Petani Probolinggo Keluhkan Harga Gabah Rp3.100 Ribu Perkilogram

Petani di Kota Probolinggo panen raya.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Belum mencapai panen raya, harga gabah di Kota Probolinggo semakin murah. Kondisi cuaca tidak menentu mempengaruhi kualitas produksi, terutama kandungan kadar air.

“Murah sekarang harga gabah. Ini dibeli tengkulak Rp 3.100 per kilogram, gabah kering panen. Tahun lalu masih bisa jual Rp 3.500, sekarang anjlok. Katanya kadar airnya tinggi,” ujar Hambali petani asal Kelurahan/Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo.

Hambali mengatakan, sebenarnya harga bisa sejatinya bisa semakin mahal asalkan dikeringkan dulu. Namun, ia mengaku tidak memiliki lahan untuk tempat pengeringan. Selain itu, cuaca yang tidak menentu membuatnya kesulitan untuk menjemur gabahnya.

“Sekarang cuacanya kadang terik, nanti agak siang mendung, sorenya hujan. Jadi, susah mau menjemur. Akhirnya, pilih dijual langsung setelah panen. Biar lebih cepat dapat hasil,” jelasnya.

Ketua Kelompok Tani di Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, Hasan Prasojo mengatakan, sejauh ini petani Kota Probolinggo mengeringkan gabah secara manual.

“Ada oven untuk pengeringan gabah, tapi di Kota Probolinggo, belum ada. Jadi petani masih mengeringkan secara manual. Biasanya ada gudang milik pemkot punya tempat untuk menjemur, petani menjemurnya di sana,” ujarnya.

Puluhan ribu keping Kartu Tani untuk petani di Kabupaten Probolinggo, belum tersalurkan. Sejauh ini, tercatat ada 30.000 keping. Namun kini mulai disalurkan secara bertahap kepada petani di 24 kecamatan se-Kabupaten Probolinggo.

Kepala Bidang Pelaksana Penyuluhan dan Bina Usaha Tani DKPP Kabupaten Probolinggo Arif Kurniadi mengatakan, penyaluran Kartu Tani dilakukan oleh perbankan. Kartu itu disalurkan secara bertahap menyesuaikan ketersediaan kartu yang siap distribusikan.

“Kami mendapatkan info sebanyak 30.000 keping Kartu Tani sudah siap disalurkan. Beberapa waktu lalu telah dilaksanakan di Kecamatan Besuk dan Kuripan,” ujarnya.

Menurutnya, penyaluran kartu dilakukan bertahap bukan hanya karena jumlahnya yang sedikit. Tetapi, juga karena kondisi pandemi Covid-19. Penyalurannya dinilai berpotensi menyebabkan kerumunan, sehingga mengharuskan pelaksanaannya ditunda sampai kondisi memungkinkan.

“Jumlah pastinya yang sudah diberikan kepada petani, kami belum mendapatkan informasi lebih lanjut. Pembagiannya masih terus dilakukan. Mungkin masih menunggu sampai selesai,” ujarnya.

Sebelumnya, DKPP menargetkan hingga akhir tahun dapat menyalurkan 65.000 keping Kartu Tani. Namun, rencana itu tidak tercapai karena ada kendala teknis. Serta, adanya kebijakan di tengah pandemi, sehingga pendistribusiannya tidak bisa dilaksanakan.

Tahun ini jumlah petani yang telah terdaftar dalam Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) membengkak menjadi 133.817 petani.
Sebelumnya, hanya 117.027 petani. Karenanya, jumlah Kartu Tani juga bertambah.

“Koordinasi dengan pihak perbankan tetap kami lakukan. Begitu kartu tersedia, kami upayakan langsung distribusikan,” ujarnya.(wap)

Tags: