Petani Kabupaten Probolinggo Keluhkan Tembakau Murah

Kecewa gudang tembakau tutup petani bakar tembakaunya.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Beberapa daerah sentra tembakau di Kabupaten Probolinggo mulai memasuki masa panen bulan ini. Seperti Kecamatan Krejengan, Pakuniran, Kotaanyar, dan Besuk. Namun, harga jual tembakau dikeluhkan oleh para petani karena klaim terlalu murah. Selain itu gudang tembakau miliki perusahaan rokok (PR) yang ada hingga saat ini tutup, akibatnya tembakau tak terbeli dan petani kesal bakar tembakaunya.

Siti, salah seorang petani tembakau di Desa Jambangan, Kecamatan Besuk, mengatakan, harga jual tembakau saat ini terbilang murah. Bahkan, saat panen pertama tembakaunya hanya dibeli Rp 28 ribu per kilogram oleh pengepul. “Masa harganya tidak ngangkat Rp 30 ribu per kilogram. padahal, sekarang kan kondisi petani tembakau lebih sulit dari tahun-tahun sebelumnya karena ada korona,”ujarnya, Selasa (1/9).

Menurutnya, harga tembakau itu tidak sebanding dengan biaya perawatannya. Apalagi, modal bertani bertani tembakau didapatkan dari hasil meminjam. “Tanam tembakau itu butuh niat yang matang. Kalau tidak, orang tidak akan tanam tembakau. Sebab, butuh modal yang lumayan besar. Modalnya utang lagi. Lalu pas panen harganya murah. Kan susah, “katanya.

Yang membuat petani juga semakin susah, menurutnya, harga pupuk saat ini naik. Harga pupuk ZA misalnya, mencapai Rp 320 ribu per kuintal. “Harga pupuk naik terus. Kemarin urea itu setengah kuintal Rp 280 ribu. Dan ZA sekarang Rp 160 ribu setengah kuintal. Padahal, sebelumnya Rp 140 ribu, “imbuhnya.

Ulil Amri, seorang petani asal Desa Kertosono, Kecamatan Gading, mengaku khawatir dengan harga tembakau ke tempat. Sebab, kalau harga tembakau semakin merosot, petani akan mengalami kerugian. “Biaya perawatan mahal dan harganya murah. Semoga saja di panen selanjutnya harganya bisa membaik. Kalau terus turun, bisa-bisa bukan untung yang didapat. Hanya dapat rugi dan capek, “tuturnya.

Musim panen tembakau kali ini suram bagi para petani di Kabupaten Probolinggo. Sebab, banyak tembakau hasil rajangan petani yang tak bisa terbeli. Sebab, hingga kini seluruh pabrikan tembakau atau gudang tembakau yang ada di Kabupaten Probolinggo masih tutup. Tidak jelas, alasan para pabrikan masih menutup gudang. Padahal, sudah banyak petani yang sudah memanen tembakaunya. Tak pelak, banyak petani yang mengaku resah atas ditutupnya sejumlah gudang tembakau yang ada di Kabupaten Probolinggo.

Mohammad Hasin, Kelompok Tani Kembang Suko asal Desa Sukorejo, Kecamatan Kotaanyar, Kebupaten Probolinggo menyayangkan sikap gudang tembakau yang ada di Kabupaten Probolinggo tersebut. Padahal, menurut Mohammad Hasin, saat ini sudah memasuki masa panen tembakau. Hampir seluruh sentra wilayah penghasil tanaman tembakau di Kabupaten Probolinggo saat ini sedang panen. Yakni Kotaanyar, Pakuniran, Paiton, Kraksaan, dan Krejengan.

“Kasian petani, mereka terus dilanda tekanan dan keprihatinan. Di samping tembakaunya tidak terbeli, waktu lalu petani juga mengalami kesulitan pupuk yang cukup langka ketika musim tanam,” ujar M. Hasin. Tidak hanya itu, kalaupun ada blandang atau tengkulak yang terpaksa membeli tembakau petani, mereka kebanyakan menurunkan harga dengan dalih gudang masih tutup.

“Mereka ambil dengan harga di bawah Rp 30 ribu per kg. Itu pun, tidak dibayar sampai berminggu-minggu. Kasihan petani saat ini, mereka harus terus-terusan menderita,” terangnya yang mengaku memiliki lahan satu hektare lebih lahan dengan kapasitas tanaman tembakau sekitar 15 ribu pohon.

Senada, Mohammad Hasan, petani tembakau asal Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton juga mengaku resah atas sikap beberapa gudang tembakau yang hingga saat ini belum buka dan tak bisa membeli tembakau petani. “Ini harus menjadi perhatian bersama. Kami berharap Pemkab Probolinggo melalui dinas terkait turun tangan dengan masalah ini. Kalau ini dibiarkan, jelas saja banyak petani jadi korban. Lebih-lebih saat ini musim pandemi Covid yang banyak petani tembakau sudah mengeluarkan uang dengan cara pinjam bank,” tegas Hasan.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau (APTI) Kabupaten Probolinggo, Mudakkir, juga menyayangkan sikap pabrikan atau gudang yang hingga saat ini belum buka. Mudakkir juga mengaku pihaknya dalam waktu dekat berencana akan mendatangi kantor DPRD setempat, untuk memprotes sikap pabrikan yang hingga saat ini masih belum buka.

“Hari Selasa (1/9), kami mendatangi kantor Dewan. Saya membawa permasalahan itu untuk dibahas dikantor DPRD. Kita juga prihatin sikap OPD terkait seperti Disperindag dan Bea Cukai yang hanya bisa mengambil cukai-nya. Namun, tak bisa memperjuangkan kebutuhan petani,” tegas Mudakkir,

Kecewa hasil panen daun tanaman tembakaunya tak bisa dijual, petani di Kabupaten Probolinggo nekat membabat habis tanaman tembakau yang tersisa lalu membakarnya. Aksi tersebut dilakukan beberapa petani di Desa Petunjungan, Kecamatan Paiton, Senin (31/8) sore.

Dengan emosi, petani petani tembakau dan tembakau rajangan yang siap jual. Daun tembakau rajangan sendiri, lebih dari sepekan terakhir dibiarkan mangkrak oleh petani, akibat tak laku terjual. Tak terjualnya hasil panen tembakau petani sendiri, lantaran gudang tembakau di wilayah Kabupaten Probolinggo masih belum ada yang buka.

Petani Tembakau, Tahiruddin mengungkapkan, dirinya nekat mendatangi daun tembakaunya, lantaran kecewa tak bisa dijual kepasaran. Padahal dirinya, terang Tahiruddin saat ini tengah menanam sekitar 1 hektar tanaman tembakau. “Saya kesal pak, karena tembakau saya masih belum bisa dijual. Penyebabnya ya karena gudang masih tutup, tapi kalo dipaksakan dijual sembarangan harganya malah murah,” ujar Tahiruddin.

Tahiruddin mengatakan, saat ini hasil panen daun tembakau bagian bawah, hanya dalam Rp 10 – 15 ribu perkilogram. Harga tersebut lebih murah, dibanding harga tembakau di musim panen sebelumnya yang mampu terjual hingga Rp 30 ribu perkilogram.

Tahiruddin menambahkan, jika tutupnya gudang berlangsung cukup lama, dapat dipastikan petani merugi atau malah tak dapat tahapan apapun. Hal senada dikatakan Supatma, salah seorang istri petani tembakau setempat. Supatma mengaku sudah berhutang, guna mencukupi kebutuhan makan keluarga sehari-hari, tambahnya.(Wap)

Tags: