Pesta Gelembung Salat Gerhana Warnai Milad

3-poto kakiSurabaya, Bhirawa
Sebanyak 1200 orang dari Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya dan dosen memenuhi halaman rektorat Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Rabu (9/3) kemarin. Mereka melakukan Shalat Jamaah Sunah Khusuf menyambut fenomena alam gerhana matahari total (GMT) dengan menggelar festival gelembung sekaligus perayaan ulang tahun kampus ke 32 tahun.
Ketua pelaksana Zainal Muttaqin mengatakan meskipun di Surabaya hanya dilalui setengah jam saja, perayaan gerhana matahari juga bertepatan dengan ulang tahun ke 32 UMSurabaya.
“Gerhana matahari kali ini kami bersyukur karena bertepatan dengan hari milad kampus kami ke 32 tahun.  Dan ini alhamdulillah pertanda baik dan harus dimaknai positif dan optimis,” kata Zainul Rabu kemarin.
Ia menambahkan, pihaknya juga menggelar festival gelembung dan serangkaian acara hiburan yang diperuntukkan bagi masyarakat kampus antara lain jalan sehat, buble run, parade musik serta bagi doorprize.
Sementara itu, Rektor UMS, Dr. dr. Sukadiono, MM menambahkan bahwa Gelembung merupakan ibarat simbol rasa syukur atas kenikmatan yang didapat selama 32 tahun prestasi UMS yang kami sebut ‘Surabaya Morning Bubble’.
“Selama usia 32 tahun ini prestasi yang diukir oleh UMS sudah banyak dan diantara prestasi tersebut UMS mendapatkan ranking ke-13 dari Kopertis VII Jatim dan itu dari 371 perguruan tinggi negeri maupun Selain itu UMS sudah mendapatkan akreditasi B untuk instansinya,” katanya.
Ketika ditanya harapan Milad ke 32 ini, Sukadiono menuturkan bahwa UMS harus bisa lebih terpacu, agar tidak kalah dengan perguruan tinggi lainnya dalam menciptakan mahasiswa yang baik dan cerdas.
“Harapan kedepannya harus semakin berprestasi dan tidak boleh berbangga diri hanya disini dan dibanding dengan perguruan tinggi negeri. Serta harus berpacu, civitas akademika harus kompakan dan bersinergi untuk kemajuan UMS dimasa mendatang,” tadasnya Sukadiono.
Sementara  itu Warga Surabaya memadati jembatan Kenjeran untuk menyaksikan gerhana matahari ,meski belum resmi dibuka, Rabu(9/3).
Dalam kondisi tertutup rapat, ratusan warga berhasil masuk di jembatan yang membentang dari kampung nelayan sampai ke Pantai Kenjeran. Fenomena langka ini membuat warga nekat masuk untuk menyaksikan secara langsung detik-detik gerhana matahari yang mencapai lebar sekitar 86,04 persen.
Banyaknya warga yang menyaksikan gerhana matahari sampai ke tengah jembatan kenjeran baru ini, Camat Bulak Suprayitno mengaku belum mengetahuinya. Namun, Ia memastikan banyaknya warga yang menyaksikan langsung fenomena alam di jembatan baru kenjeran tersebut dengan cara membobol pagar penutup.
“Kan belum dibuka, kalau ada warga yang masuk itu dibobol kayaknya. Soalnya, akses menuju jembatan itu masi ditutup semua,” terangnya saat ditemui Bhirawa di Kenpark Kenjeran yang juga turut menyaksikan gerhana matahari.
Menurut Prayit sapaan akrabnya mengatakan peresmian jembatan Kenjeran yang nantinya akan dijadikan sebagai salah satu ikon wisata di Kota Surabaya. Hingga kini masih menunggu kesiapan dari warga sekitar.
Seharusnya, tambah Prayit, bahwa sudah ada larangan untuk memasuki jembatan baru Kenjeran. Sebab, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini belum meresmikan jembatan tersebut. “Itu namanya pembobolan kalau ada warga yang masuk. Apalagi sampai ke tengah-tengah jembatan,” pungkasnya.
Fenomena alam yang terjadi setiap 33 tahun sekali ini nampaknya mendapat atensi yang luar biasa dari masyarakat luas. Bagaimana tidak, ribuan warga Kota Surabaya memadati area Kenjeran Park (Kenpark) untuk dapat menikmati peristiwa Gerhana Matahari secara langsung.
Sayangnya antusiasme warga ini tidak dibarengi dengan kesiapan dari pemkot Surabaya untuk memfasilitasi warganya. Pembagian kacamata khusus pun berasal dari inisiatif komunitas Himpunan Pelajar Astronomi Surabaya. “Kami hanya mampu menyediakan sekitar 200-300 kacamata khusus untuk hari ini (kemarin, red),” ujar Roni Pembina Himpunan Pelajar Astronomi Surabaya.
Jumlah pengunjung yang mencapai tiga kali lipat, sebagian besar yang sudah sejak pagi mengantri untuk mendapatkan kacamata khusus secara gratis harus gigit jari. Sebab, tak sampai lima belas menit stok kacamata khusus telah ludes. “Dibilang kecewa ya kecewa mas, saya sudah antri sejak pukul 06.00 WIB, tapi ga kebagian kacamata dengan alasan jumlahnya sangat terbatas,” ungkap Witno pengunjung asal Surabaya ini.
Dari peristiwa tersebut, masyarakat yang tak kebagian kacamata khusus sempat bersitegang dengan pihak Komunitas Himpunan Pelajar Astronomi Surabaya. Namun tak berlangsung lama kemarahan pengunjung ini dapat diredam kembali, sehingga situasi kembali kondusif.
anggota Astronomi Surabaya Club, Joshua mengaku pihaknya telah mempersiapkan segala kebutuhan teknis jauh jauh hari. “Persiapan dari komunitas kami sejauh ini sudah matang. Kami membawa Teleskop yang dilengkapi filter khusus Matahari. Cara kerja filter itu meredupkan sinar yang masuk ke teleskop sebesar seratus ribu kali lipat,” terangnya. (geh)

Tags: