Petirtaan Sumber Beji Jombang Diperkirakan Berukuran 24 X 18 meter

Aktifitas Survei Penyelamatan BPCB Trowulan, Mojokerto di Sendang Sumber Beji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang yang telah berhasil menemukan dua sudut petirtaan, Sabtu (03/08). [Arif Yulianto/ Bhirawa]

(Dua Sudut Ditemukan)

Jombang, Bhirawa
Aktifitas Survei Penyelamatan yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto di Sendang Sumber Beji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang pada hari ke-5 atau hari terakhir, Sabtu (03/08) telah berhasil menemukan dua sudut kolam petirtaan, yakni sudut barat laut dan timur laut di sisi utara. Dan bangunan petirtaan kuno inipun diperkirakan memiliki ukuran 24 x 18 meter yang memiliki sebuah bangunan struktur bata berbentuk lingkaran yang berada di tengah kolam petirtaan dengan diameter 3,8 meter.
Dengan ditemukannya dua sudut ini, makin menunjukkan bahwa struktur bata kuno yang pernah ditemukan warga setempat beberapa waktu yang lalu di tempat tersebut merupakan bagian dari kompleks petirtaan kuno. Apalagi pada Survei Penyelamatan BPCB di lokasi itu pada hari ke-3, Rabu (01/08) kemarin, salah satu indikator yang menguatkan lokasi itu dulunya adalah petirtaan suci kuno juga ditemukan, yakni, sebuah Jaladwara atau pancuran air yang terbuat dari batu andesit. Meskipun lazimnya di sebuah lokasi petirtaan suci kuno, biasanya terdapat lebih dari satu Jaladwara.
Arkeolog BPCB Trowulan, Mojokerto, Wicaksono Dwi Nugroho di lokasi menjelaskan, setelah dua sudut petirtaan di sisi utara ditemukan, terungkap panjang struktur bata di sisi utara yang membujur ke timur itu memiliki panjang 18 meter. Selain itu, visual di lapangan juga menunjukkan siku struktur bata yang menyambung dengan struktur bata yang ditemukan pertama kali oleh warga setempat yang berfungsi sebagai saluran air.
“Ini semakin menguatkan bahwa, peninggalan cagar budaya di tempat ini merupakan petirtaan atau kolam air pada masa Majapahit,” terang Wicaksono kepada sejumlah wartawan, Sabtu siang (03/08).
Selain dua sudut di barat laut dan timur laut serta siku yang menyambung dengan struktur bata temuan pertama oleh warga, Survei Penyelamatan BPCB ini juga mengungkap adanya satu bangunan berbentuk lingkaran yang juga terbuat dari bata merah kuno dengan diameter 3,8 meter yang diduga kuat bangunan ini posisinya tepat di tengah kolam petirtaan. Berdasarkan hasil pengukuran petugas BPCB Trowulan, Mojokerto, jarak antara titik tengah bangunan ini ke sisi dalam struktur bata sisi utara, memiliki panjang 8,7 meter. Sementara pengukuran dari titik tengah bangunan bata berbentuk lingkaran tersebut ke sisi dalam struktur bata sisi barat menunjukkan panjang 6,5 meter. Ini menunjukkan jika bangunan kolam petirtaan kuno Sumber Beji berbentuk empat persegi panjang.
Sayangnya, waktu yang disediakan untuk aktifitas Survei Penyelamatan selama 5 hari ini masih belum mengungkap bangunan atau struktur bata petirtaan di sisi selatan. Berdasarkan ukuran panjang antara siku atau sudut petirtaan di barat laut yang menyambung ke struktur bata yang ditemukan pertama yang merupakan saluran air memiliki panjang 12 meter, bisa diperkirakan jika sudah terlihat utuh, kolam petirtaan ini memiliki ukuran 24 meter dari sisi utara hingga selatan.
“Kemudian ada saluran-saluran air kecil yang menempel di dinding bata, dan juga ada pancuran-pancuran yang terbuat dari bata yang ada di dinding, menempel langsung pada struktur bangunan,” tambah Wicaksono.
Ditanya lebih lanjut setelah Survei Penyelamatan selama 5 hari, apakah akan dilanjutkan dengan aktifitas ekskavasi, Wicaksono menjawab, hasil dari Survei Penyelamatan selama 5 hari tersebut akan dilaporkan kepada pimpinan BPCB Trowulan, Mojokerto, untuk direkomendasikan untuk dilakukan kegiatan ekskavasi sebagai tindak lanjut kegiatan Survei Penyelamatan.
“Pada tanggal 7 Agustus (2019) besok, kita juga akan mengadakan audiensi dengan Bupati atau Wakil Bupati Kabupaten Jombang, untuk memaparkan hasil kegiatan ini dan mediskusikan tindak lanjut ke depan, bagaimana langkah-langkah yang bisa kita tempuh bersama,” paparnya.
Meski demikian, petirtaan era Majapahit di Sendang Sumber Beji ini masih belum diketahui dibangun pada masa pemerintahan siapa. Wicaksono hanya menjelaskan bahwa Kabupaten Jombang kental dengan sejarah beberapa kerajaan dengan masanya masing-masing yakni, Kerajaan Mataram Kuno/ Medang (Mpu Sindok) dengan adanya toponim Watugaluh (Watugaluh, Kecamatan Gudo, Jombang) maupun Megaluh, kemudian masa kerajaan yang diperintah oleh Raja Airlangga dengan bukti beberapa prasasti di utara Brantas seperti Prasasti Sumber Gurit maupun Prasasti Grogol (Kusambyan) yang berada di Desa Katemas, Kecamatan Kudu, Jombang, maupun era Kerajaan Majapahit dengan salah satu peninggalannya berupa Candi Arimbi, di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang yang merupakan candi era pemerintahan Tribuana Tunggadewi (Bhre Kahuripan).
Dengan adannya penemuan benda-benda kuno akhir-akhir ini di sejumlah lokasi di Kabupaten Jombang seperti di Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, kemudian di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro serta Sendang Sumber Beji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang, kemudian memunculkan spekulasi eksistensi pusat kerajaan Bhre Kahuripan di wilayah Jombang.
“Apakah temuan yang sebelumnya di Bulurejo, kemudian di Sugihwaras yang juga tidak jauh dari lokasi ini, dan di Sumber Beji ini itu merupakan Kedaton dari Kahuripan, nanti akan kita cari tahu,” pungkasnya.(rif)

Tags: