Pilu Mbah Haeri, Lansia yang Tinggal Sendirian di Situbondo

Mbah Haeri, lansia yang tinggal seorang diri di rumahnya di Desa Curah Jeru, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo. [sawawi]

Untuk Bertahan Hidup, hanya Bisa Pasrah Menunggu Uluran Tangan Tetangga
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Di Kabupaten Situbondo, banyak wanita-wanita lanjut usia yang tinggal sendirian dengan serba kekurangan, yang belum tersentuh bantuan. Salah satunya Mbah Haeri, yang hanya bisa pasrah saat di temui di rumahnya di Desa Curah Jeru, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo.
Mbah Haeri kini sudah memasuki usia 8o tahun. Yang membuat ironid, Mbah Haeri hidup sendirian. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Mbah Haeri harus menunggu uluran tangan para tetangga dekat atau orang lain yang memiliki empati.
Saat didatangi rumahnya pada pagi hari, Mbah Haeri terpaku duduk seorang diri. Dia mengeluh kesakitan saat ditemui di rumahnya yang hanya terbuat dari anyaman bambu. “Ya rumah saya seperti ini. Sudah mulai rapuh. Lantainya hanya beralaskan tanah,” sahut Mbah Haeri, dengan logat bahasa Madura.
Ketika ditanya, Mbah Haeri tidak punya siapa-siapa. Anak semata wayangnya sudah pergi selamanya sejak dua tahun silam. Kondisi kehidupan Mbah Haeri saat ini sangat memprihatinkan dengan ditambah keterbatasan ekonomi. Warga yang tercatat di Dusun Barat, RT 3/RW 11 di Desa Curah Jeru, Kecamatan Panji itu mengaku prihatin dengan kondisinya saat ini. “Saya sudah lama hidup seperti ini,” ujar Mbah Haeri.
Ketika diajak bicara, logat bibirnya sudah mulai gemetaran. Tangannya sudah keriput dan tidak kuat untuk duduk berlam-lama di atas kasurnya yang mulai kusam. Dibagian kanan kirinya rumahnya hanya berdiri tembok dari anyaman bambu. Wanita jompo itu hanya memakai jarit dengan kerudung seadanya. “Saya hanya bisa terbaring di tempat tidur. Saya tidak bisa beraktivitas lagi seperti sebelumnya,” ujar Mbah Haeri.
Sedangkan untuk kebutuhan makan dan minum setiap harinya, kata dia, harus rela dan ikhlas serta sabar menunggu pemberian para tetangga dekatnya. Kesabaran Mbah Haeri, patut dicontoh dalam menghadapi kerasnya kehidupan saat ini. Meski kurang makan, Mbah Haeri selalu ikhlas menjalani kehidupan. “Namanya sudah sepuh seperti ini mau kemana. Ya sendirian tiduran di rumah,” keluh Mbah Haeri lagi.
Mbah Haeri mengatakan, dia mulai merasa terpukul sejak anaknya meninggal dunia dua tahun silam. Sebab, hanya dialah satu-satunya harapan untuk bisa merawat dirinya. Namun, takdir berkata lain. Mbah Haeri hanya bisa pasrah menjalani sisa hidupnya hingga saat ini. “Meski saya mempunyai cucu. Tetapi dia jauh dari rumah. Dia kadang baru datang kesini hanya sepekan sekali,” ujarnya.
Miswatun, salah satu tetangga dekat Mbah Haeri menimpali, selama ini dirinya yang merawat mbah Haeri. Mulai dari memberi makan, memandikan dan kebutuhan penting yang lain, dia yang rela membantunya. Ini dilakukan, sambung Misnatun, murni sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib mbah Haeri. “Meski Mbah Haeri menjalani hidup seorang diri, dia penuh kesabaran dan ketabahan. Ini kami berbuat demikian, karena ingat sama orang tua sendiri,” jelas Misnatun.
Misnatun kembali menerangkan, sebenarnya mbah Haeri pernah mendapat bantuan. Namun bantuan tersebut hanya sekali, yakni dari pemerintah Desa Curah Jeru. Selain itu juga ada bantuan dari para dermawan di Situbondo dan luar Situbondo. Menurut Misnatun, mbah Haeri ini sangat layak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sebab, selain kondisi kehidupannya sudah sendirian, usianya suudah lansia. “Seingat saya sebagai tetangga yang ikut merawat hanya sekali dia mendapatkan bantuan dari Desa. Setelah itu tidak pernah mendapatkan banatuan lagi,” ungkap Misnatun.
Misnatun meminta kepada instansi terkait agar segera turun tangan mendatangi rumah Mbah Haeri untuk memberikan bantuan. Harapannya, Mbah Haeri bisa diberi bantuan rutin untuk kebutuhan makan dan minum setiap hari. Bagi Misnatun, dirinya akan terus membantu apa yang dibutuhkan Mbah Haeri, karena merasa iba dan harus menolong.”Ya saya kasihan sekali sama nasib mbah Haeri. Semoga cepat mendapat respon dari instansi terkait,” harapnya.
Salah satu pemerhati sosial di Kabupaten Situbondo, Marjono, ketika di konfirmasi meminta pihak instansi terkait memiliki kepekaan atas nasib Mbah Haeri. Sebab, imbuh pria yang akrab disapa Jon itu, dari hasil investigasinya Mbah Haeri hanya mendapatkan bantuan satu kali dari program terdampak Covid. “Sedangkan bantuan program lain yang banyak disalurkan pemerintah belum diterima Mbah Haeri,” terang Jon.
Jon menambahkan, saat ini Mbah Haeri meski sudah berusia 80 tahun tetap memiliki identitas yang lengkap, semisal KTP. Jadi, imbuh Jon, jika ada pihak yang hendak menyalurkan bantuan bisa melalui pihak desa, RT atau RW, juga bisa menghubungi dirinya. Dalam pandangan Jon, kondisi Mbah Haeri sangat layak untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. “Kami berharap seperti itu,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: