PKPS Koordinasikan Program JEMARI Bersama Tenaga Ahli P3MD

Sejumlah pengurus PKPS saat melakukan koordinasi dengan Tenaga Ahli P3MD (Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa) Kementerian Desa PDTT di Posko P3MD Bondowoso. (Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Minyak jelantah itu tidak bisa terurai di air dan tanah, kecuali dilarutkan dengan zat kimia. Jika jelantah dibuang pada tanah, maka daya resap air ke dalam tanah akan berkurang. Bahkan, jika jelantah dibuang pada perairan, maka permukaan air akan tertutup minyak dan akan memicu naiknya kadar COD (Chemical Oxygen Demand) yang dapat menyebabkan biota air mati.

Hal ini seperti yang disampaikan Danny Dwi Damara, Ketua PKPS (Primer Koperasi Pengelola Sampah) Bondowoso, saat melakukan koordinasi dengan Tenaga Ahli P3MD (Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa) Kementerian Desa PDTT di Posko P3MD Bondowoso, Rabu (4/11).

Danny bersama sejumlah pengurus PKPS, sengaja mendatangi Posko P3MD, lantaran spiritnya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat serta misinya dalam mensosialisasikan akan bahaya minyak jelantah dalam program JEMARI (Jelantah Membawa Rejeki).

“Minyak itu disebut minyak jelantah jika sudah berbusa permukaanya, berwarna gelap dan kotor, beraroma apek serta selalu berasap saat mencapai suhu penggorengan ideal,” jelas pemuda yang juga pegiat desa wisata di Sumberwringin ini.

Menurut Danny, minyak jelantah apabila digunakan terus-menerus, dapat menyebabkan penyakit serius, seperti kanker, jantung, hipertensi, gagal ginjal, dan lain sebagainya.

Pada kesempatan ini, Danny bersama pengurus PKPS di Posko P3MD Bondowoso tidak hanya menyampaikan akan bahayanya minyak jelantah, akan tetapi juga memberikan solusi atas penggunaan minyak jelantah agar tidak terus-menerus digunakan masyarakat.

Pada aspek memberikan solusi inilah, Danny melalui P3MD, yang di dalamnya banyak tokoh pemuda yang menjadi Pendamping Desa, pihaknya berharap dapat memberikan edukasi dan solusi kepada masyarakat sekitar.

“Kami di PKPS memiliki Program JEMARI. Kepanjangannya adalah, Jelantah Membawa Rejeki”, ungkapnya.

Sementara itu, Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa (TA PED) P3MD Kabupaten Bondowoso, Andiono Putra mengatakan, bahwa dirinya sangat antusias dengan gerakan PKPS. Meski baru berdiri sejak 14 Agustus 2020 waktu lalu, namun gagasan PKPS patut diacungi jempol.

Andiono menjelaskan, berbagai kumpulan komunitas pemuda, dari pegiat bank sampah, aktivis lingkungan serta sejumlah ketua BUM Desa ini bukan hanya berani menyatukan visi dalam satu organisasi bernama Primer Koperasi Pengelola Sampah, tapi juga siap memberikan solusi atas pelbagai problem kesehatan, lingkungan, bahkan ekonomi.

“Karena itulah, kami sangat mendukung gagasan dan gerakan mereka. Mereka, anak-anak muda itu, harus kita support. Bukan hanya kita acungi jempol, tapi juga harus disiapkan “karpet merah”, agar gagasan mereka bisa dibumikan, bisa dilaksanakan,” ungkap Andiono.

Menurutnya, program JEMARI yang disampaikan PKPS memiliki sejumlah skema kerjasama yang melibatkan kelembagaan masing-masing pihak dan diawali dengan edukasi kepada masyarakat. Adapun langkah selanjutnya yakni pembentukan tim teknis yang bertanggungjawab untuk menyerap minyak jelantah di masyarakat.

Sedangkan skema selanjutnya, yakni dengan secara personal (bukan kelembagaan-red), namun tetap dilakukan edukasi kepada masyarakat ketika minyak jelantah sudah terserap.

Akan hal itu, Andiono berharap, kemitraan PKPS ini bisa juga dilakukan dengan BUM Desa yang masih belum memiliki core business, sehingga pemanfaatan potensi lokal berupa sisa-sisa minyak jelantah di masyarakat bisa dikelola oleh BUM Desa. Demikian pula dengan laba yang diperoleh, juga bisa dikelola oleh BUM Desa.

“Apalagi, dalam tubuh PKPS sendiri ada sejumlah pegiat Desa dan pengurus BUM Desa. Ini menarik untuk diseriusi, sehingga BUM Desa yang berjalan di Bondowoso bukan hanya BUM Desa yang memiliki wisata desa,” harapnya. [san]

Tags: