Petani Probolinggo Raya Tolak Impor Garam, Garam Madura Gempur Pasar

Petani garam di Kalibuntu sedang menaikan hasil lahannya ke truk untuk dijual ke luar daerah.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Pedagang Pilih Banting Harga
Probolinggo, Bhirawa
Petani garam di Kabupaten dan kota Probolinggo (Probolinggo Raya red) dengan tegas menolak rencana pemerintah impor garam. Karena, stok garam di Probolinggo masih melimpah. Stok ini merupakan sisa panen dua tahun lalu di tingkat petambak garam yang belum terjual.

“Stok garam sisa panen tahun sebelumnya masih ada dan belum terjual, total mencapai 2 ribu ton lebih garam tersimpan di rumah-rumah petambak garam di wilayah Probolinggo Raya. Untuk itu kami menolak rencana pemerintah impor garam sebanyak 3 juta ton,” ujar Ketua Paguyuban Petambak Garam Probolinggo, Buhar Senin (29/3).

Buhar mengaku sering didatangi para petambak garam. Mereka juga mengeluh dan menolak rencana pemerintah impor garam. Karena, jika impor dilakukan, akan sangat merugikan petambak garam. Jika impor dilakukan, Buhar khawatir akan terjadi penumpukan stok garam. Selain itu, Buhar menyebut harga garam bisa anjlok.

Tak hanya itu, Buhar mencontohkan lahan tambak garam di Dusun Girsiring, Desa Pajurangan, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo juga telah dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya. Buhar menyebut sudah 5 bulan sejak memasuki musim penghujan, petambak garam menghentikan semua produksinya. Bahkan, tambak garam di Probolinggo sudah tak berproduksi sejak Oktober 2020 sampai Maret 2021, dan diperkirakan bisa berproduksi pada Mei 2021.

Padahal, di Kabupaten Probolinggo, tepatnya di sepanjang jalur pantai utara, setidaknya ada sekitar 700 hektar tambak garam. Jika musim kemarau, tambak ini mampu memproduksi garam premium sebanyak 20 ribu ton. Saat itu, jika di beberapa daerah harga garam anjlok, berbeda dengan di Kabupaten Probolinggo. Harga garam grosok kualitas premium di kisaran Rp 550 sampai Rp 700 per kilogramnya.

“Sudah 5 bulan tidak produksi tambak garamnya, karena musim hujan, nanti bulan Mei masuk musim kemarau baru produksi garam kembali, harga garam stabil di Probolinggo masih stabil mencapai Rp 600 – Rp 700 per kilogramnya untuk harga garam kwalitas premium, dan harga Rp 1000 rupiah per kilogramnya harga tersebut membuat petani garam sejahtera,” ungkap Buhar

Buhar berharap pemerintah tak jadi impor garam. Karena, garam di Kabupaten Probolinggo terkenal akan kualitasnya yang jernih menyerupai kristal, dan memiliki kadar garam sangat tinggi.

Sudah belum bisa produksi normal karena cuaca masih hujan, petani garam di Kabupaten Probolinggo kini juga harus berjuang. Sebab belakangan ada penjualan langsung dari petani garam Madura bagi konsumen di daerah tapal kuda sejak Februari lalu. Hal membuat petani garam harus memutar otak demi melanjutkan usahanya tersebut, bahkan sampai harus banting harga.

Suparyono salah seorang petani garam dari Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan mengatakan, sejak musim hujan ini, dirinya memang tidak lagi bisa produksi garam. Sehingga dia membeli garam dari Madura untuk kembali dijual. Hal itu dilakukan demi memenuhi kebutuhan pasarnya. “Kulakan ke Madura, kemudian saya jual lagi. Tapi ternyata sekarang yang dari Madura malah jual langsung ke daerah tapal kuda,” ujarnya.

Hal ini pun membuatnya harus membanting harga. Dari semula ia yang bisa menjual Rp 900 ribu sampai Rp 1 juta, kini ia menjual garam per tonnya seharga Rp 750 ribu. Hal itu ia lakukan sebab para pedagang garam dari Madura menjual dengan harga Rp 750 ribu. “Tentunya kalau saya tetap pertahankan harga awal, pelanggan bisa ambil garam dari pedagang Madura langsung. Mau tidak mau harus banting harga,” tuturnya.

Ia menjelaskan, patokan harga awal garamnya itu memang lebih mahal dari patokan harga dari pedagang Madura. Hal itu disebabkan adanya biaya transportasi yang ia keluarkan setiap melakukan kulakan garam. “Kalau yang Madura kan tinggal ongkos kirim saja. Sedangkan saya kulaknya Rp 600 ribu, ditambah biaya kapal pas transportasi kulakan. Kemudian biaya pengiriman ke pembeli,” lanjutnya.

Minimnya laba yang ia dapat dari bisnisnya itu saat ini membuatnya terpaksa mengurangi jumlah kulakan garam. Supar mengungkapkan, sebelum adanya pedagang Madura yang masuk ke tapal kuda, ia rutin membeli garam sampai 4 kali dalam sebulan. Namun, kini ia hanya berani mengulak sekali dalam sebulan. “Tetap kulakan, tapi sebulan sekali, biar pelanggan itu tidak hilang,” tandasnya.

Produksi garam hingga kini masih belum bisa dilakukan secara maksimal. Pasalnya, sampai menjelang akhir Maret, cuaca masih belum menentu. Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Probolinggo memprediksikan produksi garam dapat dilaksanakan dengan baik bulan april mendatang.

Beberapa pekan belakangan Kabupaten Probolinggo sempat mengalami cuaca panas. Kondisi seperti ini rupanya masih belum dapat dimanfaatkan untuk memproduksi garam. Hal ini tidak mengherankan sebab kondisi cuaca yang cepat berubah dapat menggagalkan proses kristalisasi garam. Petambak garam pun menjadi waswas untuk memproduksi garam.

“Memang cuaca sempat panas, tapi itu tidak berlangsung lama. Tentunya kondisi seperti ini membuat produksi garam belum bisa dilakukan,” ujar Kepala Bidang Perikanan Tangkap Diskan Kabupaten Probolinggo, Hari Pur Sulistiono.

Produksi garam yang dilakukan oleh petambak garam di Kabupaten Probolinggo sangat bergantung pada cuaca. Sehingga produksi garam hanya dapat dilakukan saat kondisi sedang panas agar proses kristalisasi garam berangsung dengan maksimal. Dalam prosesnya tidak boleh terkena hujan, sebab akan membuat butiran kembali mencair.

Penghasil garam di Kabupaten Probolinggo, tersebar dibeberapa titik yakni Kecamatan Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton. Diskan menargetkan produksi garam tahun ini tetap sebesar 22.000 ton. Untuk mengejar target produksi tidak hanya dilakukan secara konvensional. Tapi juga denga upaya penambahan luasan tambak garam yang dilapisi geomembran agar produksinya lebih banyak.

“Petambak biasanya sudah paham cuaca yang tepat untuk mulai memproduksi. Jika dilihat dari trend masa produksi, petambak garam mulai produksi paling cepat bulan april. Sebelum itu persiapan sudah dilakukan utamanya perisapan lahan tambak,” tambahnya.(Wap)

Tags: