yang berbeda pada penyelenggaraan kali ini, yakni dilakukan secara bersamaan di Kantor Bank Indonesia yang ada di Provinsi Jatim.
“Kami juga menggelar bersamaan di Bank Indonesia Malang, Kediri dan Jember dalam rangkaian “Road to ISEF 2017? empat kota yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember mulai 6 Oktober sampai 28 Oktober 2017,” katanya.
Juara 1 pemenang lomba dai cilik adalah Satria Mahadewa  dengan skor nilai 260 berhak mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 5 juta, juara ll Zaskiya Isma Islamiyah dengan skor nilai 257 berhak mendapatkan hadiah uang sebesar Rp3 juta, dan juara lll Bilatif Rachmat dengan skor nilai 248 berhak mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 2 juta.
Tahan Krisis
Sementara itu, Bank Indonesia mendorong ekonomi berbasis syariah menjadi fundamental berbisnis di masyarakat. Karena jika ekonomi syariah ini berjalan, menjadi usaha mayarakat yang tahan terhadap krisis, tidak ada riba dan konsepnya bagi hasil.
“Melalui gelaran Indonesia Syaria Economic Festival ini BI  terus akan mendorong ekononi syariah ini berkembang di masayarakat. Kalau masyarakatnya sudah mengerti dan paham, usaha yang berbasis syariah ini akan menjadi kekuatan people power. Karena disitu konsepnya jelas bagi hasil ada pemerataan penghasilan, tidak ada tipu-tipu, ada zakatnya. Dan jika ada persoalan, caranya lebih muda dan gampang beda dengan kondisi saat ini. Kalau saat ini, jika mengalami kegagalan sistem, dibutuhkan semacam bailout, atau suntikan dana agar usahanya bisa berjalan. Sehingga mereka yang terdampak krisis bisa pulih kembali,” ujar Pj.Deputi Bank Indonesia Jember, kemarin.
Menurut Gde, selama ini masyarakat belum paham ekonomi berbasis syariah itu seperti apa. Sehingga dibutuhkan literasi dan edukasi kepada masyarakat.” Penguatan literasi dan edukasi yang terus kita gencarkan. Makanya dalam hal  ini, BI menggandeng akademisi dalam literasi dan edukasi. Sehingga dengan begitu, masyarakat paham tentang ekonomi berbasis syariah secara menyeluruh tidak parsial,” tandasnya pula. [ma,efi]

Tags: