Petani Tolak JLS, Pemkab Tuban Nilai Pemetaan Final

Para petani Desa Kembangbilo Kecamatan Kota Tuban saat melakukan aksi penolakan JLS yang menerobos di wilayahnya dan dinilai mengancam kehidupan mereka. (Khoirul Huda/bhirawa)

Para petani Desa Kembangbilo Kecamatan Kota Tuban saat melakukan aksi penolakan JLS yang menerobos di wilayahnya dan dinilai mengancam kehidupan mereka. (Khoirul Huda/bhirawa)

Tuban, Bhirawa.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban menegaskan, bahwa pemetaan Jalur Lingkar Selatan (JLS) atau ring road sudah final. Termasuk rencana pemakaian tanah yang ada di Desa Kembangbilo, Kecamatan Kota Tuban yang saat ini lagi bergejolak melakukan penolakan.
“Secara pemetaan, ring road itu sudah final,” kata Asisten III Sekretariat Daerah (Setda) Tuban, Drs. Sulistiyadi, usai menemui sekitar 25 petani yang menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Pemkab Tuban
Opemkab juga akan menampung menampung aspirasi dari para petani Desa Kembangbilo dan menyampaikan kepada Bupati. Terkait apakah lahan yang dipergunakan produktif ? Asisten III ini menjelaskan pembebasan lahan sudah melalui kajian sebelumnya.
“Khusus di Desa Kembangbilo, lahan seluas 70 hektar itu tidak semua lahan produktif, 50 persen lahan produktif dan 50 persennya tanah bebatuan,” kata terang mantan Kabag Humas Pemkab Tuban ini.
Sebelumnya, kemarin (30/5) sekitar 25 petani asal Desa Kembangbilo, Kecamatan Kota Tuban, mendatangi Kantor Pemkab dan DPRD setempat melakukan aksi demontrasi, terkait rencana pembuatan akses jalur selatan yang melintas di jalan yang dinilai masih produktif.
Para petani ini meminta Bupati Pemkab melakukan kajian ulang terkait dengan rencana tersebut. Sambil berorasi, para petani ini membentangkan sejumlah poster, bertuliskan “Ring Road Membunuh Lahan Produktif, Ojo Pateni Panganku, dan juga Selamatkan Lahan Produktif Petani”.
”Petani memprotes keberadaan ring road (jalur lingkar) yang akan melintasi lahan produktif kami,” kata Kasmilan salah satu tokoh petanidi Desa Kembangbilo.
Diterangkan, di desanya ada 70 hektar lahan persawahan yang akan dijadikan ring road. Lahan tersebut bisa panen tiga kali dalam setahun, dengan produksi satu kali panen mencapai 7 sampai 10 ton perhektarnya. Sehingga pertahun di lahan 70 hektar itu bisa menghasilkan sekitar 490 ton.
“Produktivitas petani semakin terancam, kita meminta agar Bupati Tuban memperhatikan masalah ini,” kata Nabrisu Rohid  Koordinator Aksi aksi dalam orasinya.
Para petani meminta, agar arah pembangunan ring road dirubah. Tidak melintas di rencana lokasi sekarang, tetapi ke arah selatan desa, tempat dimana lahan kurang produktif berada. “Kita tidak menolak ring road, hanya meminta agar pembangunan lebih keselatan tempat lahan yang kurang produktif berada,” kata Naha.
Diketahui, JLS akan dibuat dengan dana patungan pemerintah pusat dan daerah. Rencananya akan dibuat sepanjang 20 kilometer, melewati 17 desa dan 5 kecamatan di Tuban. JLS dibuat untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi di Jalur Pantura. (hud)

Tags: