Peta Jalan Prestasi Asia

foto ilustrasi

Hitung mundur pelaksanaan pesta olahraga bangsa-bangsa se-Asia, telah dilakukan oleh presiden Jokowi. Ke-meriah-an bagai gladi bersih Asian Games (AG) ke-18, yang persis kurang setahun lagi. Ini menandakan, tuan rumah tidak setengah hati menjamu ribuan tamu negara sahabat. Infrastruktur menyambut atlet (dan official) 45 negara, telah dilakukan di Jakarta dan Palembang. Even olahraga internasional dapat dijadikan takaran pergaulan bangsa-bangsa lebih bermartabat.
Walau prestasi ke-olahraga-an belum menjadi tujuan utama, hanya target  finish pada sepuluh besar. Berdasar perolehan medali sepanjang masa, Indonesia menempati peringkat ke-8. Total medali yang diraih sebanyak 407 keping selama 16 kali kesertaan. Terdiri emas 87, perak 117 dan 203 perunggu. Masih di bawah Thailand dengan 109 medali emas. Raksasa Asia tetap dirajai RRC, disusul Jepang (910 emas) dan Korsel 617 keping emas.
Even olahraga internasional diharapkan dapat menjadi “talang” berkah. Diantaranya, ekonomi kreatif (ke-wisata-an), termasuk kawasan di luar ibukota negara. Penyelenggaraan pesta olahraga prestasi terbesar se-kawasan Asia, tidak selalu digelar di ibukota negara yang memiliki kecukupan akomodasi terbaik. Korea Selatan dan China, sukses menyelenggarakan AG di kota “terdalam.” Bahkan Jepang, sukses menempatkan kota yang pernah hancur akibat bom atom.
Selain sukses di Hiroshima (AG ke-12 tahun 1994), beberapa kota “terdalam” juga sukses menjadi tuan rumah. Antaralain AG ke-14 di Busan (bukan Seoul). Begitu juga AG ke-16 tahun 2010 di Guangzhou, dan AG XVII September 2014 diselenggarakan di Incheon (Korsel). Itu sebabnya, Sumatera Selatan tak minder menjadi tuan rumah pendamping (Jakarta) untuk Asian Games ke-18 tahun 2018.
Karena itu kota Palembang nampak bagai beradu cepat membangun venue. Terutama menambah kapasitas stadion Jakabaring, sampai cukup menampung 60 ribu penonton. Banyak proyek berkelas “mercusuar” sedang dikerjakan, termasuk berbagai infrastruktur baru. Diantaranya membangun jembatan kembar di atas sungai Musi, serta kereta layang dari bandara ke Jakabaring. Berdasar pengalaman tuan rumah, biaya penyelenggaraan akan balik modal dalam waktu tak lama.
Tidak mudah meraih prestasi olahraga kelas dunia. China, misalnya, selama  tahun 2000 dan 2004, anggaran lebih dari US$3 miliar (sekitar Rp 31 trilyun). Hasilnya, diperoleh 32 medali emas di Olympiade Atena 2004. Itu persiapan medali termahal di dunia. Pada Olympiade 2012, China menjadi runner-up, hanya berselisih 4 emas dengan Amerika Serikat. Pada AG ke-18 saat ini, dipastikan dimenangkan RRC.
Persiapan “mercu” Asian Games juga dikebut oleh Pemda DKI Jakarta. Diantaranya, dengan proyek pengembangan dua jalan layang di sekeliling Jembatan Semanggi. Kawasan yang dibangun oleh Presiden Soekarno ini akan dilengkapi double track kereta rel ringan. Juga terdapat hotel atlet. Targetnya selesai saat pebukaan Asian Games, Agustus 2018.
Biaya penyelenggaraan AG, konon, tidak terlalu besar. Hanya sekitar US$ 500 juta (sekitar Rp 6,7 trilyun). Tetapi Hanoi menyatakan tak cukup memiliki anggaran. Karena Vietnam negeri kecil yang baru saja “bangkit” secara ke-ekonomi-an. Prestasi olahraga-nya juga belum seberapa nampak. Sehingga dikhawatirkan biaya AG tidak bisa balik modal dengan mengandalkan sponsor maupun tiket masuk arena pertandingan.
Sebagai tuan rumah, Indonesia memiliki kenangan manis. Yakni pada penyelenggaraan AG ke-2 di Jakarta (diikuti 16 negara). Mampu finish sebagai runner-up, dengan 21 medali emas, 29 perak, dan 30 perunggu. Serta beberapa rekor Asia, dipecahkan. Pada awal AG (1951), Indonesia finish pada urutan ketujuh, hanya dengan 5 medali perunggu. Terbukti, menjadi tuan rumah dapat menjadi jalan mencapai prestasi lebih baik.

                                                                                                            ———   000   ———

Rate this article!
Peta Jalan Prestasi Asia,5 / 5 ( 1votes )
Tags: