Petani Kabupaten Probolinggo Bikin Inovasi Bawang Goreng

Bawang hasil olahan warga Watuwungkok Probolinggo.

Probolinggo, Bhirawa
Stok bawang merah di Probolinggo melimpah. Itu dikarenakan semua petani panen bawang merah. Akibatnya, harga bawang merah terjun bebas hingga Rp 5.000/kg. Tidak ingin larut dengan kerugian yang semakin menghantuinya, sebagian petani pun mencari cara agar bawang merahnya tidak membusuk sia-sia. Mereka pun beralih menjual bawang goring siap makan.
Hal tersebut salah satunya dilakukan, Nurhotimah 31 warga Desa Watuwungkuk, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Guna menyiasati harga bawang murah, dia mengubah sebagian hasil panen bawang merah yang ditanam, menjadi camilan bawang “Armos” dan bawang goreng original “Armos”.
Menurut Nurhotimah, Minggu 21/10, dengan inisiatif itu dia mampu membantu keluarganya, menjual hasil panen bawang merah dengan harga lebih tinggi. Ketimbang dijual secara mentahan.
Dari 5 kg bawang merah mentah, dia bisa membuat 50 bungkus camilan bawang, dengan berat isi 100 gram. Sementara untuk penjualan, dirinya memasarkan dengan harga Rp 13.000 untuk camilan bawang dan Rp 10.000 bawang goreng original. “Yang jelas jika diolah seperti ini, lakunya lebih cepat mas dan memasarkannya pun lebih mudah,” jelasnya.
Produksi camilan bawang dan bawang goreng originalnya itu, ia mampu memasarkan ke sejumlah daerah. Bahkan hingga ke luar pulau. “Untungnya lebih terasa mas, karena bawang olahan ini bisa terjual ke Malang, Surabaya, Kediri, bahkan pulau Bali mas,” paparnya.
Selama ini, peminat olahan bawang merah tertinggi berasal dari Pulau Bali. Dalam seminggu dirinya mampu dua kali mengirimkan camilan bawang dan bawang goreng original, ke pulau Bali. Masing-masing 100 bungkus.
Selama menjalankan inovasi 5 bulan lalu atau tepatnya sejak harga bawang merah anjlok, omzet yang diterima per bulan Rp 2.000.000- Rp. 3.000.000/bulan. Harga bawang sendiri semula Rp 30.000/kg, kini menjadi Rp 5.000/kg.
Probolinggo sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra penghasil bawang merah di Indonesia. Di saat harga bawang merah anjlok, petani membutuhkan cold storage atau gudang penyimpanan untuk mempertahankan kualitas bawang merah. Sayangnya Kabupaten Probolinggo baru mempunyai 1 cold storage. Karnanya petani bwang merah harus merinovasi dengan menjadikan camilan ataupun bawang goring original. Hal ini diungkapkan Solihin warga Desa Sumbersuko, Kecamatan Dringu.
Petani bawang merah sangat membutuhkan gudang penyimpanan khusus atau cold storage untuk bawang merah. Seperti di wilayah Nganjuk atau daerah lain, yang lengkap dengan pendinginnya, jika tidak maka hom industry bawang goring harus terus diperluas, sehingga penghasilan petani berimbang di saat harga mudra.
Sebagai antisipasi ketika harga bawang jatuh seperti kali ini. Dimana ruangan dengan kondisi suhu tertentu ini, mampu menyimpan mempertahankan kesegaran bawang merah. Di Nganjuk, petani dikenakan biaya sewa gudang penyimpanan sekitar Rp. 2.200 per kuintal. Biaya penyimpanan itu selama satu bulan.
“Kalau untuk penyimpanan jagung sudah ada di Kecamatan Banyuanyar. Kenapa untuk bawang tidak ada, padahal kami juga membutuhkan. Sejauh ini kalaupun ada hanya milik pribadi yang kapasitasnya terbatas. Hanya sekitar 20 ton saja. Itupun tanpa ada pendingin atau AC,” ungkapnya.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), setempat Ahmad Hasyim Asyari, Kabupaten Probolinggo sudah punya Cold Storage. Gudang dengan kapasitas 40 ton itu, dibangun pada 2016 lalu. Lokasinya berada di Desa Pabean, Kecamatan Dringu dan dikelola oleh kelompok tani Sumber Waru.
“Memang untuk pemanfaatannya kita butuh suatu forum dan kita duduk bareng dengan petani. Agar penggunaannya lebih luas dan merata bagi petani bawang di Kabupaten Probolinggo. Karena memang penggunaannya selama ini masih dalam lingkup kecil. Apalagi pembangunan cold storage butuh dana yang besar dan operasional juga besar,” tambah Hasyim. [wap]

Tags: