Petugas Terbatas, Dana Kredit Bergulir 2017 SILPA Rp5.3 M di Sidoarjo

M Tjarda. [alikus/bhirawa]

Sidoarjo,Bhirawa
Dinas Koperasi Usaha Mikro Kab Sidoarjo harus memutar otak dengan keras, agar kucuran dana kredit bergulir dari APBD yang disediakan untuk kalangan koperasi dan usaha mikro di Kab Sidoarjo, tiap tahun tak terus menerus mengalami SILPA (Sisa Laporan Penggunaan Anggaran).
Menurut salah pejabat Dinas Koperasi Usaha Mikro Kab Sidoarjo, Safrani, data yang diperoleh tahun 2017 lalu Dinas Koperasi Usaha Mikro Kab Sidoarjo mendapat quota Rp8,7 miliar untuk kegiatan dana kredit bergulir. Sama yang diterima tahun 2016 lalu juga mengalami SILPA. Tapi SILPA tahun 2017, lebih banyak. Diperkirakan mencapai Rp5.375.000.000
Safrani juga menjelaskan, faktor dominan penyebabnya adalah petugas yang akan melakukan survey lapangan terhadap calon nasabah, jumlahnya sangatlah terbatas. Dari Bank Jatim, hanya mendapat dua petugas saja yang akan mensurvei calon penerima kredit, padahal yang minat cukup banyak.
”Karena keterbatasan petugas survei sehingga kadang mulai pengajuan kredit sampai kredit bisa dicairkan butuh waktu empat sampai lima bulanan. Bagi usaha mikro yang tidak sabar, akhirnya mereka membatalkan diri dan mencari lembaga perbankan lainnya,” katanya.
Disampaikan Safrani, bagi usaha mikro yang mengajukan kredit dibawah Rp5 juta tak ada jaminan. Dalam kredit bergulir ini, bunganya 0,5% per bulan dan setahunnya 6%. Sebetulnya bunga yang diberikan dibawah lembaga perbankan, karena tujuannya untuk bisa membantu usaha mikro di Sidoarjo yang jumlahnya ribuan.
Plt Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kab Sidoarjo, Drs M Tjarda MM menambahkan, memang sangat disayangkan bila dana kredit bergulir sampai tidak terserap. Karena itu pada tahun 2018 ini akan diupayakan sejumlah inovasi, agar dana kredit bagi Usaha Mikro itu bisa terserap. ”Bukan berarti anggaran harus dihabis-habiskan, nanti malah membuat masalah, tapi akan kita serap sesuai dengan aturan,” jelasnya.
Beberapa ide yang dipikirkan tahun 2018 ini diantaranya melakukan upaya menciptakan wirausaha baru yang betul-betul serius. Setelah diberi pelatihan dan sejumlah analisa, mereka baru bisa diberikan kredit bergulir. Ide lainnya akan melakukan upaya jemput bola ke lapangan, untuk bisa memberi pelayanan dengan mudah kepada para usaha mikro yang tinggalnya jauh dari Menurut Tjarda, usaha mikro selama ini bisa jadi sangat ingin mendapat kredit bergulir. Tapi karena tempat tinggalnya dengan Kota Sidoarjo jauh, maka keinginan itu tidak terealisasi. Dalam pelayanan jemput bola itu pelayanan yang kita lakukan harus lengkap, disitu bisa berwujud sosialiasi maupun langsung pengajuan kredit. Dengan upaya seperti itu, diharapkan dana kredit bergulir yang disediakan untuk para UMKM di Kab Sidoarjo, bisa dimanfaatkan dan bisa terserap dengan tepat sasaran. [kus]

Tags: