Petani Kasembon Sulit Dapatkan Pupuk Bersubsidi

Lahan pertanian milik Rasemo warga Desa Mangir, Kec Kasembon, Kab Malang, saat panen ketela rambat. [cyn/Bhirawa]

Lahan pertanian milik Rasemo warga Desa Mangir, Kec Kasembon, Kab Malang, saat panen ketela rambat. [cyn/Bhirawa]

Kab.Malang, Bhirawa
Hasil pertanian di wilayah Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang memiliki keragaman tanaman pertanian. Sehingga tidak satu jenis tanaman saja, yang ditanam oleh petani di desa tersebut. Namun, dengan potensi hasil pertanian yang cukup tinggi, tapi tidak diimbangi dengan adanya pendukung produksi pertanian.
Sebab, sejak beberapa bulan terakhir ini, sebagian petani di wilayah Kecamatan Kasembon masih kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Sehingga petani harus membeli pupuk bersubsidi di luar Kabupaten Malang. Seperti membeli pupuk bersubsidi di wilayah Kabupaten Kediri dan Kabupaten Jombang. Karena wilayah Kasembon sangat dekat dengan kedua kabupaten tersebut.
Hal ini dibenarkan salah satu petani Desa Mangir, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang Rasemo, Senin (23/3), kepada Bhirawa. Dirinya sudah beberapa bulan terakhir ini sulit untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Dengan sulitnya untuk mendapatkan pupuk di wilayah Kasembon, maka dirinya terpaksa membeli pupuk di wilayah Kediri dan Jombang. “Kami terpaksa membeli pupuk di luar Kabupaten Malang, karena tanaman ubi jalar (ketela rambat) yang saya tanam saat itu butuh pupuk untuk menyuburkan tanah,” paparnya.
Menurut dia, tidak hanya dirinya yang sulit untuk membeli pupuk bersubsidi, tapi rata-rata petani di wilayah Kasembon juga mengalaminya. Sehingga tidak ada jalan lain, petani harus membeli di daerah lain. Dijelaskan Rasemo, petani di wilayah Kasembon saat ini selain tanam gilir, juga ada beberapa petani yang melakukan tanaman tumpangari.
“Seperti lahan petanian yang kami miliki ini, seluas 1/2 hektare atau 5000 meter per segi (m2), kami gunakan untuk tanam gilir. Karena sebelumnya, kami menanam padi, dan setelah itu menanam ketela rambat. Dengan selesainya panen ketela ini, maka dirinya akan menanam jagung,” jelas Rasemo.
Disebutkan, tanaman ketela yang kami panen ini telah menghasilkan lebih kurang 3 ton, dan harga per kwintalnya Rp 130 ribu. Sedangkan ketela yang saya panen ini, sudah ada yang beli yaitu tengkulak dari Kediri. Dan biasanya, tengkulak ketela itu dari Kediri dan Jombang. Sementara, tengkulak dari Kabupaten Malang sendiri hampir tidak diketemukan, kemungkinan wilayah Kasembon terlalu jauh. Sebab, wilayah Kasembon lebih dekat dengan Kediri dan Jombang.
Secara terpisah, Wakil Bupati Malang H Subhan menegaskan, jika petani di wilayah Kabupaten Malang masih ada yang kesulitan untuk membeli pupuk bersubsidi, maka segera melaporkan ke Camat. Hal itu agar nantinya Camat melaporkan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar (Disperindagsar). Karena pendistribusian pupuk bersubsidi tersebut dalam pengawasan Disperindagsar.
“Petani kami harapkan untuk intens dalam memberikan informasi kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang terkait sulitnya untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Karena jika tidak ada peran aktif dari masyarakat untuk memberikan informasi, maka pihaknya tidak bisa menindak distributor maupun pengecer pupuk bersubsidi yang nakal,” tambahnya. [cyn]

Tags: