Posko Buka 24 Jam, Petugas Ikhlas Tak Dapat Tambahan Honor dan Tunjangan

Melongok Posko Induk Penanggulangan Erupsi Gunung Kelud di Grahadi
Kota Surabaya, Bhirawa
Tumpukan mi instan, air mineral dan ratusan kardus yang berisi kebutuhan pokok sehari-hari berjubel di salah satu ruangan di komplek Gedung Negara Grahadi Surabaya. Di sisi lain, beberapa petugas sedang sibuk memilah dan memilih barang-barang yang selanjutnya dikemas lagi dalam kardus dan karung sak yang dibungkus rapi.
Demikian sekilas gambaran suasana di Posko Induk Penanggulangan Erupsi Gunung Kelud yang berada di gedung sisi kanan depan Gedung Negara Grahadi Surabaya. Di tempat inilah semua proses pengumpulan dan penyaluran bantuan korban erupsi Kelud dikendalikan.
Posko Induk ini mulai berdiri dan berjalan aktif sejak, Jumat 14 Februari 2014 atau esok hari setelah leturan Gunung Kelud terjadi, Kamis (13/2) malam. Berdirinya posko ini menunjukkan bukti kesigapan Pemprov Jatim dalam menangani dampak korban erupsi Kelud.
“Posko ini akan berdiri hingga 9 Maret 2014. Jika hingga 9 Maret posko ini masih dibutuhkan akan diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Posko Induk ini berdiri berdasarkan SK (Surat Keputusan) Sekdaprov Jatim,” kata Ketua Posko Induk Penanggulangan Erupsi Gunung Kelud Dr H Akhmad Sukardi MM ditemui di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (24/2).
Menurut Sukardi, total ada sembilan petugas tetap yang selalu stand by di posko. Mereka berasal dari tiga orang petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Jatim, dua orang Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setdaprov Jatim dan empat petugas dari SKPD yang mendapat giliran yang terdiri dari, satu kepala SKPD, satu pejabat eselon III, satu pejabat eselon IV dan satu orang staf.
Selain petugas tetap tersebut, terdapat petugas lain yang ikut membantu berjalannya posko dengan baik. Mereka berasal dari TNI dan Satpol PP yang siap 24 jam mengantarkan bantuan yang dibutuhkan dari posko induk ke lokasi bencana Gunung Kelud.
“Petugas yang berjaga di Posko Induk dibagi dalam tiga shift selama 24 jam. Mereka bekerja keras dan bekerja ikhlas karena tidak mendapat tambahan honor ataupun tunjangan. Mereka hanya dapat makanan dan minuman saja. Ini murni demi kemanusiaan,” kata lelaki yang juga menjabat sebagai Sekdaprov Jatim ini.
Di posko ini, selain terdapat ruangan untuk menyimpan barang bantuan, juga terdapat fasilitas ruang untuk rapat, ruang koordinasi dan komunikasi, dua handphone, satu mesin fax, satu nomor rekening posko, dan beberap komputer serta printer.
Semua fasilitas itu untuk menunjang kinerja petugas yang memiliki banyak tugas. Sebab selain menerima dan menyalurkan bantuan, petugas posko juga harus mengumpulkan dan menginformasikan data dari lokasi bencana, yang selanjutnya akan disebarkan kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan termasuk kepada awak media.
“Keberadaan posko ini sangat membantu sekali. Kita selalu melakukan koordinasi dengan posko yang didirikan kabupaten/kota. Apalagi Pak Gubernur (Gubernur Jatim Dr H Soekarwo SH, MHum) juga memerintahkan semua bantuan harus lewat posko, termasuk bantuan dari Pemerintah Pusat. Semua bantuan seperti sandang, pangan, pakaian dan kebutuhan sehari-hari harus lewat posko,” ungkapnya.
Salah seorang petugas yang selalu stand by di Posko Induk, Yanuar Rahmadi, mengatakan, bantuan yang meluncur dari Posko Induk ke lokasi bencana tidak mengenal waktu. Kapanpun bantuan dibutuhkan, bantuan tersebut akan meluncur waktu itu juga meski tengah malam.
“Pernah kami mendapat laporan jika korban Kelud membutuhkan selimut karena kedinginan. Meski waktu itu tengah malam, bantuan itu tetap langsung kami kirim. Alhamdulillah koordinasi dan kerjasama lintas sektor ini berjalan dengan baik, seperti dari TNI dan Polri” ungkapnya.
Alat transportasi untuk mengangkut bantuan, lanjutnya, diambilkan dari kendaraan TNI dan Satpol PP dan beberapa dari BPBD. “Kita tidak pernah kekurangan dalam alat transportasi bantuan. Bahkan TNI selalu siap 24 jam membantu. Kami sangat terbantu dengan itu,” katanya.
Menurut Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Jatim ini, dalam melaksanakan tugas terdapat sedikit kesulitan karena harus memilih dan memilih bantuan yang masuk ke posko. Contohnya, bantuan yang masuk dari masyarakat biasanya dicampur jadi satu bok besar yang di dalamnya terdapat pakaian, peralatan mandi, makanan siap saji dan sebagainya.
“Padahal, saat bantuan itu didistribusikan harus terpisah-pisah dalam bok khusus. Pakaian bok sendiri, makanan bok sendiri, minuman bok sendiri. Kalau bantuan yang dikirim itu dikirim jadi satu, kami harus memilih dan memilahnya terlebih dahulu. Itu yang terkadang membutuhkan waktu lama,” katanya.
Meski tugas ini tidak mendapat tambahan honor ataupun tunjangan, Yanuar mengaku dengan senang hati melakukannya dengan ikhlas tanpa pamrih. Bahkan ada petugas yang keluarganya terkenda dampak erupsi Kelud juga tetap semangat dan ikhlas membantu Posko Induk.
“Kami melaksanakan tugas ini murni demi kemanusiaan. Kami kembalikan pada diri kami sendiri, seandainya kami yang terkena dampak korban Kelud bagaimana ? Meski kami bekerja ini tak dapat tambahan penghasilan, kami tetap semangat dan serius melaksanakannya,” pungkasnya. [iib]

Tags: