Pesawat TNI AU Jatuh di Areal Pertanian Warga di Bromo

Suasana evakuasi dua jenazah korban tewas insiden pesawat TNI AU di Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan dibawa ke RSAU Dr M Munir, Malang, Kamis (16/11) sore. [hilmi husain]

Diduga Dua Jenazah Korban Tewas Telah Dievakuasi

Pasuruan, Bhirawa
Pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano milik TNI Angkatan Udara jatuh di areal pertanian warga, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11) siang, sekitar pukul 11.30 WIB.

Salah satu warga Muhammad mengatakan, lokasi jatuhnya pesawat tersebut berada di lereng pegunungan yang biasa digunakan warga bertani kentang. “Lokasinya berada di lereng gunung, areal pertanian warga,” kata Muhammad salah satu warga di Pasuruan.

Camat Puspo, Eddy Santoso membenarkan hal tersebut. Menurutnya, dari informasi yang didapatkan dari Kepala Desa Keduwung, Rupani, yang mengatakan pesawat jatuh di area perkebunan kentang warga. “Tadi saya dikabari Pak Kades, kejadiannya sekitar pukul 11.30 WIB,” katanya.

Ia mengatakan, lokasi jatuhnya pesawat TNI AU cukup susah untuk dilalui jalur kendaraan roda empat. Hal itu lantaran berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Namun, saat ditanya apakah ada korban jiwa, Eddy belum bisa memastikannya. “Belum tahu,” katanya.

Sebelumnya beredar video di media sosial terkait dengan peristiwa jatuhnya pesawat tempur tersebut. Beberapa video terlihat jika pesawat tersebut sempat terbakar pada bagian depannya. Terlihat juga bagian pesawat yang hancur, dan menyisakan puing-puing pesawat.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, saat dihubungi di Jakarta, Kamis, membenarkan insiden jatuhnya dua pesawat TNI AU itu. “Betul (di Pasuruan, red.) dan ada dua (pesawat tempur),” kata Marsekal Fadjar.

TNI AU masih menyelidiki peristiwa tersebut, termasuk soal kemungkinan adanya prajurit yang menjadi korban, penyebab jatuhnya pesawat, serta kronologi peristiwa. Dua pesawat TNI AU yang jatuh itu diketahui masing-masing unit dengan nomor registrasi TT-3111 dan TT-3103.

Sedangkan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojati menjelaskan, dua pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano jatuh di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis, saat latihan formasi rutin.

Dalam sesi latihan itu, dua pesawat itu diterbangkan oleh total empat perwira menengah TNI AU, yaitu Letkol Pnb Sandhra “Chevron” Gunawan (Komandan Skadron Udara 21), Kolonel Pnb Subhan (Danwing Udara 2 Lanud Abdulrachman Saleh), Kolonel Adm Widiono Hadiwijaya (Kepala Dinas Personel Lanud Abdulrachman Saleh), dan Mayor Pnb Yuda A. Seta.

Letkol Pnb Sandhra dan Kolonel Adm Widiono menumpang pesawat dengan nomor registrasi TT-3111, sementara Mayor Pnb Yuda dan Kolonel Pnb Subhan di pesawat dengan nomor registrasi TT-3103. Sandhra dan Yudo mengisi kursi depan kemudi (frontseater), sementara Widiono dan Subhan di kursi belakang (backseater).

Kadispenau saat ini bertolak langsung ke Malang, Jawa Timur, untuk mendapatkan perkembangan informasi terkini soal kondisi pesawat dan para awak yang merupakan korban jatuh. Sejauh ini, kondisi seluruh korban belum diketahui. Walaupun demikian, video amatir yang beredar menunjukkan warga menemukan salah satu korban atas nama Kolonel Adm Widiono. Namun, TNI AU ataupun lembaga pencarian dan penyelamatan (SAR) setempat belum mengeluarkan keterangan resmi terkait itu.

Dalam kesempatan yang sama, Kadispenau juga menjelaskan kronologi pesawat mulai hilang kontak (lost contact). “Pada hari ini, Kamis 16 November 2023 pukul 11.18 WIB telah lost contact pesawat Super Tucano dari (Pangkalan Udara) Abdulrachman Saleh, Malang. Kedua pesawat tersebut diperkirakan mengalami accident (kecelakaan), dan menurut laporan dua pesawat tersebut (jatuh) di daerah Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Kedua pesawat sedang melakukan latihan formasi secara rutin,” tutur Kadispenau.

Sementara itu, Kapten TNI Sutiyono, Koramil Lumbang menyampaikan proses evakuasi korban pesawat yang jatuh di Kabupaten Pasuruan dilakukan warga bersama petugas gabungan. Warga berinisiatif segera melakukan evakuasi, mengingat lokasi medan yang rawan banjir.

Adapun, lokasi kejadian berada di tiga kali gunung dengan jarak kurang lebih 50 kilometer. Warga segera gotong royong untuk mengevakuasi korban. Hal itu dikarenakam lokasi kejadian berada tepat di bawah tebing. Jika tidak segera dievakuasi, kabut akan turun dan menyulitkan.

“Ini adalah inisiatif warga, karena lokasinya berada tepat di bawah tebing. Apabila tidak segera bergerak, maka kabut akan turun. Ditambah lagi jika terjadi hujan, air dari atas bukit akan cepat turun dan menyulitkan untuk mengevakuasi korban,” kata Sutiyono di lokasi di Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan.

Sutiyono menjelaskan dua orang dievakuasi dan dinyatakan meninggal dunia. Kondisi saat melakukan evakuasi, warga berjalan kaki dan bergotong royong membawa jasad korban dari lokasi ke ambulan yang bersiaga.

“Alhamdulillah, keduanya sudah berhasil dievakuasi. Kondisinya sudah meninggal dunia. Kami mengevakuasi korban dengan cara jalan kaki, karena jika kendaraan seperti ambulan, medannya sangat berbahaya,” tambah Sutiyono.

Sutiyono tak memberikan keterangan secara rinci identitas korban yang berhasil ditemukan. Saat ini korban yang berhasil dievakuasi untuk dibawa ke ke RSAU Dr M Munir, Malang.

Sementara itu, diduga dua korban tewas di insiden pesawat TNI AU jatuh di Kabupaten Pasuruan telah dievakuasi pada, Kamis (16/11) sore. Diduga dua jenazah yang dievakuasi tersebut dikabarkan sempat menaiki pesawat TNI AU yang jatuh di Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Evakuasi jenazah dilakukan dengan mobil Ambulan sekitar pukul 15.10.

Warga Dusun Keduwung Atas, Desa Keduwung, Paiman yang turut mengevakuasi menyatakan sepengetahuannya ada dua korban tewas dalam insiden jatuhnya pesawat di Desa Keduwung. “Tadi saya ikut mengevakuasi. Yang meninggal di lokasi ada dua,” ujar Paiman kepada sejumlah wartawan di lokasi.

Ia menyebut, diduga pesawat latih TNI AU tersebut jatuh sekitar pukul 11.30. Pesawat berwarna abu-abu itu jatuh di tengah ladang perkebunan kentang di pinggir jurang Blok Watugedek, kawasan perhutani.

Sebelum insiden terjadi, dirinya sempat melihat ada sejumlah pesawat latih yang melintas di atas langit. “Saat itu, saya berladang menanam kentang. Mendadak ada pesawat, tapi kondisinya kabut. Lalu ada ledakan keras, jediar,” kata Paiman.

Usai pesawat TNI AU itu terjatuh, ia penasaran serta mencoba mendekat ke titik lokasi jatuhnya pesawat latih. Ia juga sempat merekam video di lokasi. “Kata teman-teman tidak boleh mendekat kuatir meledak lagi, tapi saya akhirnya ikut mengevakuasi karena ini rasa kemanusiaan,” jelas Paiman.

Sementara, lokasi titik kedua jatuhnya pesawat TNI AU diduga berada di Bukit Kundi, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Beredar kabar bahwa di wilayah bukit Kundi, diduga masih ada 2 korban lain. Hingga kini, informasinya dua korban ini belum dievakuasi. [hil.cyn.ant.iib]

Tags: