Piala Thomas Selalu Lepas

Thomas-Cup-20141Kejuaraan bulutangkis paling bergengsi di dunia, Thomas Cup dan Uber, sedang berlangsung di Siri Fort Indoor Stadium, India. Sudah bisa dipastikan tim Indonesia gagal lagi. Timnas Thomas dikalahkan Malaysia (3-0) pada babak semi final. Sedangkan timnas Uber dikalahkan India pada babak perempatan final. Even itu harus dijadikan warning keras, bahwa Indonesia perlu segera “menyegarkan” pemain melalui regenerasi secara serius.
Dus pemain muda harus diperbanyak mengikuti single even internasional. Urgensinya regenerasi ditunjukkan oleh jebloknya pemain-pemain senior pada ajang kejuaraan dunia di akhir pekan lalu itu. PBSI mengirim komplet 10 nomor tim, namun seluruhnya tidak menunjukkan hasil terbaik. Bahkan ganda putra terbaik dunia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, juga kalah (melalui rubber set) dari ganda Malaysia Tan Boong Heong/Hooen Thien.
Agaknya pemain tunggal yang diharapkan, Tommy Sugiarto, masih harus menunggu “pensiun” pemain-pemain gaek negara lain. Seperti yang dihadapinya dalam semi final Thomas Cup 2014, Lee Chong Wei masih terlalu perkasa. Bermain lawan jagoan gaek memang bisa membuat trauma, keder terus. Buktinya, 9 kali melawan Chong Wei, Tommy Sugiarto tidak pernah menang. Selain itu peringkatnya juga terlalu njomplang, tidak sebanding.
Tim Thomas Jepang lebih beruntung, karena absennya pemain gaek China, Lindan. Andalan Jepang, Kenichi Tago (peringkat keempat dunia) bisa mengalahkan Cheng Long (peringkat kedua). Dua nomor berikutnya (ganda dan tunggal kedua) juga dimenangkan Jepang. Dengan kekalahan itu, ambisi China untuk menjuarai Piala Thomas enam kali berturut-turut juga pupus. Perebutan podium tertinggi Thomas akan mempertemukan Jepang melawan Malaysia.
Nasib buruk timnas Thomas, juga menimpa timnas Uber. Pasangan Greysia Polii/Nitya Maheswari memastikan kekalahan Indonesia. Padahal Polii dan Nitha sangat diharapkan menjadi momentum kebangkitan tim Uber Indonesia setelah tertinggal 0-2 pada dua partai sebelumnya. Ternyata takluk pula dari pasangan India Jwala Gutta/Ashwini Ponnappa.
Ini menjadi warning untuk negara “langganan juara,” Indonesia dan China. Bahwa Korea, Vietnam, Thailand dan India, tak mau terus-terusan menjadi underdog. Pada even kejuaraan dunia (dimulai sejak tahun 1977), Indonesia memang langganan gelar juara, dimulai juara ganda putra oleh Tjun Tjun-Johan Wahyudi, tahun 1977.
Pada tahun 1980, Indonesia memborong 4 gelar: tunggal putra-putri (Rudy Hartono dan Verawati Fajrin), ganda putra (Christian Hadinata-Ade Chandra), serta ganda campuran (Christian Hadinata-Imelda Wiguna). Namun pada tahun 1983, hanya tunggal putra Icuk Sugiarto yang membawa pulang medali emas. Tunggal putri berikutnya (dan terakhir) yang memperoleh emas adalah Susi Susanti (1993). Sedangkan medali emas tunggal putra terakhir (ke-7) diraih oleh Taufik Hidayat (2005).
Dua kali kejuaraan dunia terakhir (2007 dan 2013) tanpa emas pada nomor tunggal putra maupun putri. Bahkan pada kejuaraan beregu (semacam piala Thomas Cup dan Ubber Cup), tunggal putra maupun putri sudah lama selalu kalah. Sayangnya, regenerasi masih dilakukan setengah hati, terutama arena pemusatan latihan (Pelatnas) masih jauh dari keseriusan. Misalnya (selain prestasi dari ajang domestik) standarisasi VO maks belum dilaksanakan.
Selain itu pembinaan oleh berbagai perusahaan swasta juga semakin menipis. Hanya atlet daerah tertentu yang diuntungkan, terutama Jawa Tengah dan Jawa Barat. Padahal banyak daerah lain memilikki atlet berpotensi, namun seolah-olah “tidak terlihat.” Sehingga pembinaan bulutangkis krisis sumber atlet. Seharusnya, beberapa BUMN dan perusahaan swasta nasional meningkatkan partisipasi pembinaan melalui CSR (Corporate Social Responsibility, tanggungjawab sosial perusahaan).
Selain itu, pemain senior bisa membuka sekolah bulutangkis di berbagai daerah. Jika piala Thomas dan Uber terus lepas, peringkat Indonesia akan semakin turun pada BWF, dianggap tidak penting dalam percaturan bulutangkis.
———   000   ———

Rate this article!
Piala Thomas Selalu Lepas,5 / 5 ( 1votes )
Tags: