Pimpim Sholat Gerhana, Plt Wali Kota Malang Ingatkan Tanda Alam

Kota Malang, Bhirawa
Sutiaji, Plt. Walikota Malang, menjadi imam sholat gerhana bulan di masjid Nuruttaqwa jl. Bunga Dewandaru Jatimulyo, 03.30 wib Sabtu dini hari 28/7 kemarin.
Di tengah tengah antusias pembicaraan fenomena gerhana bulan, terlebih kali ini yang terlama berlangsungnya, Sutiaji yang juga dikenal sebagai seorang ustadz ini, mengingatkan bahwa fenomena alam tersebut harus diletakkan kembali dengan cara pandang keagamaan.
“Boleh boleh saja ada unsur hiburan di sana, namun harus dikembalikan pada ruh religi. Bahwa setiap tanda tanda alam, termasuk gerhana, pasti ada pesan didalamnya yang diberikan Allah kepada ummat manusia, “ujar Sutiaji yang akan segera dilantik sebagai Walikota Malang periode 2018 – 2023.
Hal tersebut perlu diingatkan Plt. Walikota Malang, karena ada kecenderungan, masyarakat memandang fenomena gerhana hanya sebatas hiburan.
“Bagi kita, khususnya masyarakat muslim kota Malang, dan umumnya warga kota yang saya percaya merupakan masyarakat religi karena dasar negara kita juga berlandaskan Ke Tuhanan Yang Maha Esa, maka fenomena gerhana harus kita imbangi dengan ritual ibadah. Yang hari ini terepresentasikan melalui sholat gerhana dua rakaat dengan masing masing dua kali ruku’ pada setiap rakaatnya, “ujar Sutiaji.
Ditambahkan pria yang juga Dewan Pembina Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB) ini, gerhana baik bulan maupun matahari secara hakikat memberi peringatan bahwa ada pola alam yang tidak bergerak semestinya yang terjadi karena imbas perilaku manusia di bumi.
Akibat banyaknya kenistaan dan perbuatan yang melanggar norma agama menjadikan alam bersikap. “Coba kita fikirkan dan bayangkan bersama, bila gerhana terjadi lebih lama dan tak berhenti, maka yang terjadi adalah kepunahan bumi. Maka sesungguhnya ini (gerhana) benar benar menjadi petunjuk bagi manusia untuk instrospeksi dan makin bertakwa kepada Tuhan,”ujarnnya.
Peria penggemar olahraha bulu tangkis ini kepada jamaah, menyampaikan bahwa Matahari dan bulan ada yang menjaga. Gerhana terjadi secara metafisika, karena sang penjaga melihat perilaku ummat yang makin memprihatinkan.
Pada sholat gerhana bulan yang dilanjutkan sholat subuh berjamaah, Sutiaji juga mempertimbangkan untuk mengeluarkan aturan pembatasan penggunaan HP pada anak anak.
“Peraturan atau himbauan itu nanti bagian utuh dari gerakan yang selama ini sudah berjalan yakni sholat berjamaah tepat waktu. Kita akan terus perkuat melalui gerakan gerakan moral berikutnya,”imbuhnya.
Termasuk menyikapi mirisnya dampak sosial media dari penggunaan teknologi HP dan sejenisnya. Hibah sistemik kini mewabah dengan kehadiran sosmed. Orang makin senang bergunjing dan menggunjing, hate spech (ujaran kebencian) serta perilaku individu lebih menguat daripada sikap sikap sosial.
“Harus dimunculkan kesadaran bersama menyikapi hal itu bila kita tidak ingin kehilangan generasi masa depan yang berkualitas, dan bila dikaitkan gerhana, bila kita sadar untuk menjaga bumi dari kehancuran, “pesan tegas Plt. Walikota Malang, Sutiaji.
Pada akhir pesannya, Sutiaji mengajak semuanya untuk dapat memposisikan kembali keberadaan Allah dan makhluknya secara benar dan tepat serta menjadikan sebagai tumpuan untuk berinstrospeksi diri. Sadar bahwa kuasa dan kehendak hanya milik Allah. Manusia hanya minta ridho Nya.
Perilaku agama lebih banyak dipengaruhi pengalaman keagamaan daripada pengetahuan keagamaan. Di dalamnya tersirat bahwa hidup harus ditempat dengan ujian ujian hidup dan bukan sekadar logika pengetahuan yang tidak jarang menuhankan pikirannya sendiri dan selalu menganggap yang lain yang bukan kelompoknya salah. “Jangan ambil Hak Allah, karena itu pintu kesombongan serta bibit perilaku semena mena, “tutup Sutiaji. [mut]

Tags: