Pilpres 2019, Amien Rais Ingin Muhammadiyah Satu Suara

Pawai Ta’aruf pelajar dan guru Muhammadiyah se Kota Surabaya pada peringatan Milad Muhammadiyah ke 106, Selasa (20/11) kemarin di jalanan di sekitaran Gedung Islamic Center Surabaya. [trie diana]

Surabaya, Bhirawa
Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH M Amien Rais MA, menyebut Haedar Nashir selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah melakukan kesalahan besar dalam mengeluarkan statemen. Amien menegaskan, warga Muhammadiyah tidak boleh diberikan kebebasan dalam memutuskan pilihannya pada Pilpres 17 April 2019 mendatang.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini memberikan sambutan pada Milad ke-106 Muhammadiyah di Islamic Center Surabaya, Selasa (20/11) kemarin menegaskan, perkataan Haedar Nashir selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah yang membebaskan warga Muhammadiyah untuk memilih Capres adalah sebuah kesalahan besar.
“Saya tegaskan, tidak bisa dimaafkan bila Haedar mengatakan pilihan Pilpres terserah masing-masing. Itu kesalahan besar,” kata Amien dengan serius.
Mantan Ketua MPR RI ini juga menegaskan, warga Muhammadiyah harus satu suara dalam menentukan siapa yang layak menduduki kursi RI 1 dan RI 2. Hanya Pemilihan Legislatif (Pileg) saja yang boleh diberi kebebasan.
“Kalau kebebasan untuk Pileg ya masih bisa dimaafkanlah. Karena Pileg kursinya banyak, terus kader Muhammadiyah ada yang di PAN, PPP, PKS, Golkar, dan segala macem. Tapi Pilpres itu hanya satu kursi dan itu sangat menentukan,” tegasnya usai memberikan sambutan.
Maka menanggapi pernyataan Haedar, Amien mengingatkan, dirinya masih memiliki pengaruh besar di Muhammadiyah. Sehingga Amien akan meminta jajaran Muhammadiyah untuk mengeluarkan semacam maklumat untuk preferensi calon presidennya.
“Saya juga Ketua Muhammadiyah, ingat itu ya, saya dulu dalam pemilihan Ketua Umum PP Muhammadiyah dipilih 98,5% jadi konstituennya tinggi sekali. Sampai sekarang Muhammadiyah gak boleh terserah dalam pilihan politiknya,” tambah dia.
Sementara itu, ketika ditanya siapa presiden yang seharunya didukung dan dipilih, Amien enggan menyebutkan nama. Namun tokoh yang dijuluki Bapak Reformasi ini hanya menegaskan kalau warga Muhammadiyah harus memilih pemimpin yang bersama ulama.
“Yang jelas presidennya tidak suka mengkriminalisasi ulama, yang tidak bohong dengan janji-janjinya,” katanya. Dan ketika wartawan bertanya, “Siapa Pak Amien namanya?”. Amien menjawab, ”Ya saya gak usahlah menyebut nama, tapi kalian sudah tahu yang saya maksud,”.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Haedar mengatakan kalau Muhammadiyah memiliki warga yang cerdas dan memiliki kapabilitas untuk menentukan pilihan politiknya. Ia tidak ambil pusing soal sikap beberapa warga Muhammadiyah yang mendukung pasangan calon Jokowi-Ma’ruf ataupun Prabowo Sandi.
Pernyataan Haedar itu dianggapnya sebagai komitmen Muhammadiyah untuk tidak terlibat politik praktis. Ia ingin agar Muhammadiyah menjadi wadah konsultasi bagi setiap pasangan calon demi kemajuan bangsa.
Dalam Milad Muhammadiyah ke 106 di Surabaya, Selasa kemarin dipusatkan di Gedung Islamic Center Surabaya, diawali dengan pawai dari seluruh sekolah dari TK, SD, SMP hingga SMA se Kota Surabaya yang dilepas Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.
Menurut Ketua Panitia Milad Muhammadiyah ke 106 Kota Surabaya, M Syaikul Islam, pawai ta’aruf diikuti semua unsur di dalam Muhammadiyah mulai dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya, Aisyiah, Organisasi – organisasi Otonom Muhammadiyah tingkat Kota Surabaya seperti Hizbul Wathon, Tapak Suci, IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). Juga amal usaha pendidikan yakni semua sekolah yang ada dibawah Muhammadiyah mulai TK, SD, SMP dan SMA.
Sebanyak 8 ribu kader dan keluarga Muhammadiyah ikut serta dalam miladnya yang ke 106. Selain pawai ta’aruf, juga ada lomba Qiroah, lomba tahfidzul Quran, talkshow dengan media, Muhammadiah award, tablik akbar, Jumat berkah. [fen]

Tags: