Petani Bojonegoro Tak Menikmati Tingginya Harga Cabai

Petani cabai saat panen di Bojonegoro. (achmad basir/bhirawa)

Bojonegoro, Bhirawa
Sejumlah petani cabai di Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro mengeluhkan tidak menikmati mahalnya harga cabai klompong di pasaran yang mencapai Rp 10.000 per kilogram. Harga di tingkat petani hanya mencapai Rp 5000 sampai dengan Rp 6.000 per kilogram.
“Biasa harga cabai di pasar mah selalu tinggi tapi di tingkat petani selalu jauh lebih rendah dibanding konsumen membeli di pasar,” ujar Intiah (39) salah seorang petani cabe di Desa Ngumpakdalem, kemarin (13/9).
Akibatnya, Intiah pun mengalami kerugian saat panen pada tahun ini. Belum lagi masalah cuaca yang sulit diprediksi sehingga tanaman padi rawan terkena hama penyakit. “Selain itu harga obat hama cukup mahal, dan tidak seimbang dengan modal dan harga jual yang rendah,” ucapnya.
Dia menambahkan, saat ini telah menanam 2000 bibit cabai klompong, dan bisa panen hingga 2 kwintal. Kondisi sekarang ini tidak sesuai yang diharapkan oleh petani cabai. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gatot (41), petani lain di Ngumpakdalem yang juga memiliki beberapa petak lahan cabai.
Mereka mengaku, hanya mampu menjual paling tinggi sebesar Rp 6.000 per kilogram. Harga sebesar itu saat harga di pasaran mencapai Rp 10.000 per kilogram. Padahal harga di pasar sedikit mahal, namun di kalangan petani harga masih rendah. [bas]

Tags: