PJT I Bangun PLTMH Tanpa Pihak Ketiga

Proses pembangunan PLTMH dilakukan PJT I yang merupakan proyek pertama tanpa menggunakan pihak ketiga.

Proses pembangunan PLTMH dilakukan PJT I yang merupakan proyek pertama tanpa menggunakan pihak ketiga.

(Kali Pertama)
Surabaya, Bhirawa
Pemanfaatan sumber energi dilakukan Perum Jasa Tirta (PJT) I dalam mengembangkan usaha pengelolaan sumber daya air. Upaya ini diawali dengan membangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) per 1 Agustus 2016 lalu di Lodagung, Kelurahan Jegu, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar dengan nilai investasi sekitar Rp 40 miliar.
“Sesuai PP 46 Tahun 2010, kami PJT I diberikan kewenangan untuk optimalisasi aset. Salah satunya aset kami adalah sumber daya air yang masih potensial kini mulai kami jadikan PLTMH seperti di Lodagung. Ini proyek pertama kali yang dilakukan oleh perusahaan secara langsung tanpa ada investasi dari pihak ketiga,” kata Kepala Divisi SPAM dan PLTA/PLTM, Ir Vonny C Setiawati MT, Selasa (29/11).
Saat ini, proyek PLTMH Lodagung masih dalam tahap pembangunan dan diperkirakan bisa selesai pada 23 November 2017 mendatang. Direncanakan PLTM Lodagung bisa menghasilkan listrik sebesar 2 x 650 kW yang terletak Jik dihitung energi tahunan maka bisa memroduksi sebesar 9,3 GWh/tahun (capacity factor 83,43 persen).
Ia menjelaskan, PLTMH Lodagung merupakan program pengembangan usaha Perum Jasa Tirta I dalam investasi di bidang Energi Baru Terbarukan (EBT). “Proyek ini memanfaatkan potensi tinggi jatuh (gross head) sebesar 12,50 m di bagian pengambilan saluran irigasi Lodagung,” jelasnya.
Adapun air irigasi selama ini tersedia sepanjang tahun dengan ketersediaan debit sebesar 8,89 – 13,78 m3/detik. Air yang semula digunakan hanya mengairi lahan pertanian dari Kabupaten Blitar hingga Tulungagung, selanjutnya dibangkitkan dan dapat menghasilkan tenaga listrik.
Sebelum digunakan mengairi sawah, air diambil langsung dari Waduk Wlingi menggunakan pipa intake teknologi siphon, lalu dialirkan melalui pipa pesat (penstock) yang saat ini masih dibangun. Lalu air memutar turbin dan turbin memutar generator, lalu dikembalikan lagi ke saluran irigasi untuk mengairi lahan pertanian.
Jalur pipa pesat menuju lokasi rumah pembangkit (powerhouse) dibangun di sebelah kiri dan sejajar dengan saluran terbuka irigasi. Powerhouse berisi turbin, generator, transformator dan sistem kontrol. Pipa pesat berupa pipa baja berdiameter 2,5 m sepanjang ±338 m. Lalu mendekati powerhouse akan bercabang dua dengan diameter masing-masing 2 m sepanjang ±20 m.
Rencananya energi listrik tersebut akan diinterkoneksikan dengan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV milik PLN di Gardu Induk Wlingi. Diharapkannya pasokan listri baru itu mampu menambah dukungan sebesar 1,7 MVA (10,22 persen) dari total kekurangan sebesar 16,62 MVA yang dibutuhkan untuk wilayah Blitar dan sekitarnya.
Selain itu PLTMH Lodagung juga untuk menyukseskan program pemerintah dalam memproduksi listrik 35 ribu MW yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Selain Lodagung, sebenarnya masih ada banyak potensi lain di wilayah kerja PJT I. Di WS Brantas juga ada di Lodoyo 2, Mrican, Karangkates 4 dan 5, dan Kesamben.
Sebelumnya, di Jatim, masih ada daerah yang masih belum terjangkau aliran listrik dari perusahaan listrik negara. Bahkan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jatim juga berupaya PLTMH dimana pembangkit listrik itu lebih memanfaatkan potensi air terjun atau sungai yang mengalir.
Ada beberapa daerah yang sudah ada pembangunan pembangkit listrik tersebut yang dikembangkan ESDM Jatim. seperti di Desa Kare Kab Madiun, mikrohidro tersebut meliputi satu desa yang mempunyai dua dusun yang berhasil dikembangkan ada enam daerah yakni Madiun, Pacitan, Probolinggo, Banyuwangi, Nganjuk dan Trenggalek.
Sedangkan di desa Kare Kabupaten Madiun, pengerjaan PLTMH hanya memakan waktu 3 bulan. Produksi listrik di desa tersebut dapat dialirkan untuk 100 rumah dengan kapasitas masing-masing sekitar 450 watt-900 watt. [rac]

Rate this article!
Tags: