Peternak Jatim Harus Lebih Waspadai AI

Peternak Jatim Harus Lebih Waspadai AIPemprov Jatim, Bhirawa
Serangan flu burung ( Avian Influenza/AI) ternyata masih harus diwaspadai peternak, utama pada awal musim penghujan seperti Januari, Februari, dan Maret. Tahun lalu,kasus flu burung di Jatim sebanyak 15 kasus dan jumlahnya masih masuk kategori kecil dari tahun-tahun sebelumnya.
“Biasanya flu burung itu pada kondisi panas, akan mati. Sedangkan pada kondisi musim penghujan, gampang untuk hidup. Prediksi tahun ini peternak harus lebih waspada pada virus flu burung ini,” kata Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir  Maskur MM melalui Kasi Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Hewan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Drh. Iswahyudi MP, Senin (25/1).
Tahun ini, lanjutnya, sarana pendukung yang dimiliki Disnak Jatim untuk mengantisipasi meluasnya serangan flu burung, misalkan vaksin AI mengalami penurunan jumlah lebih banyak  dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunannya hampir mencapai 400 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Tahun lalu, Disnak  Jatim menyediakan sebanyak 1,7 juta vaksin dari APBD dan 1 juta vaksin dan APBN, sehingga total persediaan vaksin yang ada di Jatim 2,7 juta vaksin.
“Tahun ini, Disnak Jatim hanya mendapatkan 1 juta vaksin dari APBN dan 200 ribu vaksin dari APBD. Jadi totalnya 1,2 juta vaksin. Namun dengan sarana pendukung yang kecil ini, kami juga tidak akan putus semangat. Kita tetap fokus ke depan untuk membebaskan Jatim dari AI,” katanya.
Di sisi lain, Indonesia juga bebas dari flu burung pada 2020, maka harus ada tanggung jawab dari Pemda maupun Pemprov dalam mendukung program tersebut. “Vaksin yang tidak tersedia begitu banyak dan harus ada perhatian lebih agar kasus flu burung tidak merebak lagi,” katanya.
Jika memang terjadi kasus flu burung dan vaksin berkurang, maka Disnak Jatim tahun ini, lanjutnya, pihaknya juga tengah fokus pada surveilance kasus yang ada di Pulau Madura.  Sebab, selama dua tahun terakhir di Madura tidak ada kasus timbulnya AI.
“Kami ingin membuktikan secara epidemologi di Madura tidak ada kasus AI. Jika tahun 2015 tidak ada kasus, dan tahun 2016 ke depan juga tidak akan ada kasus, maka kami akan ajukan ke Kementan untuk sertifikat bebas flu burung di   Madura,” paparnya.
Dilanjutkan Iswahyudi, di Jatim sudah ada 12 breeding farm yang menghasilkan anak ayam yang akan dijual ke masyarakat sudah dilakukan pembebasan flu burung berbasis kompartemen. Berbasis kompartemen itu sesuai roadmap pembebasan flu burung nasional yang bisa dilakukan mulai dari unit terkecil non kompartemen.
Misalkan saja, breeding farm A dengan total ayam 1 juta ekor, dengan kandang yang tertutup dan pagar keliling yang jelas itu dipantau kemudian diterapkan manajemen unggas yang sesuai prosedur.
“Sekarang tinggal mereplikasi pada tahun 2016 ini pada peternakan atau breeding farm lainnya untuk menerapkan sistem fisikulti sesuai dengan yang diharapkan dan segera bisa di assesment Komisi Kesehatan Hewan untuk dikeluarkan bebas AI,” ujarnya.  [rac]

Tags: