Pimpinan Muhammadiyah Surabaya Berpindah

2-tamSurabaya, Bhirawa
Akhir masa kepengurusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya periode 2010-2015 benar-benar berakhir kemarin, Minggu (20/12). Ini setelah musyawarah daerah (Musyda) PDM menetapkan Mahsun Djayadi menggantikan posisi Muhammad Zayyin Chudlori sebagai ketua PDM Surabaya.
Terpilihnya Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya itu melalui proses yang cukup berat. Sebab Ketua PDM Surabaya periode 2010-2015 kembali mencalonkan diri sebagai ketua untuk kedua kalinya.
“Setiap pengurus berkesempatan dua kali untuk mencalonkan kembali,” tutur Zayin. Alasan ini yang membuat Zayin juga kembalu ikut bursa ketua PDM Surabaya.
Zayyin mengakui, Musda PDM Surabaya ini bisa jadi merupakan yang terbesar diantara musda PDM di kota/kabupaten lain di Indonesia. Ada 58 kandidat yang maju. Dari jumlah tersebut, 13 orang yang ada merupakan pengurus 2010-2015. Semua kandidat bersaing ketat untuk masuk 13 besar agar bisa duduk di kepengurusan PDM periode 2016-2020.
Dosen pengampu mata kuliah Pengadilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya (UINSA) ini menyebut 13 nama yang lolos akan kembali bersaing untuk menjadi ketua. Setelah itu 12 sisanya secara otomatis akan masuk struktur.
Syarat mencalonkan diri pada bursa di antaranya, harus memiliki nomor baku Muhammadiyah, domisili di Surabaya sesuai AD/ART, sudah menjabat jadi pimpinan di daerah atau cabang (kecamatan), taat beragama dan lainnya.
“Sistem pemungutan suara dengan sistem manual, tidak e-vote. Pemilik hak suara, yakni pimpinan daerah, ketua cabang, wakil cabang, wakil ranting,” ulas Zayin ditemui di lokasi musda. Total ada sekitar 232 suara. Suara terbanyak akan menentukan kandidat. Zayin berharap siapapun yang terpilih harus memiliki komitmen aktif, berdedikasi di Muhammadiyah sebagai pimpinan. Selain itu, bisa meluangkan waktu, kesempatan, pikirannya di Muhammadiyah.
Sementara itu Mahsun mengungkapkan, pihaknya akan berupaya keras memimpin Muhammadiyah dengan sebaik mungkin. Ini lantaran kompleksitas persoalan di Surabaya berbeda dengan daerah-daerah lain. “Secara internal, kita akan berjalan sesuai struktur organisasi yang ada. Kuantitas dan kualitas amal usaha Muhammadiyah akan jadi prioritas,” kata dia. Secara eksternal, lanjut Mahsun, pihaknya ingin membangun kerjasama dengan semua elemen. Termasuk pemerintah dan berbagai ormas (organisai masyarakat) di Surabaya. [tam]

Tags: