PHE WMO Pelopori Biopori di Tanjung Bumi

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Setelah sukses melakukan program air bersih di Desa Bandangdajah, Kecamatan Tanjung Bumi-Bangkalan Madura, Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) mengembangkan  program konservasi sumber daya air melalui penggunaan biopori.
“Lubang resapan biopori merupakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan yang bermanfaat untuk meningkatkan daya resapan air, meningkatkan kualitas serta kuantitas air tanah, bahkan mengatasi banjir,” kata Ulika Triyoga, East Area HR Ops & Comdev Team Leader  Lead PT PHE WMO, saat ditemui wartawan di Surabaya, beberapa waktu lalu.
Pencanangan program konservasi sumber daya air melalui biopori ini dilakukan berbarengan dengan pengajian akbar untuk memperingati  10 tahun terbentuknya HIPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) di Desa Bandangdajah.
Selain melibatkan HIPAM dan anggota masyarakat pemakai air lainya, dalam program biopori ini PHE WMO bekerja sama dengan Pusat Studi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Univesitas Trunojoyo Madura (PS2EKP – FP UTM).
Dalam kegiatan ini juga telah ditanam 160 bibit buah-buahan  seperti Jambu Citra, Jambu Degus, Durian, Manggis dan Mangga) dan tanaman keluarga (Cabai, Rosella, Terong, Selada, dll), serta bibit Pohon Mahoni.
“Untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana, PHE WMO bersama Tim PS2EKP – FP UTM akan melakukan pendampingan dan pemeliharaan biopori bagi warga Desa Bandangdaja,” jelasnya.
Pembuat lubang biopori menggunakan  3 bor mesin dan 3 bor manual. Alat itu selanjutnya diserahkan ke Kelompok HIPAM, agar kelompok dan warga dapat membuat lubang biopori secara mandiri.
Dijelaskan, program HIPAM di Desa Bandangdajah yang telah dikelola secara mandiri oleh warga bisa melayani kebutuhan 400 KK. Program itu kini sudah menyebar ke dua desa lainnya yakni Desa Tanjungbumi dan Desa Telaga Biru di Kec. Tanjungbumi, Bangkalan.
“Lewat program biopori diharapkan dapat menjaga kelestarian air baik secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas air sehingga kebutuhan air bersih masyarakat dapat terus terpenuhi,”  tambah Ulika.
Ulika memaparkan, selain meningkatkan daya sesapan air, keberadaan biopori  bisa mendorong pemanfaatan sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (Co2 dan Metan).
“Biopori dapat meningkatkan  peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, serta dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air, seperti timbulnya penyakit Demam Berdarah. Program ini sangat cocok untuk masyarakat,” katanya.
Hadir pada kegiatan ini Dandim 0829 Bangkalan Letkol (Inf) Sunardi Istanto, S.H, Rektor Universitas Trunojoyo Madura Dr. Moh. Syarif, dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Dr. Ir. Slamet Subari, M.Si.
Dalam kegiatan yang melibatkan anggota Kodim Bangkalan dan mahasiswa Universitas Trunojoyo Bangkalan ini berhasil dibuat 105 lubang biopori di halaman rumah-rumah warga Desa Bandangdaja. “Targetnya ada 200 biopori. Alatnya kami berikan ke masyarakat agar mereka bisa melanjutkan membuat biopori sendiri,” katanya.
Program pengembangan konservasi sumber daya air melalui biopori, tambah Ulika,  tidak dapat dilakukan secara parsial dan insidental, karena itu perlu dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan. “Itulah mengapa butuh dukungan banyak pihak,” katanya. [ma]

Tags: