Peternak Kabupaten Ponorogo Bangkit di Tengah Pandemi Covid-19

Di masa pandemi Covid-19, peternak Ponorogo mencoba bangkit dengan berkreasi membuat pakan fermentasi.

Ponorogo, Bhirawa
Kelesuan ekonomi akibat pandemi Covid-19 mempengaruhi banyak sektor, tidak terkecuali sektor peternakan. Tapi dalam situasi mendesak, kreatifitas peternak Ponorogo muncul. Peternak mencoba membuat peternakan terintegrasi, dan memanfaatkan semua potensi yang ada di sekitarnya.

Ini dilakukan para peternak Ponorogo di Desa Ngrupit, Kabupaten Jenangan; Desa Lembah, Kecamatan Babadan; dan Desa Wayang Kecamatan Pulung.

Peternak yang tergabung dalam Komunitas Keluarga Buruh Migran (KKBM) Lembah ini membuat pakan fermentasi. Teknik ini sudah dilatih oleh Pemerintah, tapi selama ini mereka belum mengaplikasikannya.

Ini biasa disebut “tanpo ngarit”. Karena dengan teknik fermentasi pakan, peternak tidak perlu repot – repot lagi ngarit atau mencari rumput dan hijauan.

“Pelatihan diselenggarakan oleh Kemenaker. Selama ini belum kita praktekkan, baru sekarang kita coba terapkan. Dalam masa pandemi ini, kita harus memanfaatkan semua potensi yang ada,” ujar Agus Widodo, peternak asal Desa Ngrupit, kemarin.

Penggunaan pakan fermentasi ini selain menghemat waktu peternak juga mengurangi limbah pakan. Cukup menggiling satu hari, maka pakan ternak selama sebulan sudah tersedia.

“Kalau pakan tradisional, pas hujan pakannya terlalu basah, pas kering susah cari rumput,” ungkap Agus Widodo.

Peternak dari Kecamatan Pulung, yang lokasinya cukup jauh dari KBBM Lembah pun rela datang untuk menimba ilmu. Maryono, peternak dari Desa Wayang Kecamatan Pulung mengaku peternak seperti dirinya ingin bangkit di tengah pandemi Covid-19.

“Dengan peternak lain, kita bisa saling menyemangati. Jadi kita tidak putus asa walaupun harga daging sapi turun,” kata Maryono.

Turunnya harga daging sapi membuat Maryono menyiasati dengan beternak kambing. Terkait pakan fermentasi, menurut Maryono hal ini membuat beban pekerjaan semakin ringan. (yan)

Tags: