PG Assembagoes Gelar Pengobatan Gratis Warga Terdampak Ampas Tebu

Warga Dusun Kampung Timur, RT 01/RW 06 Desa Trigonco Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, mendapatkan pengobatan medis dari PG Assembagoes Senin (5/8). [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Pabrik Gula (PG) Assembagoes resmi memulai penggilingan tebu sejak 1 Juli 2019 lalu hingga kini sudah berjalan sekitar 1 bulan lebih. Dari penggilingan tebu yang ditarget semula 6000 ton perhari, hingga kini PG masih mampu menggiling sekitar 3000 ton per hari.
Pada proses penggilingan tebu tersebut, PG Assembagoes menggunakan bahan bakar bernama bagas atau ampas tebu. Nah, belakangan diketahui sebagian kecil sisa ampas tebu itu beterbangan dan menimpa warga yang ada di dekat PG Assembagoes sehingga mengalami batuk dan gatal gatal.
Menurut GM PG Assembagoes, Danang Krisworo, tidak benar jika selama ini yang beterbangan adalah bekas abu ketel (tolato) yang keluar dari cerobong pabrik, melainkan hanya sisa dari ampas tebu yang digunakan sebagai bahan bakar operasional mesin pabrik.
“Saya ini tidak pernah membohongi masyarakat dan menyampaikan apa adanya. Ini karena PG itu milik negara. Jadi tidak benar jika PG mengeluarkan kristal abu yang dikeluarkan oleh pabrik gula Assembagoes. Saya menyampaikan kebenaran dan tidak pernah menipu masyarakat. Kalau menipu pasti saya sudah dipecat oleh pimpinan,” aku Danang Krisworo.
Masih kata Danang, hingga kini PG Assembagoes sudah memiliki alat sendiri untuk menghentikan penyebaran tolato (sisa abu ketel tebu) dengan menggunakan boiler yang modern. Sementara menyikapi keluhan warga yang mengalami batuk dan gatal gatal, pihak PG merespon cepat untuk memulihkan kondisi kesehatan masyarakat melalui pengobatan gratis yang dilakukan di dua titik yaitu di Desa Trigonco dan Desa Gudang Kecamatan Asembagus. “Kami mendatangkan dokter dari pihak kami sendiri, untuk memberikan pengobatan kepada warga terdampak ampas tebu,” aku Manajer Komersial Konsorsium WBM, PG Assembagoes, Agung Perwira.
Agung menambahkan, dengan adanya peningkatan kapasitas giling dari 3 ribu ton menjadi 6 ribu ton giling/hari, pihak PG menggunakan pembangkit dengan bahan bakar alternatif bernama bagas atau ampas tebu yang digiling. Melihat peristiwa itu, urai Agung, ia langsung mempelajari dan melakukan perbaikan. “Kami langsung mengkover titik-titik yang menghasilkan debu dengan memasang paranet dan seng. Untuk itu kami berharap besok lusa proses perbaikan sudah rampung 100 persen,” terang Agung.
Menyikapi belum terealisasinya peningkatan kapasitas giling menjadi 6 ribu ton/hari, pihak PG Assembagoes menggunakan bahan bakar bagas sehingga menghasilkan debu yang lebih banyak dari biasanya. “Itu yang jelas bukan tolato seperti yang banyak beredar di tengah masyarakat. Ini karena didalam boiler sudah ada penangkap tolato sendiri. Jadi ini hanya sisa ampas tebu yang halus lalu beterbangan,” pungkas Agung Perwira.
Wiwin, salah satu warga yang ada di dekat PG Assembagoes mengaku, kejadian beterbangannya sisa ampas tebu sudah berlangsung cukup lama, namun warga baru berani mengeluhkan sejak sepekan terakhir ini. Rata-rata warga, lanjut Wiwin, mengalami batuk pilek dan sebagian kecil mengalami gatal-gatal di sebagain tubuh.
Kata Wiwin, hampir di sekujur tubuhnya, termasuk di bagian lengan dan leher terdapat bintik hitam. “Sisa dari ampas tebu itu beterbangan lalu kena kulit dan mengakibatkan gatal,” ujar Wiwin seraya berterimakasih atas pengobatan yang diberikan PG Assembagoes. [awi]

Tags: