Petani Kabupaten Malang Budidaya Padi – Ikan Lele Gunakan Teknologi Hydroganik

Basiri petani asal Desa Kanigoro, Kec Pagelaran, Kab Malang, ciptakan inovasi budidaya padi dan ikan lele gunakan teknologi Hydroganik. [cahyono/bhirawa]

Kab Malang, Bhirawa
Ditengah masa Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) saat ini, tidak menyurutkan orang untuk berkreasi maupun berinovasi dalam menciptakan sesuatu. Seperti yang dilakukan Basiri, salah satu petani asal Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, yang mana telah menciptakan teknologi Hydroganik atau sistem budidaya yang memadukan sistem hidroponik tanpa bahan kimia (organik).

Sedangkan teknologi Hydroganik yang dicipatkan itu, dia gunakan untuk membudidayakan tanaman padi dan ikan lele. Dan bahkan Basiri juga memproduksi sendiri pupuk organik, yang dalam sehari bisa menghasilkan 1 ton pupuk organik. Dan nama Hydroganik yang dia ciptakan merupakan gabungan kata Hydroponik dan Organik.

Teknologi Hydroganik yang saya ciptakan, kata Basiri, Senin (4/1), saat dikonfirmasi dikediamannya, Desa Sidodadi, Kecmatan Pagelaran, Kabupaten Malang, pertama saya budidayakan pada tanaman padi bukan di lahan persawahan, tapi tanaman padi saya tanam di pot dengan botol plastik, lalu saya letakkan di atas instalasi paralon. “Lalu airnya saya alirkan melalui paralon yang dipompa dari kolam ikan lele. Sehingga satu kolam juga bisa menghidupi padi sekaligus iken lele,” ungkapnya.

Dijelaskan, ada 15 instalasi paralon yang sekaligus dibawahnya terdapat kolam ikan lele. Sedangkan jumlah ikan lele yang berada di masing-masing kolam tersebut mencapai kurang lebih 20 ribu ekor. Dan untuk padi dalam 3-4 bulan sudah panen, kalau ikan lele panennya dua Minggu. Untuk setiap panen padi telah menghasilkan padi seberat 400 kilogram, dan saya jual Rp 20 ribu per kilogram. Sehingga dari penjualan hasil produksi padi dengan teknologi Hydroganik, dirinya telah mendapatkan uang mencapai Rp 8 juta.

“Dan untuk budidaya ikan lele sekali panen, dirinya mampu menjual seberat 1 ton ikan lele dalam sebulan, yang per kilogram saya jual Rp 16 ribu, dan total dari hasil penjualan ikan lele tersebut mencapai Rp 16 juta per bulan,” terang Basiri.

Menurutnya, budidaya padi dengan menggunakan teknologi Hydroganik, sangat minim resikonya, namun hal itu juga tergantung cuaca. Sementara untuk budidaya ikan lele resikonya pada penyakit. Tapi itu bisa diatasi asal kita rajin memperhatikan ikan lele, jika mengalami sakit maka segera diobati. Sedangkan cara pengobatannya yakni tinggal memberi obat antibiotik selama dua hari, dan biasanya lgs sembuh.

“Jika ingin mencoba budidaya padi dan ikan lele, siapkan instalasi paralon untuk tempat padi, lalu di aliri air dari kolam lele menggunakan pompa aquarium. Dan kolamnya tidak perlu mengganti air setiap hari. Sebab, kotoran yang ada di air akan hilang dan tersaring dengan sendirinya ketika dialirkan ke padi,” jelasnya.

Basiri saat disinggung terkait prduksi pupuk organiknya, dirinya per hari mampu  memproduksi pupuk organik mencapai 8 ton, dan per kilogramnya saya jual Rp 280. Jadi kalau 8 ton saya sudah mendapatkan keuntungan Rp 280 ribu per hari, kalau total selama satu bulamn dirinya mendapatkan keuntungan sebesar Rp 6 juta. Sedangkan bahan dasar pembuatan pupuk organik yakni dari kotoran ayam, dan harga kotoran ayam Rp 10 ribu per 20 kilogram.

“Kami membuat pupuk organik sejak tahun 2007 silam, awalnya hanya menggunakan untuk memupuk tanaman miliknya. Tapi lama kelamaan banyak orang yang minat dengan pupuk organik produksi saya ini, yang akhirnya saya jual,” pungkas Basiri. [cyn]

Tags: