PHE WMO Sharing Ilmu Pengeboran Migas dengan Pelajar SMA

Field Manager PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), Muchamad Yani saat memberikan materi tentang industri hulu Migas kepada para siswa.

Surabaya, Bhirawa
PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) berbagi ilmu dengan para pelajar SMA di ajang pameran Jatim Fair 2018 terkait dengan materi pengeboran migas. Bahkan para siswa tersentak kaget ketika mengetahui ekplorasi atau pencarian minyak dan gas (Migas) terkadang tak membuahkan hasil.
Jika eksplorasi gagal, perusahaan migas yang dikenal sebagai KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) bahkan harus rela kehilangan uang hingga ratusan miliar dan pulang dengan tangan hampa.
“Bagaimana jika saat pengeboran pertama, kedua, ketiga bahkan hingga ke sepuluh perusahaan migas hanya menemukan sedikit potensi minyak atau gas, apakah tetap akan digali sampai ketemu,” tanya salah seorang siswi SMA Ta’miriyah Surabaya saat mengikuti kegiatan belajar Migas di booth SKK Migas dalam pameran Jatim Fair 2018 di Convention Hall Grand City Surabaya, Sabtu (13/2018).
Pertanyaan ini cukup mengejutkan Field Manager PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), Muchamad Yani saat memberikan materi tentang industri hulu Migas serta proses produksinya.
Yani menjelaskan, proses pencarian sumber minyak maupun gas cukup sulit sehingga dibutuhkan berbagai tahap yang panjang mulai dari uji seismik hingga mendatangkan alat-alat pengeboran ke lokasi. Dan proses ini membutuhkan modal yang tak sedikit, bisa sampai puluhan jutaan US$.
“Makanya ketika saat eksplorasi pertama, kedua dan ketiga serta ke empat kalinya tidak ditemukan minyak atau gas yang menguntungkan secara ekonomis maka akan dihentikan. Semua kerugian itu ditanggung KKKSnya. Negara kita baru akan ikut serta dalam permodalan jika migasnya sudah dieksploitasi,” ungkap Yani.
Yani menambahkan siswa saat ini sudah banyak mendapat informasi dari media internet tapi tentunya sebagai penerus bangsa, mereka harus mendapatkan semangat yang besar dari pelaku industri Migas sendiri sehingga di masa depan salah satu dari mereka bisa menjadi pakar Migas.
“Indonesia harus punya lebih banyak pakar Migas, karena potensi minyak dan gas di Indonesia masih besar terlebih di laut dalam. Kami harap dengan semangat yang ditunjukkan siswa saat ini mampu memunculkan pakar-pakar baru untuk dunia migas di masa depan,” terangnya.
Selama ini kandungan minyak dalam sumur, hanya sekitar 70% yang bisa diambil, untuk menyedot seluruh potensi migas dalam sebuah sumur eksploitasi dibutuhkan teknologi yang lebih mahal. Kedepan pekerjaan rumah para generasi muda ini adalah menemukan cara untuk mengangkat 30% yang tersisa itu.
“Selain sharing ilmu pada para siswa SMA hari ini kami juga menampilkan produk olahan UMKM binaan dari CSR PHE WMO di Bangkalan dan Gresik. Sehingga masyarakat yang datang berkunjung ke stand SKK Migas juga mengetahui peranan kami dalam membangkitkan ekonomi masyarakat sekitar,” ujar Yani. PHE WMO salah satu KKKS yang bekerja di bawah pengawasan dan pengendalian SKK Migas. KKKS yang memiliki wilayah produksi di lepas pantai Laut Jawa ini memiliki produksi gas hingga 130 MMSCFD. Naik 20 MMSCFD dibanding sebelumnya 110 MMSCFD. [riq]

Tags: