Polri “Menyulam” Prestasi

Polri, dengan dukungan masyarakat (dan TNI) telah sukses mengamankan rangkaian kegiatan Pemilu 2019 yang mendebarkan. Termasuk sukses menangani kerusuhan walau sampai menahan 400 lebih tersangka. Prestasi diukir dengan kemasan ketegasan, dan penindakan terukur. Juga tidak mundur dari gertakan dan ancaman ketertiban masyarakat. Karena mengayomi masyarakat luas juga berarti “siap bertempur” melawan segala tindakan melawan hukum.
Pemilu serentak 2019, merupakan pemilu paling kolosal di dunia. Sekaligus paling rumit. Dukungan masyarakat (dan TNI) kepada Polri, merupakan “kado” ulangtahun koprs Bhayangkara ke-73 (tahun 2019). Boleh jadi, Polisi seluruh dunia akan belajar pada Polri (Kepolisian Republik Indonesia). Kegaduhan sosial yang menyertai kegiatan Pemilu 2019, telah terjadi sejak pra-pencalonan pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Bahkan sampai ancaman peruntuhan sendi ke-negara-an.
Berbagai ancaman aksi masa anarkhis, sampai gertakan people power telah didengungkan. Tetapi Polri berhasil meng-gagal-kan, dengan kesigapan. Tak jarang, Polri bertindak persuasif. Terutama penanganan kasus yang melibatkan pelaku tokoh perempuan, dan orang lanjut usia. Namun sering pula, Polri harus mempercepat penyidikan terhadap tersangka kasus ujaran kebencian. Terbukti, tiada yang lepas dari hukuman pidana di Pengadilan.
Banyak kasus pidana yang tergolong baru juga menyibukkan Polri. Terutama “penjahat” sosial pada media sosial (medsos). Sepanjang kegiatan pemilu serentak 2019, berita hoax, dan fakta palsu, di-posting dalam medsos. Antara lain, hoax isu pendaratan 7 kontainer surat suara yang telah tercoblos. Telah ditangani sangat baik, bekerjasama dengan KPU (Komisi Pemilihan Umum), dan TNI Angkatan Laut. Begitu pula fitnah keliling yang dilakukan oleh emak-emak, telah diproses sesuai prosedur hukum.
Yang paling gemilang, adalah penanganan berita hoax tentang penyerangan fisik oleh tokoh perempuan, Ratna Sarumpaet. Telah diberitakan sangat masif pada media main-stream (koran harian, televisi, dan radio) di dalam negeri dan luar negeri. Berita pada media online, tak kalah masif. Lebih lagi isu hoax dikomentari (sangat keras) oleh tokoh elit parpol. Berita hoax yang nyaris sempurna.
Tetapi hanya berselang 2 hari, Polri telah mengungkap fakta yang berbeda. Didukung data, dan kesaksian faktual. Pelakunya (Ratna Sarumpaet) ditangkap di bandara Soetta, ketika akan bertolak ke Chili. Pelakunya mengaku telah mengaku membuat berita bohong. Andai lolos, Indonesia akan dicerca seluruh dunia. Serta boleh jadi, akan terjadi demo besar, menuntut presiden mundur. Sekaligus mundur dari ajang pilpres 2019. Niscaya, negara akan kacau, karena terjadi tawur sosial.
Intelijen Polri (beserta jajaran intelijen lainnya), nampak semakin cemerlang. Terutama pada pengungkapan kasus kerusuhan menolak pengumuman hasil Pemilu oleh KPU. Maka tidak bisa tidak, Polri bagai full power actions selama satu tahun lebih. Sampai pelantikan seluruh anggota legislatif (DPRD Kabupaten dan Kota, DPRD Propinsi, hingga MPR, DPR-RI, dan DPD). Bersambung lagi dengan pelantikan Presiden oleh MPR-RI.
Kini, proses pemilu serentak 2019 sudah selesai. Gugatan sengketa hasil Pemilu di Mahkamah Konstitusi (MK), juga terselenggara dalam keadaan aman dan damai. Polri akan tetap memperoleh dukungan TNI dan rakyat, sebagai garda terdepan meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat. Penegakan hukum lebih berkualitas. Polisi wajib menjamin seluruh proses hukum menjadi kelaziman, dan inti ke-profesi-an
Dukungan masyarakat, akan tetap memperkuat Polri. Sekaligus membangun citra Polri sebagai garda terdepan urusan keamanan dan ketertiban masyarakat. Pembangunan citra, bukan sekadar retorika, melainkan dengan kinerja penegakan hukum lebih berkualitas. Polisi wajib menjamin seluruh proses hukum menjadi kelaziman dan inti ke-profesi-an.

——— 000 ———

Rate this article!
Tags: