Pojok Literasi GTK Miliki 1300 Koleksi Buku Karya Guru, Pengawas dan Tendik

Kadindik Jatim Wahid Wahyudi dan Ketua Dewan Pendidikan Jatim Prof Warsono meninjau Pojok Literasi yang terletak di gedung GTK Dindik Jatim usai diresmikan, Rabu (24/5)

Surabaya, Bhirawa
Senang membaca dan menulis dibangun Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim. Melalui pojok literasi, baik guru, pengawas dan tenaga kependidikan dapat menularkan karya mereka berbentuk buku. Ruangan ini juga sebagai wadah belajar dan berbagi referensi bagi guru lain untuk menghasilkan karya tulis berupa buku.
Kepala Dindik Jatim, Wahid Wahyudi menuturkan, masih dalam rangkaian Hari Pendidikan Nasional, diresmikannya Pojok Literasi dan Layanan Single Window GTK ini untuk mengakomodir karya para guru, pengawas, dan tendik SMA/SMK dan SLB di Jawa Timur. Karya ini bisa dinikmati baik dengan dafang secsra langsung di gedung GTK ataupun mengakses secara daring melalui situs resmi GTK.
Sehingga Wahid berharap, fasilitas ini bisa menjadi ruang agar dimanfaatkan bagi warga yang datang ke Dinas Pendidikan Jawa Timur. Selama ini setiap ruangan Perpus berisi buku dari berbagai sumber. ”Tapi di sini (pojok literasi) sumbernya dari guru,” jelasnya, Rabu (25/5) usai peresmian.
Wahid menyebut, total ada 1300 lebih karya buku menjadi koleksi di pojok literasi, dengan kategori buku fiksi dan non fisik. Tak hanya berbentuk fisik, Dindik Jatim juga memfasilitasi digital book dalam Pojok Literasi ini.
“Kami memberikan penekanan dan arahan wajib senang menulis dan membaca. Oleh karena itu kami siapkan ruangan ini. Untuk memotivasi guru gemar menulis dan membaca,” jabarnya.
Wahid juga berpesan, sesuai dengan amanat Ki Hajar Dewantara di mana semua tempat dijadikan sekolah, dan jadikan semua orang adalah guru. ”Saya tambahkan jadikan setiap kesempatan untuk membaca dan menulis,” tandasnya.
Peresmian ini mendapat tanggapan dan apresiasi Ketua Dewan Pendidikan Jatim, Prof Warsono. Menurutnya ini kesempatan bagus bagi guru, pengawas dan tenaga kependidikan untuk melakukan proses kreatif yakni menuangkan gagasan dan mendeskripsikan realitas. Selain itu, juga menjadi kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi. Sebab, buku merupakan jendela dunia.
“Dengan membaca kita bisa memperoleh informasi apa saja. Sehingga ada pertemuan antara penulis dan pembaca, sengan begitu ada dialektika pemikiran. Jadi ini suatu hal yang sangat bagus untuk diapresiasi,” terangnya.
Prof Warsono menilai, tingkat baca masyarakat Indonesia saat ini masih rendah. Begitu juga dengan tingkat menulis yang perlu didorong. Padahal, menurut dia, tulisan ini penuh makna, karena mewakili penulisnya. Tulisan juga mewakili jamannya, tulisan melampaui usia penulisnya, tulisan melampaui langkah penulisnya.
“Artinya meskipun di Surabaya tapi (karya tulisan) juga melebar diseluruh dunia. Ini ide yang luar biasa untuk memberikan wadah bagi guru dalam mengaktualisasikan karya tulisannya dalam bentuk buku,” tandasnya.
Sementara itu, Kabid GTK Dindik Jatim Suhartatik menambahkan dengan adanya pojok literasi diharapkan guru – guru bisa senang membaca dan menulis. Karena dengan guru dan tendik senang membaca otomatis banyak referensi yang dimiliki sebagai bahan ajar.
“Dengan referensi itu mereka bisa menyelesaikan permasalahan atau tantangan yang dihadapi selama pembelajaran baik didalam atau luar kelas juga akan menemukan startegi dalam pembelajaran,” tandasnya. [ina.fen]

Tags: