Petugas PTPS Yang “Tumbang” pada Pemilu 2019 di Jombang

Lukman Bachtiar (28), petugas PTPS TPS 09, Desa Sawiji, Kecamatan Jogoroto, Jombang saat dirawat di Puskesmas Mayangan, Jogoroto, Jombang, Senin sore (22/04). [Arif Yulianto/ Bhirawa].

(Kisah Lukman Bachtiar)

Jombang, Bhirawa
Ditemani sang istri, Siska Ariana Indah Putri (20), seorang pria bernama Lukman Bachtiar (28) tampak tergolek di Ruang 5, Puskesmas Mayangan, Jogoroto, Jombang, Senin sore (22/04). Lukman harus dirawat intensif oleh petugas kesehatan lantaran ia didiagnosa menderita Typus dan infeksi lambung oleh dokter di Puskesmas tersebut. Tampak di tangan kanannya masih terpasang slang yang terhubung dengan botol cairan yang dipasang di sebelah kanan ranjang tempat Lukman dirawat. Lukman mengatakan, dirinya telah dua kali terlibat pada Proses Pemilu yakni, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada bulan Juni 2018 dan Pemilu tahun 2019 ini. Pemilu tahun 2019 ini disebutnya jauh lebih melelahkan daripada Pilkada serentak tahun lalu.
Lukman Bachtiar adalah seorang petugas Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) yang bertugas mengawasi proses Pemilihan Umum (Pemilu) di TPS 09, Desa Sawiji, Kecamatan Jogoroto, Jombang. Oleh keluarganya, ia terpaksa dibawa ke Puskesmas Mayangan sejak Sabtu pagi (20/04) sekitar jam 09.00 WIB karena khawatir dengan kondisi kesehatan Lukman yang drop. Apalagi keluarga juga mendengar banyak kabar adanya petugas Pemilu yang kelelahan hingga meninggal dunia.
“Awalnya setelah Pemilu saya merasakan mual, terasanya pada hari Jumat (19/04) jam enam sore. Jam 02.00 WIB dinihari merasakan mual, badan menggigil. Saya tunggu di rumah, baru setelah drop, orang tua nggak berani lagi, takut berita-berita yang ada di tivi itu kan ada yang meninggal dan lain-lain, terus di bawa ke UGD,” tutur Lukman, Senin sore (22/04).
Lukman jatuh sakit diprediksi karena kelelahan akibat proses Pemilu yang cukup melelahkan karena pada Pemilu kali ini ada lima kertas suara yang harus dihitung yakni, surat suara Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Legislatif (Pileg) untuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, DPRD Kabupaten, dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI).
“Lha ini kabar dari teman-teman, saat mau direkap, selesai (pencoblosan) kan Rabu (17/04) jam 12 siang, setelah itu kamis dinihari (18/04) itu kan kami merekap lagi sebelum ke balai desa, lha ke balai desa kan subuh, setelah itu dapat kabar dari teman-teman, hari Jumat ketua KPPS nya di panggil lagi untuk rekap lagi, lha untuk Panwasnya tidak menunjuk saya, teman yang lain, karena saya sudah bilang ke PPD desa kalau sudah tidak sanggup lagi (sakit),” tutur Lukman lagi.
Tidak hanya dirinya yang merasakan kelelahan akibat proses Pemilu tahun ini, Lukman juga menambahkan, ada beberapa orang saksi Partai Politik (Parpol) yang mengalami hal yang sama dan terpaksa harus melakukan pengobatan. Sebelum drop, Lukman masih sempat melakukan pekerjaan mulai pagi hingga subuh.
“Sampai subuh, maunya saya sih ndak pulang, berhubung saya sudah nggak kuat, teman-teman masih di TPS, cuma fikiran saya, kalau saya ndak pulang, tambah lebih parah lagi, terus saya langsung pulang,” kata Lukman.
Sementara itu, pihak Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Jombang tempat di mana para PTPS seperti Lukman bernaung menjelaskan, ada sembilan petugas di bawah Bawaslu Jombang terdata sakit akibat kelelahan.
“Yang sudah dilaporkan ke kita itu ada sembilan. Ada yang kecelakaan dan ada yang sakit karena Pemilu. Ada yang Typus, ada yang Vertigo, kalau yang satu itu kecelakaan karena pada saat mengantar C1, pulangnya karena malam, dia bawa sepeda (motor) dia ditabrak dari arah berlawanan, sekarang di rumah sakit karena patah tulang,” ujar Komisioner Bawaslu Jombang, Khudrotun Nafisah, Selasa siang (23/04).
Untuk sementara ini kata dia, pihaknya masih melakukan pendataan kepada seluruh petugas di bawah Bawaslu Jombang yang menderita sakit. Meski begitu, pihak Bawaslu Kabupaten Jombang sudah membuat langkah untuk memberikan santuan kepada mereka yang sakit.
“Kita sudah berikan santunan walaupun tidak banyak,” ujarnya.
Masih menurutnya, Bawaslu RI juga telah memberikan instruksi untuk melakukan pendataan dengan beberapa kriteria yang layak mendapatkan bantuan.
“Karena Bawaslu RI menginstruksikan, ada beberapa katagori, tapi teman-teman kecamatan hanya mendata yang menurut teman-teman parah, yang rawat inap yang sudah dua, tiga hari. Kemudian yang kecelakaan yang parah, ini yang dilaporkan ke kita. Untuk yang kecapekan, letih, yang cukup dengan istirahat kemudian sembuh tidak dilaporkan ke kita, padahal itu masuk katagori,” pungkasnya.(rif)

Tags: