PJT Pasang Sensor Getaran Bendungan Karangkates

6-FOTO KAKI cyn-15-1-Foto petugas PJT 1 Malang saat memantau kondisi   bendungan sutamiKab Malang, Bhirawa
Keretakan yang terjadi pada bangunan Bendungan Sutami atau biasa masyarakat menyebutnya Bendungan Karangkates, yang berada di wilayah Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten  Malang, telah membuat Perusahaan Umum Jasa Tirta 1 (PJT) Malang, memasang sensor getaran di bendungan tersebut guna untuk mengantisipasi bencana sekaligus mengobservasi kerusakan bangunan bendungan.
Sekretaris PJT 1 Malang Ulie Mospar Dewanto, Rabu (14/1), kepada wartawan mengatakan, observasi bangunan Bendungan Sutami yang retak masih dilanjutkan selama satu siklus penuh atau selama musim hujan dan musim kemarau.
Pemasangan sensor getaran tersebut sangat diperlukan guna memantau pergerakan tanah, air dan getaran lainnya terkait dengan keperluan observasi. “Itu sebabnya jalan di bendungan itu yang menghubungkan Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung dan Kecamatan Kalipare masih kita tutup total dari semua aktivitas,” tegasnya.
Sebab, masih dikatakan Ulie, sensor getaran sangat sensitif, sehingga bila ada kendaraan bermotor, maka sensor bakal meresponnya. Sehingga jalan bendungan masih kita rekomendasikan untuk ditutup sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Karena sejauh ini kondisi bendungan terus dioperasionalkan untuk menampung air baku dan pengendali banjir. Dan selama musim hujan ini, elevasi atau ketinggian permukaan air masih terpantau sesuai pola.
“Kalaupun elevasinya meningkat, maka operasi bendungan bisa diatur dengan melepas air melalui pintu air. Hal itu dilakukan bila sudah siaga merah, tapi hingga saat ini elevasi air dibendungan masih dalam kondisi normal,” terang dia.
Diungkapkan, observasi dilakukan sampai tuntas, dan membutuhkan waktu lama. Oleh karenya itu petugas melakukan pengecekan menyeluruh untuk menjawab kekhawatiran bahwa keretakan itu terjadi pada bangunan inti bendungan.
Keretakan bendungan diketahui sejak Juni 2014 setelah adanya laporan keretakan aspal jalan bendungan yang menghubungkan Kecamatan Kalipare dan Kecamatan Sumberpucung. Petugas PJT 1 Malang melakukan observasi dengan cara menggali di sejumlah titik guna mengetahui pusat keretakan.
Dalam kesimpulan awal, lanjut Ulie, keretakan disebabkan oleh air yang merembes di struktur tanah di atas bangunan inti karena sistem drainase kurang sempurna. Selain itu, keretakan terjadi pada aspal jalan sejauh 70 meter di atas bangunan inti bendungan. Sedangkan bangunan inti merupakan sekat urukan tanah yang kedap air. “Tujuan bangunan inti agar air di bendungan tidak merembes atau bocor,” tegasnya.
Sementara dari hasil analisa, ia sebutkan, bahwa bangunan inti masih kokoh. Hal itu didasarkan pada analisa keamanan bendungan yang diresmikan pada 1972 masih aman. Meski gempa bumi kerap melanda Malang Selatan.
Justru saat ini yang menjadi ancaman adalah tingginya sedimentasi. Sebab, sedimentasi mengakibatkan kapasitas tampungan terus menurun. Saat ini sedimentasi hanya mencapai 157,17 juta meter kubik dari kapasitas tampungan awal 253 juta meter kubik. [cyn]

Keterangan Foto: Petugas PJT 1 Malang saat memantau kondisi Bendungan Sutami melalui layar monitor, yang disambungkan dengan sensor getaran, yang dipasang di bangunan Bendungan Sutami. [cyn/Bhirawa]

Tags: