Polije Serahkan Bantuan Mesin Sangrai Kopi

Sekjur Produksi Pertanian Polije Ir. Sugiarto, MP (kiri) saat mengoperasikan mesin Sangrai kopi berteknologi tinggi bantuan dari Kemenristek Dikti kepada dua Kelompok Tani Temporan Jaya dan Sumber Rezeki di Desa Andongsari Kecamatan Tiris Kab. Probolinggo, Sabtu (22/7)

Kab.Jember, Bhirawa.
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), membagikan bantuan  perlatan mesin sangrai kopi (rooster) kepada dua kelompok tani petani kopi rakyat ‘Temporan Jaya’ dan ‘Sumber Rezeki’ yang berada di lereng Gunung Argopuro Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo. Bantuan dua perlatan sangrai berteknologi tinggi yang dibalut dalam program Iptek Bagi Masyarakat (IBM), diserahkan Kemenristek Dikti melalui Polteknik Negeri Jember (Polije), Sabtu (22/7).
Dua peralatan sangrai berkapasitas 20 kg ini, diserahkan oleh Ir.Sugiarto, MP Sekjur Produksi Pertanian Polije didampingi Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Polije Dr.Budi Hariono, MSi kepada Ketua Kelompok Tani Temporan  Jaya Abdul Halim dan Ketua Kekompok Tani Sumber Rejeki Asus.
Usai menyerahkan bantuan peralatan, Sugiarto langsung praktek pengoperasian mesin sangrai tersebut. Dalam pengoperasianya, dibutuhkan waktu 10 menit untuk bisa menghasilkan kopi sangrai dengan kwalitas tingggi. Abdul Halim, Ketua Kelompok Temporan Jaya usai praktek mengaku merasa terbantu dengan adanya peralatan tersebut. Karena, selama masyarakat menjual kopinya dalam bentuk mentahan (gelondongan) kepada tengkulak.
“Selama ini kami selalu dirugikan, karena yang mentunkan harganya mereka (para tengkulak). Dengan adanya mesin sangrai ini, selain kita bisa menjual biji kopi mentah, juga dalam bentuk bubuk. Jika kita menjual kopi mentahnya Rp 25 ribu/kg, dengan bubuk kopi harganya jauh lebih mahal. Dengan begitu,  dapat meningkatkan kesejahteraan para petani kopi. Selain itu, kami sebagai pemilik kopi, ingin yang menentukan harga kopi kami sendiri, bukan tengkulak,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Asus, Ketua Kelompok Sumber Rezeki. Menurut Halim, peralatan ini sangat diidam-idamkan oleh para petani kopi. Karena sebagai pemilik kopi, pihaknya selalu dirugikan oleh permainan harga tengkulak. “Dengan mesin sangrai ini, kami bersama kelompok akan berinovasi untuk menjual bubuk kopi khas masyarakat Tiris,” kata Asus dengan medok bahasa maduranya.
Sementara, Sekretaris Jurusun (Sekjur) Produk Petanian Polije Ir. Sugiarto MSi mengatakan, peralatan ini memiliki efisiensi yang sangat tinggi. Selain bisa menjadi mesin pengering, juga menjadi mesin sangrai dengan kapasitas 20 kg.
“Meskipun berkapasitas  20 kg, tapi kami menghimbau kepada petani agar membatasi maksimal 15 kg, agar mesin tetap terjamin fungsinya dengan baik,” ujar Sugiarto yang juga Dosen Pertanian Jurusan Produksi Tanaman Perkebunan Polije kemarin.
Sugiarto berharap agar memanfaatkan alat ini dengan baik dibarengi pengolahan pra sangrai dengan baik pula. “Seperti pengeringan yang maksimal (kadar air rendah), sortasi biji kopi dengan baik, baru proses sangrai. Dengan begitu nanti akan menghasilkan biji kopi sangrai yang baik pula,” ujarnya pula.
Ketua Lembaga Penelituan dan Pengabdian Masyarakat Polije Dr.Budi Hariono, MSi mengaku bahwa bantuan ini murni berasal dari Kemenristek Dikti atas usulan masyarakat petani kopi rakyat yang ada di Desa Andongsari Kec.Tiris Kab. Probolinggo melalui lembagannya dalam program Iptek Bagi Masyarakat (IBM).” Dengan adanya peralatan ini, diharapkan kesejahteraan masyarakat Tiris akan lebih meningkat. Lebaga kami akan terus melakukan pendampingan agar pemanfaatan peralatan berteknologi ini berjalan optimal,” katanya.
Selain itu,  Budi Hariono mengingatkan kepada petani untuk melakukan penyortiran biji kopi secara baik. Selama ini, mereka (petani)menjual biji kopi tanpa memperhatikan grade biji kopi. “Sehingga pihak tengkulak yang diuntungkan. Mereka (tengkulak) menjual berdasarkan besaran biji dengan harga sangat beda. Dengan adanya peralatan sangrai ini, besarannya (grade) biji harus seragam untuk menghasilkan sangrai kopi yang berkwalitas.,” tandas Budi Hariono kemarin. [efi]

Tags: