Petani Probolinggo Keluhkan Kritis Air

Tembakau petani di Paiton pada layu akibat kekurangan air.

Tembakau petani di Paiton pada layu akibat kekurangan air.

Probolinggo, Bhirawa
Akibat kritis kekeringan yang melanda 40 Desa di 12 Kecamatan di Kabupaten Probolinggo, musim kemarau tahun, tidak hanya membuat sejumlah warga mengalami kritis air bersih. Namun, berdampak negatif pula terhadap petani tembakau di 7 Kecamatan area produktif tanam tembakau di Kabupaten Probolinggo.
Sebagian besar petani tembakau mengeluhkan dampak kekeringan ini. Pasalnya, faktor asupan air untuk tembakau sangat dibutuhkan, dan saat ini sangat kekurangan, sehingga tembakau mengalami kerusakan parah. Bahkan, penyakit tembaku mulai menyerang, seperti dimakan ulat dan londrak (ker-ker) pada umumnya.
“Kalau sudah seperti ini petani tembakau sangat merugi mas, karena faktor air sangat utama untuk tembakau. Dari kekeringan ini, penyakit hama tembakau mulai menyerang. Yang jelas petani sudah bisa dipastikan merugi,”kata Mutaham, petani tembakau paiton saat ditemui Bhirawa, Selasa 4/8.
Hal senada dikatakan Samsudin, yang juga petani tembakau, dirinya menyebut kalau kekeringan yang melanda di Kabupaten Probolinggo, tahun ini sangat parah, sehingga mengancam terhadap tanaman tembakau yang merupakan sumber utama petani disaat musim tanam tembaku tiba.
Kami sangat berharap terhadap pemerintah, agar mengambil kebijakan untuk menstabilkan harga tambakau. Karena kalau harganya tidak stabil bagaimana nasib petani. Kualitas tembaku sekrang rusak, sedangkan biaya obat-obatan dan perawatannya cukup mahal, tandas Samsudin.
Secara terpisah, Rahardjo Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Probolinggo, mengatakan setidaknya ada 7 Kecamatan Kabupaten Probolinggo, yang berpotensi menghasilkan tembakau, diantaranya Kecamatan Paiton, dengan areal lahan 1949 hektar,  Kotaanyar 1544 hektar, Pakuniran 1490 hektar, Besuk 2188 hektar, Krejengan 2200 hektar, kraksaan 1110  hektar, dan Gading 299 hektar.
Di Kabupaten Probolinggo tahun 2015 ini, tembakau dibutuhkan sekitar 10774 hektar, dengan produksi per hektar 1,2 ton. Beberapa permasalahan disampaikan yaitu iklim, memasuki musim kemarau. Jalan keluarnya untuk daerah yang dilanda kekeringan, petani harus memberlakukan sistem tanam juringan,  tambah Rahardjo. [Wap]

Tags: