Petani Tebu Bondowoso Terancam Gulung Tikar

?????????????????????????????????????????????Bondowoso, Bhirawa
Nasib Petani tebu di wilayah Pabrik Gula (PG) Prajekan sebagai satu-satu pabrik yang ada di Kabupaten Bondowoso betul-betul dalam ancaman kebangkrutan. Pasalnya, kebijakan Pemerintahan Jokowi- Jusuf Kalla yang berencana akan mengimpor 600 ribu ton menunjukkan ketidakberpihakan pada petani tebu lokal dan membuat membuat harga gula petani terus melorot pada kisaran Rp 8 ribu jauh dari sebelumnya yang mencapai harga Rp 11 ribu.
Hal ini sangat berbeda dengan kebijakan masa SBY-Boediono yang saat itu meneg BUMN nya adalah Dahlan Iskan yang mengutamakan gula produksi dalam negeri, sehingga petani saat itu sangat diuntungkan. Bahkan saat itu pembayaran pada petani sangat cepat sehingga tidak mengalami kesulitan pada musim tanam berikutnya.
H. Samsul (36) salah satu petani tebu asal Desa Karanganyar Tegalampel Bondowoso mengungkapkan, sampai saat ini pembayaran hasil penjualan tebunya masih belum terselesaikan akibatnya para petani mengalami kesulitan pembiayaan untuk penggarapan berikutnya.
Dia juga mengungkapkan informasi yang diperoleh dari petugas PG, harga lelang gulanya jauh lebih murah dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 11 ribu, sedangkan saat ini kisarannya maksimal hanya sampai pada harga Rp 8 ribu.
“Dalam hitungan dengan tahun sebelumnya kita sudah sangat mengalami penurunan, belum lagi pembayaran yang belum selesai, sehingga kita kesuliatan untuk membiayai penggarapan berikutnya,” kata H. Samsul pada Bhirawa Kamis (22/1) siang.
Sebagai petani dengan modal pas-pasan menurut H Samsul berharap agar pembayaran yang dilakukan pihak PG Prajekan bisa sesuai jadwal agar tidak mengganggu proses tanam dan penggarapan lahan yang membutuhkan biaya yang cukup besar.
“Saya sangat berharap kebijakan Jokowi-JK untuk mengutamakan gula produksi dalam negeri, sebelum merencanakan untuk melakukan impor,” ujarnya yang saat itu berada di PG Prajekan untuk ikut mengantri menunggu informasi pencairan bersama petani lain.
Hal senada Hasan petani tebu yang ikut menunggu pencairan. Menurutnya harga gula hasil lelang saat ini bervariasi, bagi petani yang masa tebangnya lebih awal harnya diatar Rp 8 ribu rupiah, sedangkan bagi yang masa tebangnya cukup akhirnya harganya di bawah Rp 8 ribu.
“Dengan kejadian ini seharusnya Pemerintah mengetahui keluhan petani dan membuat kebijakan yang berpihak pada petani, bukan sebaliknya, malah berpihak pada Importir. Kalau berpihak pada petani tebu, maka petani tebu tidak menjadi bangkrut,” katanya.
Sementara itu, Yunianta Kasi Sumber Daya Manusia (SDM) PG Prajekan mengungkapkan, sampai saat ini hasil lelang gula milik petani sekitar Rp 50 Miliar. Namun sampai saat ini ada sebagian milik petani yang belum terbayar.
Hal ini menurut Yunianta, karena investor tidak secepatnya membayar. Sedangkan PG Prajekan sendiri tidak memiliki dana cadangan lebih untuk membayar lebih dahulu pada petani. “Hal ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya, setelah selesai dilelang dibayar dengan dana talangan dari PG,” katanya.
Sebelumnya imbuh Yunianta, PG Prajekan mendapatkan pinjaman dari Bank untuk melakukan pembayaran lebih dahulu pada petani, namun saat ini pembayaran dilakukan langsung oleh investor sebagai pemenang tender langsung pada petani dengan difasilitasi oleh PG Prajekan.
“Jadi kalau terjadi keterlambatan pembayaran, itu murni tanggung jawab investor sebagai pemenang lelang dan PG Prajekan hanya fasilitator mas”, imbuh Yunianta kemarin. [mb7]

Keterangan Foto : Gula-hasi-produksi-PG-Prajekan. [mb7/bhirawa]

Tags: