PG Assembagoes Situbondo dan Petani Tebu Akhirnya Capai Kesepakatan

GM PG Assembagoes Situbondo Danang Krisworo bersama jajaran staf dan rekanan untuk melihat operasional penggilingan tebu dengan alat modern. [sawawi/bhirawa]

(Beri Ganti Rugi Susut Tebu dan Kompensasi Sopir Angkut)

Situbondo, Bhirawa
Kabar adanya rencana demo ratusan petani tebu kepada pihak manajemen Pabrik Gula (PG) Assembagoes, Situbondo, langsung mendapatkan tanggapan serius jajaran pimpinan BUMN dibidang pertebuan di Kota Santri, akhir pekan kemarin. Melalui General Manager (GM) PG Assembagoes, Danang Krisworo dan jajaran Manager memberikan penjelasan kepada sejumlah wartawan.
Menurut Danang Krisworo, Pabrik Gula Assembagoes Situbondo, masih belum bisa beroperaasi secara maksimal karena peralatan giling tebu yang direvitalisasi dengan dana miliaran rupiah itu masih membutuhkan waktu. Hingga saat ini, kata Danang Krisworo, pihaknya hanya mampu menggiling tebu 1.200-1.500 ton per hari dari target awal 6.000 ton per hari. “Ya memang memerlukan waktu dan tahapan. Ini karena alatnya modern dan perlu berjenjang untuk mencapai target awal,” ujar Danang Krisworo.
Danang Krisworo kembali mengatakan PG Assembagoes mulai beroperasi giling tebu sejak 1 Juli 2019 atau berjalan 13 hari. Namun selama dilakukan uji coba giling, aku Danang, PG menghadapi beberapa kendala sehingga tidak bisa langsung berproduksi secara optimal karena semua alat serba otomatis. “Yang jelas kami (PG Assembagoes, red) membutuhkan kesingkronan dan penyesuaian antara turbin dan alat lainnya,” terang Danang Krisworo.
Pria yang pernah berdinas di PG Panji Situbondo itu menambahkan, saat ini ia sudah membeli tebu petani dengan sistem pembelian putus (SPT) atau tebu petani dibeli tunai oleh pihak PG. Pembelian tebu petani dengan SPT guna mengurangi timbulnya kerugian yang dialami petani tebu akibat belum lancarnya proses giling PG Assembagoes.
Masih kata Danang, besaran pembelian tebu petani oleh PG sebesar Rp 48.000 per kuintal dan harga tersebut berada di atas harga tebu yang dibeli investor Malang. “Harga investor dari Malang memang membeli sebesar Rp 62.000 per kuintal. Tapi itu belum termasuk biaya angkut Rp 20.000/kuintalnya. Jadi pembelian tebu investor dari Malang dikurangi biaya angkutan menjadi Rp 42.000 per kuintal. Sedangkan kami membeli tebu petani Rp 48.000 per kuintal. Harga itu bersih tidak ada biaya angkutnya,” beber Danang.
Tak hanya itu kini PG Assembagoes juga ada kesepakatan lain dengan kalangan asosiasi petani tebu rakyat (APTR) bersama tokoh petani. Kesepakatan itu di antaranya, kupas Danang, PG memberikan kompensasi penyusutan berat tebu sebesar Rp 2.000/kuintal/ 3 hari kepada petani dengan sistem transfer.
“Untuk sopir truk juga kami beri kompensasi uang makan. Untuk soir lokal sebesar Rp 30.000 per hari dan sopir luar kabupaten Rp 50.000/hari. Kompensasi lain untuk angkutan tebu (truk) sebesar Rp 150.000/truk/hari,” paparnya.
Informasi Bhirawa, revitalisasi pengembangan dan modernisasi PG Assembagoes menyedot anggaran sekitar Rp 250 miliar dengan menggunakan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2015 dan sisanya merupakan dana pendamping investasi PTPN XI. Pengembangan dan modernisasi PG Assembagoes tersebut berupa peningkatan kapasitas giling dari semula 3.000 ton per hari (TCD) menjadi 6.000 ton per hari.
Dengan revitalisais PG ini akan ada pemenuhan kualitas GKP SNI dengan sasaran Icumsa 100 IU. Caranya dengan menggunakan proses remelt karbonatasi serta pengembangan co-generation dengan masing-masing 10 MW. [awi]

Tags: