PkaMI Umsida Wujudkan Desa Keboan Anom Jadi Kampung Kreatif

Para ibu PKK Desa Keboan Anom sedang memamerkan hasil karyanya, batik celup dengan perwarna alam. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Para ibu warga Desa Keboan Anom, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo sangat antusias mengikuti pelatihan pembuatan batik celup. Mengingat pesertanya rata-rata masih pemula, maka proses pembuatan batiknya didampingi Tim PkaMI Umsida (Program Kemitraan Masyarakat Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo).
Menurut Ketua Tim PkaMI Umsida, Dr Hadiah Fitriyah SE MSi, kegiatan ini merupakan program pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan para Dosen Umsida. Tim menginisiasi untuk menggerakan perekonomian desa melalui para ibu PKK. Untuk Desa Keboan Anom ini menjadi pilihan, karena desa ini juga menjadi desa mitra di kampus kami.
“Kami ingin mengembangkan yang lebih lagi. Makanya kegiatannya bukan hanya batik celup saja, nantinya akan ada pelatihan pengelolaan keuangan dan pemasaran hingga berkembang menjadi Kampung Kreatif,” jelas Hadiah Fitriyah yang didampingi anggotanya Hasan Ubaidillah SE MM dan Nun Ravita Hanun SE MA.
Hasan menjelaskan di Desa Keboan Anom ini sebenarnya sudah pernah ada pelatihan batik celup, tetapi menggunakan pewarna sintetis. Maka diinisiasi untuk mengarahkan ke produk warna alam, arahnya ke Green Product, dan muncullah ide dari tim ini untuk pembuatan produk batik celup menggunakan pewarna alam.
“Dari hasil semua ini nantinya yang akan kami kembangkan menjadi kampung kreatif, yang produk utamanya dari para ibu PKK Desa Keboan Anom ini,” katanya.
Sementara itu, pelatih batik alam, Nusa Amin mengatakan, batik warna alam memiliki daya tarik tersendiri, salah satunya dari bahan pewarnanya yang berasal dari bahan alami, bukan pewarna buatan (kimiawi).
“Misalnya dari kulit pohon mangga, mahoni, serabut kelapa, dedaunan dan bahan alam lainnya. Itu kemudian di ekstrak, diambil sarinya untuk bahan pewarna,” katanya.
Materi yang diberikan mulai dari perancangan kain yang sudah dengan ikatan – ikatannya. Kemudian dicelupkan dengan larutan air yang sudah menjadi pewarna alam. Terus berulang jika ingin warna lebih pekat dan tidak cepat pudar. Terakhir dicelupkan dalam air tawar/dicuci atau juga air batu tunjung.
Kurniawati salah satu peserta mengaku sangat senang sekali, karena bisa mendapatkan ilmu yang baru. Karena selama ini pihaknya mengaku pernah membuat batik celup dengan pewarna sentetis. Dengan menggunakan pewarna alami dari tumbuhan ini ternyata lebih mudah dan kualitasnya lebih bagus.
“Jadi kami sangat senang, apalagi dalam pelatihannya ini nanti tak hanya membatik, tetapi ada juga tentang pelatihan bagaimana cara mengelola keuangannya dengan baik, serta bagaimana cara memasarkannya. Saya mewakili teman – teman PKK mengucapkan terima kasih kepada Umsida, khususnya yang menjadi Tim PkaMI di Desa Keboan Anom ini,” ungkap Kurniawati. [ach]

Tags: