Petani Kota Probolinggo Keluhkan Limbah PT Southern Marine

Limbah cair PT Southern Marine Products melalui pipa ke sungai Brantas.

Kota Probolinggo, Bhirawa
Sejumlah petani mendatangi PT Southern Marine Products yang ada di Jalan Brantas, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo. Mereka mengeluhkan rusaknya jagung dan padi yang mereka tanam. Diduga, kerusakan tersebut disebabkan limbah yang dibuang pabrik tersebut. Scrum sudah mendapat surat peringatan pertama dari DLH terhadap kasus serupa.
Empat petani dan ulu-ulu mendatangi pabrik Scrum. Kala itu ditemui Nanang, teknisi limbah di pabrik tersebut di salah satu ruangan pabrik.
Petani mengeluhkan kondisi pertanian warga yang rusak, tiga bulan terakhir ini kondisi jagung hasil panen petani tidak dalam kondisi baik. Kami dan petani menduga akibat air limbah yang disalurkan melalui sungai Brantas, kata Atmari, ulu-ulu Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok.
Selama ini petani mengandalkan air sungai Brantas untuk mengairi sawah mereka. “Limbah air ini dibuang di sini (sungai Brantas, Red) sudah lama, tapi sembunyi-sembunyi. Padahal, pihak perusahaan mempunyai lahan sawah yang disewa untuk pembuangan limbah. Namun, karena ditanami bawang dan jagung (oleh perusahaan, Red), jadi buangnya di sungai ini,” terangnya.
Kondisi tersebut sudah sejak lama dirasakan petani. Namun, ia menduga, tidak setiap hari pabrik membuang limbahnya ke sungai Brantas. “Yang parah sekitar 3 bulan terakhir. Akibatnya, jagung yang dipanen tidak berat (kopong, Red). Pembeli juga tahu jika jagung tersebut akibat limbah Scrum,” tandasnya.
Karena itu pula, hasil panen jagung petani merosot. Dari yang semula bisa panen 4 ton dalam setengah hektare, kini hanya 3 ton saja. Untuk padi, beras yang dihasilkan berwarna hitam dan pecah-pecah. Selain itu, jika air terkena kulit bisa menyebabkan gatal-gatal.
Ia dan petani berharap agar perusahaan tidak lagi membuang limbahnya di sungai tersebut. Pipa dari perusahaan yang ujungnya berada di sungai Brantas, juga diminta untuk ditutup. “Silakan jika mau dibuang di lahan yang disewa untuk limbah. Yang jelas jangan di sungai ini,” ujarnya.
Sementara itu, Nanang menegaskan, hasil laboratorium di Malang, derajat keasaman atau pH limbah pabriknya berada di angka 7,6 sampai 7,8 atau normal. Meski ia mengaku lupa, kapan uji lab itu dilakukan. Nanang juga berdalih, jika limbah yang keluar melalui pipa ke sungai Brantas, merupakan limbah hasil mencuci lantai.
“Sebelumnya tidak ada masalah, untuk air tersebut bukan limbah produksi tapi limbah cucian,” katanya. Nanang mengaku, sepekan terakhir tidak ada aktivitas pengolahan ikan karena pasokan ikan tidak ada.

Tags: