PHE WMO Beri Penghargaan Bagi Vendor Berprestasi

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Kendati terjadi penurunan alokasi anggaran capital expenditure (Capex) dan operation expenditure (Opex) di sebagian korporasi hulu migas termasuk PT PHE WMO (Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore), tapi unsur health, safety and environment (HSE) tetap harus  memperoleh perhatian tinggi dan menempati skala prioritas pertama.
Bahkan PHE WMO menargetkan bisa meraih kembali Proper Hijau di 2015 ini dan Proper Emas di 2016 mendatang, sedangkan target 2015 baru dipatok setelah PHE WMO meraih Proper Hijau 2013 dan 2014. “Mohon dukungan para vendor tahun depan PHE WMO mampu mencapai proper emas,”  ungkap Vice President  PT PHE WMO, Boyke Pardede, Minggu (26/4) kemarin.
Selain itu PHE WMO berkesempatan juga memberikan penghargaan bagi para vendor yang dinilai berprestasi dari 150 vendor yang berasal dari Jakarta, Jatim, Bandung, Ujungpandang dan kota lainnya di Indonesia.
“Para vendor penerima penghargaan itu antara lain PT Clariant (The Best Safety Performance Award), PT Paka Mitra (The Best Supplier Performance Award) , PT Krisvita Sandwipa Putra (The Best Supplier  Performance Award for East Java Region), CV Nangkano Karya Pratama (The Best HSE Improvement Award), dan PT Triguna Mandala (The Best Service Performance Award),” ungkap Boyke.
Namun selain memberikan penghargaan, pihaknya juga menyampaikan berbagai hal terkait regulai baru tentang bisnis hulu migas di tanah air, baik tentang procurement, HSE, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam bisnis migas serta pentingnya audit kepatuhan oleh para vendor, dan lainnya.
“Mengingat harga minyak sekarang ini turun 50 persen dibanding pertengahan 2014 yang pernah mencapai lebih dari USD 100 per barel, maka kita mampu kerja dengan baik kalau antara PHE WMO dan rekanan ada kerja sama untuk mencari jalan keluar atas kondisi makro ini,” jelasnya.
Sedangkan secara terbuka Boyke mengukapkan aktifitas proyek maupun kegiatan  pendukung lainnya di PHE WMO 70 persen sampai 80 persen harus bersinergi dengan vendor. “Makanya kita mesti sinergi, karena harga minyak turun sekitar 50 persen dibanding Juni 2014, sehingga ada sejumlah proyek ditunda pelaksanaannya pada 2015 dan 2016 mendatang,” ujarnya.
Tak hanya PT Pertamina dan sejumlah anak perusahaannya yang memotong capex  dan opex seiring jebloknya harga minyak mentah di dunia, korporasi hulu migas lainnya di dunia juga mengambil langkah serupa.
Dicontohkan, ExxonMobil memotong alokasi anggaran untuk belanja modal sebesar USD 34 miliar atau 12 persen dibanding tahun lalu. Chevron  (produsen minyak mentah terbesar di Indonesia) memotong alokasi anggarannya 13 persen dibanding tahun lalu atau setara USD 35 miliar, Shell Belanda memotong USD 15 miliar, Total Perancis memotong USD 2 miliar atau 30 persen dibanding tahun lalu. “Untuk PHE WMO terjadi pemotongan capex sebesar 45 persen dan opex sebesar 10 persen dibanding 2014,” pungkasnya. [riq]

Tags: