Petani Bojonegoro Keluhkan Harga Bibit Tembakau Mahal

Salah satu petani tembakau sedang menyiram tembakau dilahan sawahnya di Bojonegoro. (achmad basir/bhirawa)

Bojonegoro, Bhirawa
Menjelang masa tanam tembakau, petani di Bojonegoro sudah dihadapkan dengan ada kenaikan harga bibit yang akan ditanam. Kenaikan harga bibit tembakau terjadi di tingkat petani cukup tinggi hingga mencapai 50 persen dibanding dengan harga bibit saat musim tahun sebelumnya.
Informasi diperoleh dari kalangan petani, harga bibit tembakau di tingkat penangkar untuk musim tanam tahun ini mencapai Rp 40.000 per seribu pohon. Harga tersebut naik dibandingkan saat awal musim tanam 2016 lalu yang harga bibit tembakau senilai Rp 20.000 per seribu pohon.
Salah satu petani tembakau asal Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Bojonegoro, Rusdi menyatakan, saat ini pihaknya sudah membeli bibit tembakau harganya tergolong mahal dibanding dengan tahun lalu. “Saya dapat harga Rp 40.000 per seribu bibit pohon dibanding tahun lalu hanya Rp 20.000 per seribu pohon,” ujar Rusdi kepada Bhirawa, kemarin (9/8) dilokasi.
Petani tembakau yang punya luas lahan 1/2 hektar ini mengaku, telah menanam tembakau jenis jawa sebanyak 11 ribu pohon, bisa menghasilkan 1 kwintal. Ditanya kalau harga jual daun basah tahun lalu Rp 1.900 per kilogram. “Sekarang cuaca bagus, harapanya harga bisa mencapai Rp 3.500 per kilogram,” harapnya.
Ditambahkan untuk pupuk mudah tidak ada kendala dan harga terjangkau Rp 105.000 per sak. Namun yang menjadi kendala harga bibit yang mahal. Berdasarkan perhitungannya, setiap hektare lahan memerlukan bibit sebanyak 20 ribu pohon.
Sehingga pada kondisi normal petani harus mengeluarkan biaya berkisar Rp 400.000 hingga Rp 600.000, namun sekarang petani harus mengeluarkan biaya bibit tembakau mencapai Rp 1,2 juta per hektare. “Padahal, biaya produksi pertanian tembakau itu bukan hanya pada bibit, namun ada lagi yang lebih besar yakni pengolahan tembakau yakni mulai dari petik sampai jadi tembakau kering siap jual,” tuturnya.
Bahkan, jika dihitung biaya pengolahan tembakau tersebut sekitar Rp 6.500 per kilogram, sedangkan harga jual tembakau berkisar Rp 18.000 hingga Rp 20.000 per kilogram. Mulai dari dihadapkan persoalan minimnya modal untuk tanam, kenaikan harga bibit dan pupuk, serta ditambah rendahnya nilai jual tembakau hasil panen. “Ini seharusnya menjadi fokus perhatian pemerintah Kabupaten, setidaknya menjamin harga jual tembakau yang bisa menguntungkan petani,” ucapnya.
Kabid Perkebunan Dinas pertanian Bojonegoro Imam Wahyudi mengatakan, mahalnya bibit tembakau jawa dikalangan penangkar (pembibit) ada beberapa factor.Diantaranya, pembibitan yang dilakukan pembibit  beberapa kali mengalami kegagalan. “Karena factor cuaca,” katanya.
Selain itu, kemungkinan penakaran bibit tembakau jawa sedikit. Sedangkan permintaan bibit tembakau jawa banyak. Sehingga, memicu kenaikan harga bibit tembakau jawa. “Kami tidak bisa memprediksi kenaikan harag tembakau basah dari petani. Namun tergantung harag pasar,” pungkasnya.
Data di Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Bojonegoro menyebutkan realisasi luas  tanaman tembakau untuk Virginia VO 5.722,5 hektare, di Kecamatan Sumberrejo, Gayam, Purwosari, Baureno, Kedungadem, Malo, Kepohbaru, Tambakrejo, Sugihwaras, Sukosewu dan Kanor.
Tembakau Jawa seluas 2.395.3 hektare di Kecamatan Purwosari, Bubulan,  Trucuk, Kedungadem, Malo, Temayang, sekar, Padangan, Tambakrejo, Sugihwaras, Ngambon,  Sukosewu, Ngraho dan Gondang. Tembakau Virginia Ram 600 hektare di Kecamatan Gayam, Purwosari, Kedungadem, Malo, Temayang, Padangan, Tambakrejo, Sugihwaras, Ngambon, Ngasem, dan Ngraho. [bas]

Tags: