Petani Tomat Kota Batu yang menggunakan media tanam polybag juga ikut was- was jika harga tomat tak segera naik.
Kota Batu, Bhirawa
Berakhirnya musim penghujan disambut baik oleh petani tomat khususnya di Kota Batu dan petani Malang Raya pada umumnya. Petani berharap tanaman tomatnya dapat berkembang lebih bagus saat musim kemarau. Namun harapan petani ini kini berubah menjadi kekhawatiran. Karena beberapa kali Malang Raya diguyur hujan sehingga mengancam hasil panen tomat mereka.
Diketahui selama musim penghujan produksi tomat di Kota Batu mengalami penurunan. Karena selama musim hujan banyak buah tomat yang membusuk. Dampak dari hujan ini juga dialami oleh petani Tomat di Desa Gunungsari. Banyak petani yang mengeluh karena selama musim hujan hasil panen tomatnya menurun tajam
“Dari lahan seluas kurang lebih satu hektar, biasanya saya bisa menghasilkan tomat antara 10 hingga 20 ton. Tapi selama musim hujan ini produksi tomat menurun hingga 5 sampai 7 ton saja per hektar,”ujar salah satu petani Tomat di Desa Gunungsari, Taqwin, Minggu (7/6).
Ia menjelaskan turunnya hasil panen tomat ini disebabkan selama musim hujan Desa Gunungsari yang dikelilingi perbukitan sering diselimuti kabut. Begitu juga ketika diyakini musim hujan telah berakhir pada bulan April- Mei kemarin. Ternyata pada awal bulan Juni ini, beberapa kali hujan masih turun di beberapa titik di daerah Malang Raya.
Akibat kejadian ini petani sering mengalami kerugian lantaran biaya produksi yang mencapai 10 juta per hektar. Hal ini tidak sebanding dengan hasil panen terlebih saat harga jual tomat anjlok di pasaran.
“Saat ini di pasar besar kota Batu tomat dijual seharga 5.000 per kilogram. Harga ini tergolong turun karena sebelumnya harga tomat sempat mencapai 9.000 perkilogram,”jelas Taqwin.
Namun demikian, para Petani Tomat di Kota Batu tetap yakin dan memiliki harapan besar bahwa harga tomat segera naik di pasaran. Mereka memperkirakan harga tomat akan kembali naik saat memasuki Bulan Ramadhan mendatang. [nas]
