PMI Kota Batu Rintis Tipe C

6-foto B sup-sekretaris pmi kota batu, asematPMI Kota Batu, Bhirawa
Untuk meningkatkan pelayanan kepada pendonor darah dan pasien, PMI Kota Batu merintis pembangunan Unit Transfusi Darah Tipe C. Dengan tipe ini, PMI Kota Batu hanya melayani donor darah dan bank darah. “Kita hanya melayani pendonor saja, untuk proses skreaning dari penyakit akan dikirim ke PMI Induk di kabupaten Malang dan Kota Malang. Sedangkan untuk bank darah, kita meminta darah yang sudah diskreaning tersebut,” ungkap Sekretaris PMI Cabang Kota Batu, Asemat, kepada bhirawa sebelum menghadap Wakil Walikota Batu, Punjul Santoso, Rabu (1/10).
Dijelaskan, untuk merealisasikan pembentukan unit transfusi darah, PMI Kota Batu telah mengajukan anggaran untuk pembelian alat blud bank senilai Rp 235 juta  dan gel test uji serasi Rp 270 juta, serta penambahan biaya operasional. “Untuk kegiatan donor darah, setiap bulannya kita kan harus membeli sendiri kantong darah, harganya masih cukup mahal yaitu antara Rp 65 ribuan per kantong yang jenis single. Kalau yang terbaru kantong jenis double dan triple,” tukasnya.
Selain pengajuan anggaran tersebut, PMI Kota Batu juga telah mengirim 2 petugas unit transfusi darah bersekolah ke Yogjakarta. Mereka mengikuti pendidikan teknik transfusi darah. “‘Kita harapkan mereka bisa mengajak peserta didik lainnya untuk bertugas di PMI Kota Batu,” kata Asemat.
Ditambahkan untuk mewujudkan unit transfusi darah seperti PMI Kota Malang dan Kabupaten Malang, tampaknya masih belum bisa diwujudkan karena terkendala anggaran. Sebab untuk pembelian alat pemeriksa darah dari penyakit (sterilisasi) harganya sangat mahal, yaitu sekitar Rp 1,2 miliar.
Sementara itu Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso, mengakui bahwa minimnya anggaran dan tenaga ahli di PMI membuat lembaga tersebut kesulitan memberikan pelayanan yang maksimal. “Anggaran yang disediakan Pemkot Batu hanya Rp 50 juta pertahun sejak 2012 lalu. Sebelumnya bahkan hanya Rp 25 juta saja,” kata politisi PDI Perjuangan tersebut.
Oleh karena itu untuk mewujudkan pelayanan Unit Transfusi Darah, PMI kota Batu akan merumuskannya dalam Musda mendatang. “Kepengurusan PMI Cabang Kota Batu kan sudah habis masa bhaktinya. Makanya pengurus tadi melaporkan untuk pelaksanaan Musda,” tuturnya.
Kalau hanya mengandalkan anggaran Pemkot Batu memang sulit untuk mewujudkan Unit Transfusi Darah. Dia berharap ada kepedulian dari masyarakat, khususnya pengusaha untuk penyediaan alat dan biaya operasionalnya.
“Pendonor di kota Batu cukup banyak, dalam sebulan bisa 100 sampai 200 pendonor. Sementara permintaan darah sekitar 50 sampai 75 kantong. “Kita kan malu dengan wisatawan, kota wisata yang cukup mentereng kok nggak punya bank darah,” tandas Punjul. [sup]

Keterangan Foto: Sekretaris PMI Kota Batu, Asemat. (supriyanto/bhirawa)

Rate this article!
Tags: