Petani Pamekasan Melirik Budidaya Tanaman Porang

Demoplot tanaman porang usia lima bulan, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan. Saat ini petani di Pamekasan mulai melirik membudidayakan porang karena harga lebih mahal.

Harga Jual Mahal, Mudah Tumbuh dan Perawatan Lebih Mudah Dibanding Tembakau
Kab Pamekasan, Bhirawa
Porang adalah tanaman umbi-umbian dengan nama latin Amorphophallus Muelleri atau di Pulau Jawa dikenal dengan nama iles-iles. Porang selama ini menjadi tanaman liar dan sebagian banyak tumbuh di pekarangan. Tanaman ini tumbuh subur disejumlah daerah di Jatim.
Porang atau iles-iles, walau terasa asing bagi masyarakat Madura karena tidak memahami pemanfaat dan kadar kandungan di dalam umbi-umbi itu. Meski usia panen tanaman porang baru setahun lebih, kini mulai dilirik sebagian petani di wilayah Kabupaten Pamekasan.
Salah seorang petani porang, di Dusun Polagan Tengah, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Ahmad Rofiqi, membuat demoplot tanaman porang dengan jumlah 2.000 tanaman, sudah berusia lima bulan. Bukan serta merta langsung menanam di lahan tadah hujan tetapi lebih dulu uji coba selama tiga tahun.
“Saya uji coba tanaman porang ini dengan manfaatkan pekarangan rumah. Setelah tahu jenis, karakter, cara pengolahan lahan dan pemupukannya. Setelah tiga tahun uji coba, saya memberanikan menanam di lahan luas,” ujar Rofiqi.
Sebenarnya, lanjut Rofiqi, awal ketertarikan membudidayakan porang. Ia tahu, nama tanaman porang. “Pertama, jenis tanaman, warna umbi dan harga jual mahal umbi porang,” jelasnya, pernah pengalaman bisnis umbi ilis-ilis selama empat tahun.
Dijelaskan, ilis-ilis betuk daun dan batang sama dengan porang, namun tidak menghasil katak. Umbi ilis-ilis warna putih, sedang porang mendekati kecoklatan. Mengenai harga umbi kering ilis-ilis berkisar Rp11.000 – Rp14.000/kilogram, sedang porang mencapai Rp65.000/kilogram kering.
Bapak dua anak ini mengaku, sebenar bukan seorang petani. Tertarik mengembangan tanaman porang, selain mudah tumbuh, gampang perawatan dan pengeolahan lahan cukup satu kali dan pupuknya murah ketimbang tanaman tembakau.
“Memang petani di sini masih belum berminat. Mungkin belum tahu hasilnya, atau karena masih menghitung dengan hasil tanaman padi atau tembakau,” ujar Rofiqi. Dia mengaku, demoplot tanaman Porang itu, bibitnya atas bantuan Bupati Pamekasan, melalui Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan.
Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Galis, Bambang Hendri mengatakan, demoplot tanaman porang mulai Desember 2020. Sebelumnya kita masih tahap penyuluhan kepada petani. Tanaman bukan demoplot sudah tersebar, luas antara seperempat hektare atau setengah hektarane.
“Kalau diusia lima bulan, umbi dari porang sudah mencapai 1 kilogram. Kalau setahun dua kilogran lebih. Semisal 2.000 pohon menghasil umbi 4.000 kilogram dikali Rp5000 saja nilainya Rp20 juta. Belum lagi, bisa jual katak perkilogramnya Rp200 ribu,” jelasnya.
Menurut Bambang, sudah ada tertarik, dia pun ikut membudidayakan sebanyak 2.000 pohon di wilayah Proppo. “Idealnya, bibit 1 kilogram seharga Rp200.000 untuk satu hektare lahan sejumlah 20.000 pohon. Lahan bikin seperti baluran tembakau dan cukup satu kali, dengan pupuk organik,” tambahnya.
Budidaya tanaman Porang pada 2020 pernah disampaikan Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam, saat Jawaban eksekutif di LKPJ TA 2020. Kadispertabun dan KT Pamekasan, Ajib Abdullah mengatakan, Porang sebagai tanaman alternatif tambahan pendapatan yang ditawarkan pemerintah Daerah.
“Tanaman porang yang demoplot mencapai tiga hektare, di Kecamatan Galis, Larangan dan Palengaan. Belum tanaman secara swadaya masyarakat ada 10 hektare lebih. Pemasaran pihak bekerjasama dengan Gresik dan Madiun,” tandasnya. [syamsudin]

Tags: