Petani Probolinggo Keluhkan Harga Gabah

Petani Probolinggo mulai panen raya padi dengan harga anjlok.

Petani Probolinggo mulai panen raya padi dengan harga anjlok.

Kab.Probolinggo, Bhirawa
Menjelang panen raya padi, harga gabah kering di Kabupaten Probolinggo terus mengalami penurunan. Kondisi ini membuat petani merugi, sebab selain turunnya harga gabah, hasil panen tidak bisa maksimal lantaran banyak padi tumbang tersapu angin di saat musim hujan.
“Harga gabah kering hanya berkisar Rp 3.300 hingga Rp 3.500 per kilogram. Harga ini turun dari harga sebelumnya, yakni Rp 4.800 per kilogram. Sudah hasil turun, harga juga turun, soal kualitas juga kurang baik,” ujar Harun ketua kelompok tani di kecamatan Dringu, Senin (21/3).
Menurutnya, selain masa panen raya, turunnya harga gabah kering panen juga disebabkan karena kualitas, sebab beberapa bulan terakhir curah hujan sangat tinggi dan cuaca cukup ekstrem. Saat ini hampir semua wilayah di Kabupaten Probolinggo sedang memanen padi.
H. Hudi petani lainnya mengatakan, cuaca ekstrem sebulan terakhir berpengaruh terhadap kualitas gabah dan kuantitasnya. Lahan, seluas 3.500 meter persegi, biasanya bisa menghasilkan panen 15 kuintal. Tetapi saat ini hanya panen delapan kuintal saja.
“Dengan harga Rp 3.300 per kilogram, tentu saya rugi. Biaya tanam saja sudah Rp 2 juta. Kalau petani ya begini nasibnya, sedangkan harga beras di pasaran malah masih tinggi. Ini berbanding terbalik,” katanya.
Dari pantuan di pasar tradisional Kabupaten Probolinggo, harga beras untuk kelas medium Rp 10.500 sampai Rp 11.000 per kilogram. Harga itu sudah bertahan sejak beberapa pekan terakhir dan cenderung standar.
Sementara itu, Kepala Sistem Resi Gudang (SRG) Kabupaten Probolinggo Habibullah Maksum menyebutkan, kalau petani mengeluhkan harga gabah anjlok, SRG siap untuk menampung.
“SRG Alas Sumur (Kota Kraksaan-red) daya tampungnya 4 ribu ton. Bagi petani yang ingin menampung, SRG siap,” ungkap Habibullah.
Nantinya gabah yang ditampung di SRG mendapat pinjaman dari bank yang sudah direkomendasikan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Probolinggo. “Kebetulan SRG sekarang bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI),” tandasnya.
Pihak gudang Bulok di Probolinggo mengatakan, sampai saat ini pengadaan sedang berjalan, kami siap menampung gabah petani dengan harga standar yang sudah tetapkan kan oleh pemerintah.  Demikian pula dengan harga beras sesuai dengan HPP (harga pembelian pemerintah) yakni Rp.7300,-/kg.
Rendahnya penyerapan beras di Probolinggo disebabkan faktor harga yang lebih tinggi dari HPP, yakni Rp11.000 per kg, sementara HPP Rp.7.300/kg. Suah barang tentu etani ataupun rekanan pemilik selep tidak akan menjual berasnya kepada dolog dengan harega HPP tersebut.
“Kami masih punya satgas untuk melakukan pembelian gabah petani, yang kemudian berasnya dijual kepada kami dengan harga pemerintah, sampai-sampai para satgas yang ada mencarinya sampai ke darrah Jombang,” paparnya.
Lebih-lebih lagi rekanan dari kabupaten Lumajang yang tahun lalu masih ada yangt menjual berasnya kepada dolog, sampai saat ini tidak ada yang menjual kepada dolog, dengan begitu maka pengadaan beras sedikit berkurang jika dibandingkan dengan di bulan yang sama tahun lalu. “Apa lagi lahan pertanian saat ini jauh lebih berkurang dibandingkan tahun lalu,” tambahnya. [wap]

Tags: