Polda Simulasikan Pilkada Jatim Diwarnai Aksi Bom Meledak

Simulasi pengamanan sandera dan aksi bom oleh Detasemen Gegana Satbrimob Polda Jatim pada Pilkada Jatim di Kenpark Surabaya, Kamis (23/11). [abednego/bhirawa]

Polda Jatim, Bhirawa
Pelaksanaan Pilkada serentak di Jatim berlangsung ricuh, hingga terjadi aksi penyanderaan salah seorang tim sukses dan peledakan bom oleh kelompok radikal. Pengamanan langsung dilakukan oleh Polda Jatim yang menerjunkan anggota Brimob dan Sabhara di TKP (Tempat Kejadian Perkara).
Tahapan Pilkada mulai dari pengiriman logistik menjadi sasaran sabotase oleh sekelompok preman. Bahkan kerusuhan berlanjut sampai kepada momen kampanye salah satu calon gubernur, hingga kericuhan saat pemungutan suara di TPS (Tempat Pemungutan Suara).
Kericuhan pun berlanjut sampai kepada penetapan pemenang pasangan calon oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum), seorang tim sukses pasangan calon menjadi korban penyanderaan oleh kelompok teroris yang sengaja mengacaukan jalannya Pilkada. Brimob Polda Jatim turut dikerahkan dalam upaya pembebasan sandera.
Pada saat aksi pembebasan, terdengar ledakan bom dari tempat penyanderaan. Asap tebal meluap di atas lokasi penyanderaan, hingga Tim Gegana Polda Jatim turut andil dalam menyisir lokasi penyanderaan. Ledakan kedua pun terjadi, hingga akhirnya kelompok teroris berhasil dilumpuhan dan sandera turut diamankan.
“Ini bentuk pelatihan atau simulasi pengamanan yang dilakukan Polda Jatim dan melibatkan para Kapolres beserta jajaran. Di samping guna mengecek peralatan, latihan ini bertujuan untuk mengecek kesiapan personel dalam mengamankan mengamankan Pilkada serentak 2018 nanti,” kata Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin usai simulasi di Kenjeran Park Surabaya, Kamis (23/11).
Machfud menjelaskan, simulasi ini dimulai dari tingkatan landai, aman, kemudian sampai kepada tingkat yang memang butuh penanganan khusus dari anggota Brimob dan jajaran lainnya. Simulasi Sistem Pengamanan Kota (Sispamkota) ini, anggota sudah dilatih dan diberi skenario kecil terkait tahapan Pilkada nanti.
Ke depan atau pada 2018, Machfud mengaku akan melakukan pelatihan atau simulasi yang melibatkan seluruh stakeholders yang berkompeten dalam pengamanan Pilkada 2018. Misalnya TNI yang harus gabung dengan Polri. Kemudian melibatkan para tokoh agama maupun lainnya.
“Mungkin bisa dikolaborasikan guna menghadapi unjuk rasa, tidak mesti harus Brimob yang turun. Siapa tahu dengan kehadiran para kiai atau para tokoh agama dan ulama, bisa meredam emosi masyarakat. Sehingga tidak perlu lagi polisi mengeluarkan tembakan. Cukup dengan imbauan untuk tidak anarkis,” ucapnya.
Tetapi jika tidak bisa dilakukan tindakan humanis, Kapolda menegaskan, di sinilah peran Brimob sangat dibutuhkan. Ditanya terkait kerawanan konflik, Machfud menambahkan, potensi kerawanan yakni adanya kerusuhan, ketidakpuasan, dan itu perlu diantisipasi. “Kita tidak perlu underestimate. Kita harus mempersiapkan segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Pemetaan kerawanan di Jatim acuannya pada 2013 lalu. Mudah-mudahan dengan melakukan pendekatan preventif, segala macam persoalan bisa kita atasi,” pungkasnya. [bed]

Tags: